Renungan Harian Kristen Protestan
Renungan Harian Kristen Protestan, Jumat 26 April 2019
"Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli
Akan tetapi tindakan Allah untuk memanggil mereka dan mencari mereka hanya akan terwujud jikalau mereka sendiri mau menjawabnya dengan mendengar suara panggilan Allah itu.
Allah hendak memulihkan keadaan mereka dan membuka masa depan yang gemilang sama seperti pada masa Kerajaan Daud, jikalau mereka mau bertobat dan mencari Allah.
Yesaya menulis " Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup!
Aku hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud." (55:3).
Allah menuntut mereka meninggalkan jalan kefasikan dan bertobatan dari segala kejahatan mereka.
Seperti raja Daud yang dipanggiil untuk menjadi saksi bagi bangsa-bangsa, maka keselamatan yang Allah kerjakan bagi bangsa Israel tidak dimaksudkan untuk diri mereka sendiri tetapi agar mereka juga menjadi pembawa kabar baik bagi bangsa lainnya.
Inti pesan dari Nabi Yesaya ini tentu saja bukan hanya berlaku bagi bangsa Israel yang berada dalam pembuangan pada saat itu, tetapi juga bagi kita yang hdup pada masa kini.
Allah yang setia dan maha pengasih juga adalah Allah yang memanggil kita semua orang beriman untuk hidup dalam kasih dan pemeliharaannya. Tiga hal patut di ditekankan disini.
Pertama, Allah setia dan mencintai kita.
Kalau kita melihat kisah Israel dalam Alkitab, maka kita akan tercengang, sebab setiap kali Allah selalu mengasihi umatnya, kendatipun mereka selalu tak setia dan memberontak.
Allah senantiasa melalui hamba-hambanya, para nabi mengingatkan umatnya untuk hidup di jalan yang benar, tetapi tiap-tiap kali pula mereka memberontak.
Jika kita dalam posisi Allah mungkin kita jadi bosan dan muak, dan mungkin berkata: "ah cukup sudah, aku bosan dengan tindakan kalian, lakukan apa saja yang kalian mau.
Atau "titi batu beta sonde toe deng lu lai" (bahasa Kupang artinya orang sudah sampai pada taraf masa bodoh tingkat tinggi.
Tetapi Allah tidak lakukan itu, karena kasihNya, Allah turut menderita dan sedih kalau umatnya berdosa dan meninggalkanNya.
Allah turut sakit, ketika kita sakit. Allah menangis ketika kita meninggalkan Dia.