Breaking News

Renungan Harian Kristen Protestan

Renungan Harian Kristen Protestan, Jumat 26 April 2019

"Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli

Editor: Ferry Jahang
DOK
Pdt. Messakh Dethan 

Renungan Harian Kristen Protestan, Jumat 26 April 2019
Oleh: Pdt DR Mesakh A P Dethan MTh
Dipanggil untuk Bertobat dan Jadi Saksi Kebenaran

PEMBACA yang budiman.

Bagaimana perasaannya jika tiba-tiba kita membaca pengumuman iklan di koran lokal bahwa para pemilik warung, pemilik toko atau kios, pemilik rumah makan tiba-tiba mengumumkan bahwa orang boleh datang ambil makanan dan minum secara gratis, atau mengambil barang apa saja di Toko atau Kios mereka secara gratis tanpa bayar seperser pun.

Tentu ini berita gembira. Tapi kalau ini benar-benar terjadi, maka pertama mungkin pemilik warung atau tokonya sudah gila atau lagi mabok berat.

Kemungkinan kedua karena memang mereka mau menyenangkan para pelanggan karena senang untuk satu peristiwa misalnya hari ulang tahun atau jagonya menang pemilu, etc..

Ilustrasi ini dapat menolong kita memahami teks Yesaya 55:1-5. Khususnya dalam Yesaya 55:1 dikatakan

"Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran!"

Mendapatkan makanan tanpa bayaran, juga mendapatkan anggur dan susu tanpa uang keluar, kedengaran bagi bangsa Israel seperti mimpi di siang bolong.

Tetapi bagi nabi Yesaya ayat ini merupakan simbol dari janji pemulihan bagi orang-orang Israel yang bertahun-tahun hidup dalam pembuangan di Babilonia.

Karena pemberontakan mereka kepada Allah, maka bangsa Israel di hukum dan diserahkan ke tangan bangsa Asyur (sekitar 700 hingga 800 tahun sebelum kelahiran Kristus.

Raja Assyur dan tentaranya telah menghancurkan kota-kota dan bait Allah Yerusalem dan menawan serta mengangkut orang-orang Israel ke tanah Babilonia.

Bertahun-tahun lamanya mereka hidup dalam penjajahan dan penindasan, hidup dalam ketidak-bebasan, hidup dalam keterpurukan secara ekonomi, karena itu mereka kecewa dan putus asa.

Tetapi sekarang datang berita gembira ini. Waktu pemyelamatan Allah telah tiba.

Allah mau berdamai kembali dengan Israel dan berniat mengangkat perjanjian baru dengan mereka. Allah mau menunjukkan kesetiaan dan menepati janjinya.

Ia mau membawa mereka kembali ke negeri leluhur mereka. Allah menjamin kebutuhan hidup mereka, kebutuhan akan makanan dan minuman (Yesaya 55:1).

Akan tetapi tindakan Allah untuk memanggil mereka dan mencari mereka hanya akan terwujud jikalau mereka sendiri mau menjawabnya dengan mendengar suara panggilan Allah itu.

Allah hendak memulihkan keadaan mereka dan membuka masa depan yang gemilang sama seperti pada masa Kerajaan Daud, jikalau mereka mau bertobat dan mencari Allah.

Yesaya menulis " Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup!

Aku hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud." (55:3).

Allah menuntut mereka meninggalkan jalan kefasikan dan bertobatan dari segala kejahatan mereka.

Seperti raja Daud yang dipanggiil untuk menjadi saksi bagi bangsa-bangsa, maka keselamatan yang Allah kerjakan bagi bangsa Israel tidak dimaksudkan untuk diri mereka sendiri tetapi agar mereka juga menjadi pembawa kabar baik bagi bangsa lainnya.

Inti pesan dari Nabi Yesaya ini tentu saja bukan hanya berlaku bagi bangsa Israel yang berada dalam pembuangan pada saat itu, tetapi juga bagi kita yang hdup pada masa kini.

Allah yang setia dan maha pengasih juga adalah Allah yang memanggil kita semua orang beriman untuk hidup dalam kasih dan pemeliharaannya. Tiga hal patut di ditekankan disini.

Pertama, Allah setia dan mencintai kita.

Kalau kita melihat kisah Israel dalam Alkitab, maka kita akan tercengang, sebab setiap kali Allah selalu mengasihi umatnya, kendatipun mereka selalu tak setia dan memberontak.

Allah senantiasa melalui hamba-hambanya, para nabi mengingatkan umatnya untuk hidup di jalan yang benar, tetapi tiap-tiap kali pula mereka memberontak.

Jika kita dalam posisi Allah mungkin kita jadi bosan dan muak, dan mungkin berkata: "ah cukup sudah, aku bosan dengan tindakan kalian, lakukan apa saja yang kalian mau.

Atau "titi batu beta sonde toe deng lu lai" (bahasa Kupang artinya orang sudah sampai pada taraf masa bodoh tingkat tinggi.

Tetapi Allah tidak lakukan itu, karena kasihNya, Allah turut menderita dan sedih kalau umatnya berdosa dan meninggalkanNya.

Allah turut sakit, ketika kita sakit. Allah menangis ketika kita meninggalkan Dia.

Tetapi karena kasihNya Ia mengharapkan kita kembali padanya. Ia mencintai Anda, dan kasih Allah tidak ada batasnya.

Yesus dalam Perjanjian Baru mengisahkan tentang kisah anak yang hilang (Lukas 15:11-32), dimana seorang ayah yang selalu menantikan kepulangan anaknya.

Ketika anaknya pulang, anak itu tidak dihukum, tetapi disambut dengan sukacita dan penuh kasih.
Dan Yesus berkata demikianlah juga begitu sikap Alllah bagi kita. Allah mengasihi kita.

Kedua, Allah memangil dan mengundang kita.

Melalui para nabi, rasul dan hamba-hambanya Nya tiap-tiap kali Allah memanggil kita, untuk pulang kembali dalam pelukan kasih sayang Allah, hanya barangkali kita tak sanggup mendengar panggilannya.

Telinga kita tuli karena berbagai hal, mata kita tidak melihat rambu-rambu dan petunjuk yang Allah berikan, karena dihalangi dan dibutakan oleh hal-hal duniawi.

Allah bahkan dalam wujud diri Yesus telah datang dan memanggil kita secara langsung karena kasih setiaNya (Yoh 3:16).

Allah ingin agar kita tidak mati binasa. Dalam diri Yesus ia mengundang kita untuk merasakan keselamatanya.

Ketiga Allah menetapkan kita menjadi saksi-saksinya.

Jika Israel pada masa itu diminta untuk menjadi saksi bagi bangsa-bangsa (Yesaya 55:4), maka orang beriman pada masa kini juga terpanggil untuk tugas kesaksian.

Keselamatan yang orang beriman miliki dalam Yesus, tidak untuk diri mereka saja, tetapi juga bagi semua orang, bagi bangsa-bangsa yang belum mengenal Kristus,

dan karena itu orang beriman di panggil menjadi saksi dalam dunia ini, mulai dari rumah tanggga kita, di masyarakat dan lingkungan kerja kita, bahkan bagi semua orang yang belum mengenal Yesus.

Mengapa? karena menurut Paulus hidup kita telah ditebus dan kita telah diperdamaikan dengan Allah di dalam hati dan pikiran (bdk. Kolose 1:20 dstnya).

Orang beriman diminta menjadi alat di tangan Allah untuk menjadi senjata kebenaran (Roma 6:13) untuk bertumbuh dan berakar dalam Kristus (Efesus 3:17). (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved