Renungan Kristen Protestan

Ditegur dan Dikritik, Enjoi Saja

Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya.

Editor: Ferry Jahang
zoom-inlihat foto Ditegur dan Dikritik, Enjoi Saja
Dok Pribadi
Pendeta Messakh Dethan

Ditegur dan Dikritik, Enjoi Saja!
Renungan Kristen Protestan, 20 Februari 2019
Oleh : Pdt. DR Mesakh A.P. Dethan, MTh, MA

CAMBUKKAN Allah memang menyakitkan namun menyembuhkan. Demikian kata-kata indah yang berasal dari Liem Hwa Yong, seorang penulis Cina yang terkenal.

Apa arti dari kata-kata Liem Hwa Yong ini?

Sebelum menjawabnya saya ingin menceritakan sebuah cerita menarik.

Ada sebuah cerita (yang dikutip oleh Xavier Quentin Pranata, 100 Kisah yang Mengubah Hidup Anda, Yayasan Andi, Yogyakarta 1999, hal. 32-33, dari James H. McConkey ), yang bisa menolong kita memahami kata-kata yang dalam itu.

Alkisah ada seorang wanita sedang menikmati udara musin panas di Swiss. Suatu hari dia berjalan-jalan.

Ketika mendaki sebuah lereng gunung, dia tiba di rumah seorang gembala. Dia menuju pintu dan melongok ke dalam. Dia melihat seorang gembala sedang duduk dikelilingi ternaknya.

Di dekatnya terbaring seekor domba. Ketika wanita itu memperhatikan dengan cermat, ia melihat bahwa kaki domba itu patah. Dengan segera ia merasa simpati dengan domba yang terluka itu.

Dia memandang dengan tatapan bertanya kepada gembala itu "Apa yang terjadi dengan domba itu?" tanyanya.

Begitu terkejutnya wanita itu ketika gembala itu menjawab, "Bu, saya telah mernatahkan kakinya."

Wajah wanita itu menyiratkan kengerian dan rasa sakit. Ketika melihat hal itu, gembala itu berkata:

"Bu, dari semua domba saya, domba inilah yang paling bandel. Dia tidak pernah mematuhi suara saya. Dia tidak mau mengikuti arah yang saya tunjukkan."

Domba ini berjalan ke tempat-tempat yang curam dan terjal yang membahayakan dirinya. Tidak hanya itu, dia juga membuat domba-domba saya yang lain berserakkan. Saya sudah berpengalaman menangani domba yang nakal semacam ini. Jadi saya mematahkan kakinya.

Hari pertama saya mendekatinya dan memberinya makan, dia mencoba untuk menggigit saya. Saya membiarkan hal ini selama dua hari.

Kemudian, saya kembali lagi. Dan sekarang, dia tidak hanya mau memakan makanan yang saya berikan, tetapi juga menjilati tangan saya dan menunjukkan sikap penyerahan bahkan kasih sayang.

Dan sekarang izinkan saya memberitahu Ibu sesuatu. Jika domba itu sudah sehat, dan itu tidak akan lama lagi, dia akan menjadi domba teladan dalam kumpulan ternak saya.

Tidak ada domba lain yang lebih cepat mendengar suara saya. Tidak ada domba lain yang mengikuti saya begitu dekat selain dia."

Cerita ini menolong kita memahami bahwa ada dua macam penderitaan kalau begitu. Penderitaan akibat dari dalam diri sendiri atau akibat dari ulah dari dirinya sendiri, dan penderitaan yang datang dari luar dirinya sendiri.

Atau dengan kata lain, ada orang yang menderita karena gara-garanya sendiri.
Misalnya orang mencuri ayam dan dia kena pukul sampai bapak belur, lalu ia menderita karena itu kesalahannya sendiri.

Tetapi bagaimana dengan orang yang sudah berbuat baik, tetapi toh tetap menderita akibat perbuatan orang lain.

Firman Tuhan hari ini yang terambil dari 1 Petrus 3:13-32 mencoba menjelaskan masalah ini.

Rasul Petrus memulai dengan mengajukan sebuah pertanyaan retorik dalam 3:13: "Ayat 13, Dan siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik?

Pertanyaan retorik ini tentu harus kita pahami dalam hubungan dengan bagiannya yaitu dalam 3:8-12. Bahwa ciri orang Kristen adalah berusaha hidup damai dan menciptakan perdamaian.

Untuk menegaskan itu Rasul Petrus mengutip Mzr 34:13-17. Ayat 10 "Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu.

Ayat 11, Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya.

Ayat 12, sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat."

