Renungan Harian Kristen Protestan
Renungan Harian Kristen Rabu 10 April 2019 Tanpa Pakaian Berbalut Kasih Kristus Kita Telanjang
Renungan Harian Kristen Rabu 10 April 2019 Tanpa Pakaian Berbalut Kasih Kristus Kita Telanjang.
Renungan Harian Kristen Protestan
Rabu 10 April 2019
Oleh: Pdt. DR Mesakh A.P. Dethan, MTh, MA
Anda sebetulnya Porno! Karena Tanpa “Pakaian Berbalut Kasih Kristus” Kita Sebetulnya Tidak Memakai Apa-apa Alias Telanjang.
Tinggal bersama, bertumbuh bersama, bekerja bersama, susah bersama-sama dan senang bersama-sama, bangga bersama-sama, dan malu pun bersama-sama, menanggung penderitaan bersama-sama dalam iman adalah dambaan dan tekad bukan hanya sebuah keluarga, tetapi juga semua orang orang dalam segala lingkup dan tingkatan.
Idealnyanya begitu bahwa kita bisa hidup bersama dengan rukun.
Dan alkitab juga melalui raja Daud menganjurkan begitu dalam Mazmur 133:1
“Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!”
Tetapi faktanya tidak demikian.
Suami istri beda pendapat dan beda pilihan bukan hanya soal selera makan, bahkan dalam hal-hal krusial dalam hidup mereka, termasuk hal yang meneganggankan dan krusial bagi bangsa Indonesia yang ditunggu-tunggu nanti dalam tujuh hari ke depan yakni pada tanggal 17 April 2019.
Anak-anak beda pendapat dengan orang tua.
Pacar yang laki-laki maunya pacaran di tempat gelap, sementara yang si ceweknya maunya di depan teras rumah di terangi lampu 120 Watt dan bila perlu lebih.
Maunya Cowok hanya ajak nonton filim berdua, tapi cewek datang membawa rombangan keluarga, termasuk Omanya yang duduk di kursi roda.
Idealnya kita hidup damai, tapi faktanya kita saling curiga, saling hina dan dan saling fitnah.
Penulis surat 1 Tim 6:4 mengatakan ada orang yang selalu berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa.
Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga.
Juga Titus 3:3 memberi alasan itu terjadi karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci.
Ini misalnya yang dialami Audrey di Pontianak sebagaimana dilaporkan media masa.
#JusticeForAudrey tiba-tiba menjadi viral karena kisah Pilu yang di alami Audrey adalah contoh ujaran kebencian yang diposting di media sosial yang tidak terkontrol dan berlanjut dengan saling ejek antar korban dan pelaku.
Dimana salah satu pelaku yang menjemput sebetulnya bukan orang lain karena masih saudara sepupunya sendiri.
Korban di jemput oleh sepupunya sendiri dari rumahnya.
“Ketika dibawa ke Jalan Sulawesi korban diinterogasi dan dianiaya secara brutal oleh pelaku utama tiga orang dan rekannya yang membantu ada 9 orang sehingga total ada 12 orang," kata Wakil Ketua KPPAD, Tumbur Manalu.Korban dianiaya di dua lokasi, selain di Jalan Sulawesi, korban juga dianiaya di Taman Akcaya.Ada tiga aktor utama yang dilaporkan korban terkait penganiayaan tersebut."Ada tiga orang yang dilaporkan oleh korban," kata Kabid Humas Polda Kalbar Kombes Dony, Selasa (9/4/2019).Sementara sembilan orang lainnya, membantu pelaku dalam melancarkan aksinya.
Permasalahan awal karena masalah cowok.
Menurut info, kakak sepupu korban merupakan mantan pacar pelaku penganiayaan ini.
Namun antara pelaku dan korban saling berbalas komentar di media sosial.
Hingga akhirnya pelaku merencanakan penjemputan dan penganiayaan terhadap korban
Korban dianiaya. Bahkan menurut informasi yang didapat, kepala korban dibenturkan ke aspal.
“Para pelaku membenturkan kepala korban dengan aspal, lalu menendang perut korban berkali-kali, serta dilakukan pencekikan dan penyiraman dengan air secara bergantian," tulis akun @syarifahmelinda". Dan wajah korban ditendang dengan sendal gunung sehingga terjadi pendarahan dalam hidung korban serta di kepala ada benjolan dan kebanyakan luka dalam,” tambahnya.
Selain itu, pelaku diduga melukai bagian organ intim korban hingga menimbulkan bekas luka dengan harapan agar korban tidak perawan lagi.
Setelah mengalami penganiayaan, korban takut melaporkan ke orangtuanya.
Bahkan masalah ini baru disampaikan ke orangtuanya selang 7 hari usai penganiayaa.
Korban dan orang tuanya melaporkan penganiayaan tersebut ke Polsek Pontianak Selatan, Jumat (5/4/2019)Setelah dilaporkan ke pihak kepolisian, langsung dilakukan proses mediasi di Polsek Pontianak Selatan.
