Pulau Bali dan Jawa Tak Boleh Menyatu, PUID Bali Lakukan Hal Unik Ini
Pulau Bali dan Jawa tak boleh menyatu, PLN Unit Induk Distribusi (UID) Bali, mengubah design (re-design) Jawa Bali Crossing (JBC).
Penulis: OMDSMY Novemy Leo | Editor: OMDSMY Novemy Leo
Kemudian re-design dari Jawa tetap dengan tower tinggi di Watudodol, menyebrang di tengah laut di selat Bali dengan tower juga sekitar 500 meter-1Km dari bibir pantai Gilimanuk.
Dengan kedalaman di tengah laut sekitar 40-60 meter, sehingga tinggi tower 200-250 meter.
“Nah dari tower di tengah laut ini, kemudian turun ke bawah laut menggunakan kabel bawah laut untuk sambungan ke Bali,” jelasnya.
Tujuannya, agar secara kasat mata Jawa dan Bali tidak terhubung.
Kedua, kata dia, tidak akan ada tower tinggi di dekat Pura Segara Rupek.
“Landing point kabel ini kami upayakan di Gilimanuk, di dekat gardu PLN,” katanya.
Sehingga tidak ada kegiatan apapun di dekat Pura Segara Rupek.
Pihaknya akan membangun Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (Gitet) 500 KV di Gilimanuk.
“Sehingga dengan ini, Bali ada tambahan supply daya listrik nanti sebesar 350-400 MW,” sebutnya.
Sehingga ditambah dengan daya yang ada sekarang bisa mencapai hingga 2.000 MW lebih, dengan perkiraan mampu bertahan hingga 2026 nanti.
Re-design diharapkan selesai di semester satu 2019, termasuk mengurus perubahan Amdal dan setelah itu akan disosialisasikan.
“Mudah-mudahan 2020 kontrak sudah bisa berjalan, pendanaan sudah ada. Sehingga bisa selesai di tahun 2022 atau 2023,” katanya.
Suwarjoni menjelaskan, JBC sangat penting bagi Bali karena perencanaannya sejak awal antara Jawa dan Bali memang satu sistem.
Sebab, kata dia, memang telah dibangun pembangkit di Jawa yang juga untuk Bali hingga 2026 nanti.
“Untuk Bali memang tidak ada rencana pembangunan pembangkit, kecuali renewable energi seperti tenaga surya di atas tanah, dengan perkiraan lahan yang dibutuhkan hingga 25 Ha di Bali timur dan Bali barat masing-masing 25 Wp. Ini sudah masuk RUPTL tahun 2017,” imbuhnya.