Renungan Harian Kristen Protestan

Renungan Harian Kristen Selasa 23 April 2019 ''Teruslah Berbuat Baik Selagi Ada Kesempatan''

Renungan Harian Kristen Selasa 23 April 2019 ''Teruslah Berbuat Baik Selagi Ada Kesempatan''

Editor: maria anitoda
istimewa
Renungan Harian Kristen Selasa 23 April 2019 ''Teruslah Berbuat Baik Selagi Ada Kesempatan'' 

Renungan Harian Kristen Protestan

Selasa 23 April 2019

Oleh: Pdt DR Mesakh A P Dethan MTh

''Teruslah Berbuat Baik Selagi Ada Kesempatan''

Hukum yang membebaskan dan menghidupkan atau hukum yang membelenggu dan menuntun kepada kematian.

Ini pilihan-pilihan hidup orang beriman.

Dan ini juga yang menjadi perhatian serius dari Rasul Paulus sehingga ia menuliskan suratnya kepada jemaat di Galatia.

Secara Ringkas dalam surat Galatia pasal  5–6, Paulus pada akhirnya mengangkat persoalan sunat dan Hukum Taurat secara jelas yang memperingatkan orang-orang Galatia tentang bahaya jika mengikuti pengajaran-pengajaran para Missionaries palsu itu (5:2-12).

Ia kemudian menawarkan kepada mereka suatu visi alternativ bagi suatu masyarakat yang hidup di dalam kasih (5:13-15) dibawah tuntunan dari Roh Kudus.

Jelas nampak, kendati Paulus tidak menyatakan secara nyata, suatu perbandingan antara Roh dan Hukum Taurat.

Hukum Taurat, yang diajarkan oleh para Missionaris itu, merupakan  suatu penangkal penting terhadap keinginan daging.

Paulus sebaliknya menentang ajaran itu.

Menurut Paulus Roh Kudus adalah kekuatan yang memampukan untuk melawan keinginan daging (5:16-26) dan bukan Hukum Taurat.

Sehingga akhirnya Paulus menasehatkan jemaat Galatia bagaimana berelasi satu dengan yang lain sebagai suatu masyarakat, termasuk di dalamnya tindakan-tindakan saling mengoreksi, saling berbagai dan berbuat kebaikan yang seorang kepada yang lain (6:1-10).

Melalui kedua pasal ini kita melihat kepedulian Paulus kepada Jemaat di Galatia ini, yang telah diserang dengan ajaran-ajaran yang menyesatkan dari para Misionaris itu, dimana ajaran-ajaran mereka telah menimbulkan konflik dan perpecahan dalam jemaat (5:15, 26; 6:1-4).

Paulus meminta untuk jemaat Korintus tidak saling menyerang dan saling menjatuhkan satu sama lain serta menghindari perasaan gila hormat.

“Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan....; dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.” (Galatia 5:15, 26).

Karena bagi Paulus sikap-sikap tersebut sama sekali bukanlah didasarkan pada Hukum Kristus.

Yang perlu dikedepankan adalah  saling menolong dalam melepaskan beban yang dialami tiap-tiap orang.

Paulus menulis “Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.

Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu!

Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri.

Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain.

Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri.

Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu” (Galatia 6:1-6).

Paulus memandang gereja sebagai suatu keluarga yang luas (Galatia 6:10), dimana anggota-anggotanya bertanggung jawab seorang kepada yang lain.

Paulus mengharapkan anngota-anggota  jemaat di Galatia memandang diri mereka sendiri bukan sebagai seorang yang bersaing satu dengan yang lain atau memandang dirinya sebagai yang lebih mulia dari yang lain (Galatia 5:26), tetapi hendaknya memandang satu sama lain sebagai saudara dan saudari, saling mendukung satu dengan yang lain.

Oleh mereka bertanggung jawab terhadap satu sama lain, maka mereka tidak boleh membiarkan saudara atau saudarinya  binasa atau mempermalukan dirinya.

Mereka mempunyai tanggungjawab menjaga satu sama lain untuk hidup dengan baik, terhormat dan setia sebagai pengikut-pengikut Yesus. 

Pada saat yang sama juga tanggung jawab untuk menasehati dan mengoreksi angota keluarga yang keliru (melakukan pelanggaran) tetapi dengan kelemahlembutan dan kesabaran, sehingga dengan demikian jemaat yang disiplin akan mencerminkan sifat dari Tuhan sendiri, yang dilayani oleh jemaat.

Kata Yunani yang penting yang Paulus pakai disini adalah peripateite yang artinya berjalan.

Orang beriman diminta  berjalan dengan dituntun oleh Roh.

Kata berjalan  ini juga bisa dalam pengertian Hukum, yaitu Hukum yang berasal dari Allah dan yang menunjuk kepada kehendak Allah, tetapi bukan dalam  pengertian HUKUM Taurat yang memperbudak Tetapi HUKUM Kristus yang membebaskan (Galatia 6:2).

Panggilan untuk berjalan dalam Roh ( Galatia 5:13 ) artinya tidak memberi peluang kepada keinginan daging untuk beroperasi atau bekerja dalam diri orang beriman, sehingga memperbudak diri sendiri, karena menurut Paulus orang beriman telah dibebaskan melalui kasih Kristus yang nyata melalui  kematian dan kebangkitannya.