Sebenarnya sempat dilakukan mediasi pada tanggal 5 April kemarin, namun tidak ada itikad baik dari para pelaku seperti meminta maaf.
Bahkan viral dan beredar pula foto-foto para pelaku yang cengengesan selama berada di kantor kepolisian.
Ini salah satu contoh aktual, bahwa hidup berkeluarga dan berteman tidak selalu rukun dan damai.
Apalagi jika setiap orang dalam keluarga itu tidak mampu mengendalikn emosinya, mengendalikan mulutnya, mengendalikan jari-jarinya ketika mengetik ujaran-ujaran kebencian di media sosial.
Selain itu pada kelompok sosial, lembaga atau organisasi manapun mulai dari yang kecil hingga besar selalu bergerak dua dimensi kepentingan, yaitu kepentingan bersama melawan kepentingan pribadi.
Contoh yang paling kecil saja dalam lingkungan keluarga, anak-anak menuntut orang tua memenuhi semua kebutuhan, sementara mengabaikan kewajiban yang diberikan orang tua.
Istri mau agar suami harus mengikuti keinginan dirinya, tetapi mengabaikan keinginan suami.
Ketegangan antara keinginan kita untuk hanya memenuhi ego kita sendiri lebih kuat dari pada kita rela memperhatikan perasaan dan kepentingan orang lain juga.
Menghindari itu semua Rasul Paulus dalam bacaan kita 1 Korintus 12:1-31 mengingatkan orang beriman untuk menjaga keutuhan dan kebersamaan sebagai Tubuh Kristus mulai dari lingkup kecil hingga yang paling luas.
Dalam 1 Kor 12:7 Rasul Paulus mengatakan mengapa kita harus berjuang dan mampu menjaga kebersamaan, kedamaian dan kerukunan, karena kepada tiap-tiap orang Tuhan Allah telah mengaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.
Lebih dari pada itu Paulus katakan bahwa persekutuan orang percaya adalah persukutuan sebagai Tubuh Kristus dalam 1 Korintus 12:14-27.
14 Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota.
15 Andaikata kaki berkata: "Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh?
16 Dan andaikata telinga berkata: "Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh?
17 Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran? Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman?
18 Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya.
19 Andaikata semuanya adalah satu anggota, di manakah tubuh?
20 Memang ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh.
21 Jadi mata tidak dapat berkata kepada tangan: "Aku tidak membutuhkan engkau." Dan kepala tidak dapat berkata kepada kaki: "Aku tidak membutuhkan engkau."
22 Malahan justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan.
23 Dan kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. Dan terhadap anggota-anggota kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus.
24 Hal itu tidak dibutuhkan oleh anggota-anggota kita yang elok. Allah telah menyusun tubuh kita begitu rupa, sehingga kepada anggota-anggota yang tidak mulia diberikan penghormatan khusus,
25 supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan.
26 Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita.
27 Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya.
Kuncinya menurut Rasul Paulus kita harus punya komitmen untuk hidup sehati sepikir, bersedia belajar dan menghargai orang lain, jika itu dapat kita lakukan dan apabila itu bergantung pada kita, maka harus kita lakukan, Roma 12:16-18:
“16 Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!
17 Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!
18 Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!”
Menurut Paulus hal itu dapat kita lakukan, jikalau kita mau belajar meniru Kristus.
Menurut Paulus jika kita mau meniru Kristus dan Kristus menjadi acuan dalam seluruh aktivitas kita, yakni sikap perendahan diri dan pengorbanan, maka kedamaian dan persatuan dalam keluarga, dan di dalam masyarakat bisa tercapai, (Filipi 2: 5-8: 5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, 6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib).
Nasehat ini Paulus tujukan terhadap jemaat Filipi sebagai hal yang mendesak untuk dilakukan untuk menghindari keratakan dalam jemaat.
Kristus dalam penderitaannya telah memberikan teladan agung.
Teladan Kristus menjadi patron atau model yang cocok bagi kehidupan orang percaya untuk memelihara dan membangun tubuh Kristus supaya kasih perasaudaraan dapat terwujud.
Kristus telah datang untuk melenyapkan segala pertengkaran dan karena itu jangan sampai ada roh pertentangan.
Kristus telah datang untuk merendahkan hati kita, dan karena itu jangan sampai ada roh keangkuhan.
Kristus telah datang untuk memaafkan dan mengampuni dosa kita, dan karena itu jangan sampai kita mendendam orang dan menunggu saat yang tepat untuk membalas.
Lingkaran setan permusuhan, pertentangan, saling membalas jahat dengan jahat, saling hina dengan hina hanya bisa kita hentikan, jika kita rela mengenakan kasih Kristus sebagai pakaian pada tubuh kita.
Tanpa “pakaian berbalut kasih Kristus” kita sebetulnya tidak memakai apa-apa alias telanjang.
Tanpa itu orang Kristen seperti hidup dan berjalan dengan telanjang sepanjang jalan hidupnya kemana pun ia pergi.
Melihat perilaku kita seperti ini, maka orang bisa saja berkata: “Anda sebetulnya Porno!” (*)