Renungan Harian Kristen Protestan
Renungan Harian Kristen Protestan 4 Mei 2019:Membuat Suatu Langkah Kecil Bagi Perubahan
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah
Renungan Harian Kristen Protestan 4 Mei 2019
Oleh: Pdt DR Mesakh A P Dethan MTh
Membuat Suatu Langkah Kecil Bagi Perubahan
KITA sering disuguhkan sesuatu yang berakhir "Happy Ending" dalam film-film atau drama baik di layar kaca maupun di layar lebar di bioskop-bioskop.
Tetapi apakah memang dalam hidup ini harus berakhir dengan Happy Ending?
Kalau seorang pelari mengikuti lari maraton 10 K apakah harus selalu mencapai garis finis? Apakah semua caleg harus terpilih dalam kompetisi pemilu yang digelar?
Apakah sebuah pertandingan semuanya harus menjadi juara? Masih banyak pertanyaan yang para pembaca yang budiman bisa menderetkannya di sini sesuai pengalaman dan kebutuhan.
Kalau kita berpikir bahwa hidup ini selalu berjalan mulus, maka kita akan terjebak dalam kekeliruan dan kedangkalan berpikir.
Sebab iman mengajarkan kepada kita untuk tetap sabar dan kuat menghadapi segala tantangan dan risiko apapun di depan kita.
Jika tidak kuat, maka ketika kita sedih, kecewa, gagal, tidak mencapai sasaran dan tujuan yang kita ingini, maka kita akan kecewa dan mencoba mengobatinya dengan hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Tuhan.
Orang bisa saja terjebak dengan minuman keras, narkoba dan tindakan buruk lainnya. Orang akan tergoda mencari kesenangan di luar Tuhan, ketika mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya.
Mencari kesenangan di luar Allah hanya semu dan sia-sia, malah bisa membawa kepada kehancuran dan kegagalan dalam jangka panjang.
Memang harus diakui bahwa seringkali orang yang sudah terjebak dengan kekacauan atau kerumitan hidup tidak mampu keluar darinya. Atau sulit menemukan jalan pulang.
Banyak yang terjebak dalam narkoba, judi mabuk-mabukan dan lain sebagainya. Banyak orang lupa bahwa kasih Allah mampu mengubah segalanya.
Akan tetapi masalahnya bagaimana Allah dapat bekerja dan mengubah kita, kalau kita sendiri tidak mau berubah.
Kita tidak sungguh-sungguh mempercayakan hidup kita pada Allah, tetapi secara gampang menyerahkan diri kepada iblis dan terjebak dalam perbuatan dosa.
Rasul Paulus dalam Roma 12: 2 berkata: " Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,
sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."
Di sini secara tegas Paulus katakan bahwa orang beriman harus mempunyai "mental metamorphouste", yakni mental mau berubah secara bersama-sama.
Kata berubahlah diterjemahkan dari kata Yunani metamorphouste bentuk imperatif orang kedua jamak dari kata metamorphoomai artinya berubah atau bertransformasi secara bersama-sama.
Jadi kata metamorphouste artinya berubahlah kamu, menunjuk kepada tindakan yang bersifat jamak yang dilakukan bukan orang perorang saja, tetapi secara beramai-ramai, secara berkelompok, secara masal.
Itu artinya apa? Itu artinya perubahan itu dilakukan bersama-sama, jadi bukan hanya satu orang saja.
Misalnya di sebuah kampus jika hanya ada satu mahasiswa yang buang sampah pada tempatnya, sedangkan yang lain membuang sampah secara sembarangan, maka sampah akan berserakan di mana-mana bahkan di ruang kelas dosen dan mahasiswa sekalipun.
WC sebuah kampus bisa bersih kalau semua orang punya kepedulian bukan hanya petugas cleaning service, tetapi juga semua pengguna WC itu, entah para dosen, pegawai, mahasiwa atau siapa saja yang memakainya.
Sebuah gedung pengadilan tempat orang mencari keadilan akan benar-benar memiliki manfaat, kalau dari gedung itu para polisi, aparat penegak hukum, pengacara, jaksa, hakim benar-benar bekerja sama untuk menghadirkan hukum yang adil dan benar.
Jika tidak, gedung itu hanya seumpama "pasar dagang" pasal-pasal hukum yang bisa dimanipulasi.
Sebuah pemilu, dimana rakyat berhak menyatakan pilihannya sesuai undang-undang untuk menentukan dan memilih para pemimpinnya,
untuk menentukan siapa yang berhak mewakili mereka dalam segala tingkatan, akan menjadi sia-sia jika hak mereka dikebiri atau dimanipulasi dengan segala modus kecurangan.