Kebebasan  yang telah dimenangkan Kristus melalui kayu salib dan kebangkitannya harus diteruskan oleh para pengikutnya.

Hidup di dalam roh dan berjalan di dalam roh bukanlah masing-masing berupaya sendiri, bukanlah hidup dengan memetingkan diri sendiri, tetapi suatu hidup yang hidup bersama dalam suatu mayarakat.

Dan ini merupakan ciri gereja yang harus dikerjakan dan dipraktekan dalam kehidupan sekarang ini, bukan menunggu nanti.  

Gereja sebagai suatu keluarga yang luas disifatkan sebagai saling bergantung setiap angotanya.

Saling ketergantungan ini bukan hanya pada saat tertentu saja, tetapi juga pada setiap waktu.

Dan ketergantungan ini juga termasuk untuk saling mengeritik dalam nilai cinta kasih, jika dibutuhkan dengan dengan kata-kata yang sopan.

Tetapi kita perlu ingat bahwa saling mendukung dan saling bertanggungjawab adalah dua sisi dari satu mata uang.

Keduanya berakar dalam keyakinan bahwa kita adalah satu dalam tubuh Kristus dan yang hidup dalam pengajaran Yesus (Bandingkan Matius 18:15-22).

Paulus menekankan karena orang beriman memiliki apa yang disebut dengan kairos (kata Yunani yang artinya kesempatan atau peluang).

Paulus berkata dalam Galatia 6:10, “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman” (bandingkan Rom 13:11-14; 1 Cor 7:29; 2 Cor 6:2; Col 4:5; cf. Eph 5:16).  

Kesempatan atau peluang itu tidak selamanya ada pada orang beriman.

Malah orang beriman harus berjuang mendapatkannya.

Kalau kita telah memperolehnya berusaha untuk membahagian orang-orang di sekitar kita.

Ada cerita menarik tentang tiga orang anak yang telah berhasil dan berkesempatan membahagiakan ibu mereka.

Alkisah ada tiga orang anak laki-laki yang merantau sukses dalam pekerjaan dan usaha mereka.

Mereka akhirnya mendiskusikan pemberian apa yang dapat mereka berikan kepada ibu mereka yang sudah lanjut usia sebagai hadiah dan ucapan syukur karena mereka bertiga telah menjadi orang yang sukses dan kaya.

Anak pertama berkata, "Aku sudah selesai membangun sebuah rumah yang sangat besar untuk Mama kita!"

Dan anak yang kedua berkata, "Oh, aku sudah mengirimkan Mama sebuah mobil Marcedes, lengkap dengan sopirnya!" Lalu anak ke tiga berkata, "Aku punya hadiah yang lebih istimewa dari kalian berdua!

Kalian tahu kan kalau Mama kita sangat suka sekali membaca Alkitab. Dan kalian juga tahu kan kalau penglihatan Mama kita kurang begitu bagus lagi sehingga dia kesulitan dalam membaca Alkitabnya.

Nah ... aku mengirimkannya seekor Burung Beo luar biasa yang hafal seluruh isi Alkitab.

Mama tinggal menyebutkan kitab apa, pasal, maupun ayat berapa yang ingin didengarnya dan dengan cepat Burung Beo ini akan meyebutkan isinya!!"

Jeda sedikit dulu sebelum saya melanjutkan ceritanya.

Menurut pembaca yang budiman, hadiah-hadiah manakah dari ketiga anak ini yang baik dan paling disukai sang ibu tersayang?

Apakah hadiah rumah besar, mobil mercedes dan sopirnya atau burung beo yang hafal seluruh isi Alkitab?

Mungkin jawaban para pembaca yang budiman bermacam-macam dan tentu ada alasannya masing-masing.

Dan tentu saja sayang tidak berhak untuk mempermasalahkannya.

Tetapi alasan sang ibu mereka dalam kisah ini patut disimak oleh para pembaca yang budiman.

Dan saya kira ini yang ditunggu-tunggu oleh para pembaca. Ayo pasti penasaran khan? Oke kita lanjutkan ceritanya!

Beberapa waktu kemudian, ibu mereka mengirimkan surat ucapan terima kasih kepada anak-anaknya:

"Milton," dia menulis kepada anak pertamanya, "Rumah yang kau bangunkan untukku terlalu besar. Aku hanya menggunakan satu kamar saja, tapi aku harus membersihkan seluruh rumah!" (sedikit ada nada keluhan dan kecapaian dari sang ibu pada anak pertama).

"Gerald," dia menulis kepada anak keduanya, "Aku sudah terlalu tua untuk mengadakan perjalanan. Sepanjang hari aku menghabiskan waktu di rumah saja, jadi aku sangat jarang menggunakan Marcedes itu. Lagipula sopirnya agak kurang sopan!" (Ada nada protes sang ibu pada anak kedua).

"Donald tersayang," dia menulis kepada anaknya yang ketiga, "Kamu betul-betul tahu apa yang menjadi kesukaan Ibumu ini .... Ayam yang kamu kirimkan padaku itu sangat lezat rasanya!" (Memuji anak bungsu yang tahu selera ibunya).

Dari cerita ini jelas bahwa apa yang baik menurut kita belum tentu baik menurut orang lain.

Tetapi toh begitu teruslah berbuat baik selagi ada kesempatan.

Amin para pembaca yang budiman? (*)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved