Semana Santa
SEMANA SANTA; Nasehat Tua Adat Kapela Tuan Meninu Tentang Tragedi Selat Gonzalu
ini isi nasehat Tua Adat Kapela Tuan Meninu Tentang Tragedi Selat Gonzalu
Penulis: Eugenius Moa | Editor: Adiana Ahmad
SEMANA SANTA; Nasehat Tua Adat Kapela Tuan Meninu Tentang Tragedi Selat Gonzalu
Laporan wartawan Pos-Kupang.Com, Eginius Mo’a
POS-KUPANG.COM | LARANTUKA- Musibah tenggelamnya Suster Epifani, CIJ, biarawati CIJ Larantuka bersama 10 orang lain di Selat Gonzalu, Larantuka, Kabupaten Flores Timur (Flotim), Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) lima tahun lalu masih membekas kuat bagi para peziarah dan umat Katolik Kota Larantuka.
Mereka meregang nyawa ketika mengikuti proses laut Jumat Agung mengantar bayi Yesus Tuan Meninu keluar dari Kapela Tuan Meninu di Pante Kota, Kelurahan Sarorati menuju ke Pante Kuce di Kelurahan Pohon Sirih, Kota Larantuka.
Musibah itu memberi banyak refleksi kepada siapa saja terlebih umat Katolik Kota Larantuka dan setiap kita yang hendak mengikuti ritual keagamaan ini.
• SEMANA SANTA: Korban Tragedi Selat Gonzalu Diperingati Peziarah di Pantai Kota
Tokoh Adat KapelaTuan Meninu, Anton Fernadez, mengatakan prosesi laut itu merupakan warisan turun temurun nenek moyang sejak lima abad yang lalu bertahan sampai kini. Mereka hanya mengikuti dan meneruskan tradisi yang ditinggalkan itu.
“Kalau Tuan Meninu mau keluar (Kapela) ke Pantai Kota, tidak boleh ada sampan, perahu mtor atau kapal yang melintasi di Selat Gonzalu. Tidak boleh ada yang menghalangi. Kebiasaan itu kami pegang teguh sampai sekarang,” kata Anton Fernandez kepada POS-KUPANG.COM, Kamis (18/4/2019) di Taman Doa Tuan Meninu.
Anton Fernandez menambahkan, semua tata upacara prosesi laut dalam buku panduan supaya ditaati.
“Tata upacara dan sudah ada di buku panduan. Peziarah harus datang sebelum pukul 12.00 Wita di Pantai Kota.Tapi kalau sudah waktunya Tuan Meninu mau keluar masih ada kapal melintasi, resikonya tanggung sendiri,” wanti-wanti Anton Fernadez.
• Semana Santa, Ratusan Umat Katolik Ziarah ke Wureh Flores Timur
Anton Fernadez percaya musibah lima tahun yang lalu erat kaitanya pelanggaran tradisi itu. Ia menduga pada saat Tuan Meninu akan lewati dari Pante Kota ke Pante Kuce ada perahu motor yang melintas.
“Kita perkirakan ada perahu motor yang lewat jelang pukul 12.00 Wita. Kepercayaan nenek moyang kami pegang teguh. Sudah ada panduan acaranya. Pukul 09.00-10.00 Wita harus sudah ada di sini. Jangan tunggu pukul 12.00 Wita baru kesini,” wanti-wanti Anton Fernandez. (*)