Jika ini terjadi maka perampokan bukan hanya dalam pengertian orang merampok barang milik orang lain atau merampok uang di bank,
tetapi perampok jenis ini adalah lebih sadis dan brutal karena orang tega dan tanpa rasa malu "merampok kedaulatan rakyat".
Di dunia ini memang sudah ada banyak orang pintar sejak manusia berubah dari jaman batu kepada jaman besi dan perunggu, bahkan orang semakin pintar lagi ketika bisa sampai di bulan.
Tetapi kepintaran saja tidak cukup orang membutuhkan budi pekerti yang baik agar dunia ini aman dan damai.
Dunia tidak membutuhkan orang pintar untuk mengubah dunia, tetapi orang yang jujur, orang tekun dan rajin yang lah yang mampu mengubah dan membawa peradaban dunia yang lebih manusiawi bermartabat.
Beberapa tokoh terkenal dunia seperti Marthen Luther, Alberth Einstein, Bill Gates, Zurkerberg dan lain sebagainya, mereka semula bukanlah orang pintar atau jenius pada awalnya.
Alberth Einstein malah waktu SD tergolong anak yang paling bodoh di kelasnya, sehingga guru-guru di sekolahnya memulangkan dia ke rumahnya karena tidak mampu mengajar Einstein yang dianggap Idiot.
Beruntung karena ketekunan bibinya, Einstein diajar di rumah hingga ia bisa membaca dan belajar secara bertahap hingga akhirnya Einstein yang gemar matematika dan fisika malah menjadi model atau ikon orang terpintar di dunia.
Bill Gates ketika kuliah memiliki IP dibawah rata-rata, dimana hanya 2,7, tapi karena ketekunannya ia mampu menciptakan Program Windows yang di pakai oleh semua orang di seluruh dunia.
Karena ketekunannya Bill Gates menjadi orang terkaya di dunia dan mampu menolong banyak orang miskin melalui sumbangan-sumbangannya.
Mark Zuckerberg founder dan CEO Facebook dengan jaringan sosial berbasis website telah menjadikan penduduk dunia dimana pun memiliki power atau kemampuan untuk menshare segala sesuatu yang dipikirkannya atau yang dilakukannya kepada orang lain dalam waktu yang super cepat.
Melalui Facebook Zuckerberg telah menjadikan dunia lebih transparan serta mudah diakses dimana dan kapan saja.
Ia juga semula adalah orang yang biasa-biasa saja, tetapi sumbangsihnya dengan penemuan Facebook ini membuat dia juga telah menjadi manusia terkaya di dunia saat ini diusia muda, 35 tahun (lahir 14 Mei 1984).
Dengan Facebook orang-orang di seluruh dunia telah terbantu untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan lebih efektif dan efesien.
Sekarang ini orang bisa mencari informasi dan mendapat jawaban terhadap informasi yang dicari dengan cepat hanya dengan muat status di Facebook.
Bahkan untuk dapat jodoh pun lebih cepat melalui Facebook. Walaupun seringkali banyak yang tertipu karena foto profil facebook adalah hasil editan bukan keadaan yang sebenarnya, hehehe.
Dunia ini maju karena ada manusia-manusia tekun yang berhasil mengubah dunia. Mental tahan banting, tidak mudah menyerah telah menjadikan mereka menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Pertanyaan reflektif bagi kita apakah dalam hidup ini kita memiliki ketekunan dan kerajinan? Sebagai mahasiswa apakah tekun belajar? Atau sehari-hari hanya pacaran melulu.
Saya pernah melarang semua anak bimbingan saya untuk tidak pacaran dengan siapapun selama ia masih berada di semester satu hingga semester enam. Mengapa?
Karena menurut saya masa-masa atau usia-usia mahasiswa semester satu hingga enam masih pancaroba, masih labil dan mudah masuk dalam pencobaan, baik karena membujuk atau dibujuk.
Bukan hanya anak-anak di kota, tetapi juga anak-anak dari kampung dari pedalaman yang masuk kota yang mengalami culture shock akibat dari tidak siap untuk hidup dalam budaya yang baru.
Memang banyak yang berhasil, tetapi tidak sedikit juga yang mengalami masalah serius.
Mengapa belum boleh pacaran pada masa-masa itu karena istilahnya mereka masih seperti "bayi" yang mulutnya masih "bobo susu" atau hiungnya "masih ingusan".
Yang diperlukan untuk berhasil adalah ketekunan dan kerajinan belajar, bukan pacaran, apalagi minum mabuk, membuat kelompok geng dan lain sebagainya.
Kita tidak perlu bermimpi muluk-muluk untuk mengubah dunia, tetapi dengan kita mengubah hidup kita lebih baik, lebih tekun, lebih inovatif dari hari kemarin, kita sudah membuat suatu langkah kecil bagi perubahan dunia. (*)