Tetapi tantangan orang Kristen bukan datang hanya dari diri sendiri, tetapi juga datang dari luar. Dan itulah yang dihadapi orang-orang Kristen abad mula-mula.

Mereka harus menderita karena tekanan yang datang dari luar, khususnya dari pihak Kekaiseran Romawi yang saat itu masih bersifat anti Kristen.

Banyak orang Kristen yang menderita dan bahkan mati karena mempertahankan imannya. Dan Rasul Petrus tidak menutup mata terhadap hal ini, karena itu ia melanjutkan kata-kata nasehatnya dalam 3: 14-16:

Ayat 14, tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar.

Ayat 15, tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat,

Ayat 16, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu.

Dengan nasehat ini Rasul Petrus hendak menegaskan bahwa karena imannya orang Kristen harus mengambil risiko dibenci oleh orang lain, disiksa dan dibunuh oleh pihak-pihak yang berbeda imannya.

Tetapi menerima penderitaan ini bukan dengan suatu sikap kepasrahan dan apatis (masa bodoh), tetapi dengan sikap ibadah, waspada dan kritis.

Sikap ibadah ditunjukan melalui pengudusan diri (Yun. Hagiasate artinya kuduskanlah dirimu). Sikap waspada ditunjukkan melalui berjaga-jaga dalam segala sesuatu (Yun. Hetoimoi artinya berjaga-jagalah).

Dan sikap kritis ditunjukkan melalui hati nurani yang murni (Yun. meta prautetos). Sehingga walaupun pada awalnya kita menderita oleh fitnahan-fitnahan orang lain, saatnya akan tiba Tuhan membalik keadaan, dimana para pemfitnah itu justru yang merasa malu karena fitnahan dan tuduhan mereka tidak benar.

Menurut Rasul Petrus Yesus adalah model ideal yang bisa dicontohi oleh orang Kristen. Dan hal ini ia tegaskan dalam 3: 17:

Ayat 17, sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat.

Dan Kristus telah melewati semuanya, seperti yang terungkap dalam kata-kata yang indah dalam ayat 18-22. Saudara-saudara tahu bahwa 1 Petrus 3:18-22 asli merupakan sebuah lagu atau hymne jemaat untuk memuliakan Kristus.

Dan hymne ini Rasul Petrus angkat sebagai dasar untuk menasehati jemaat yang menderita karena imam mereka.

Pola yang mirip ketika Paulus menggutip Hymne Kristologi dalam Fil 2:6-11, sebagai dasar nasehat etisnya (dalam Fil. 2:1-5).

Karena itu sama seperti Kristus yang menderita dan mati, tetapi Ia juga menang dan bangkit oleh karena kekuatan Roh Allah. Pengharapan inilah menjadi dasar orang beriman untuk tetap kuat dan bertahan.

Ayat 18, Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh,

Ayat 19, dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara,

Ayat 20 yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu.

Ayat 21, Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah oleh kebangkitan Yesus Kristus,

Ayat 22, yang duduk di sebelah kanan Allah, setelah Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada-Nya.

Tentu tantangan orang Kristen abad mula-mula berbeda dengan kita sekarang ini. Tetapi di beberapa tempat cenderung mengalami penderitaan dan penganiyaan dalam berbagai-bagai bentuk seperti dilarang beribadah.

Dan ini tentu kita sesalkan. Oleh karena itu tiga hal yang tadi kita renungkan, dalam menghadapi penderitaan ada tiga hal yang perlu kita pegang, dan ketiganya tentu terkait dengan Kristus sebagai model, yaitu ibadah, waspada dan sikap kritis.

Sikap kristis ini juga kadang perlu. Sebab kadang kita menderita karena kita yang memang mau cari-cari cari sendiri penderitaan.

Contoh cerita tentang seorang kasir di toko di Jerman, yang dipecat gara-gara hanya uang 1 Euro (yang kira-kira setara dengan 12 ribu- hingga 15 ribu rupiah).

Di pengadilan kasir ini terbukti mengambil barang di toko tanpa membayarnya, karena dia sendiri kasirnya. Tetapi kemudian ketahuan melalui kamera pengintai yang dipasang di toko itu oleh pemiliknya.

Walapun si kasir memohon pada hakim supaya jangan dihukum karena uang itu tak seberapa dan apalagi ia telah bersedia mengganti uang 1 Euro itu, tetapi hakim tetap pada keputusanya menghukum dan membenarkan pemecatan yang dilakukan majikannya atas dirinyanya.

Alasan hakim bukan soal uang satu Euro yang tidak seberapa itu (gaji wanita itu sekitar 2500 Euro perbulan atau kurang lebih setara dengan dua puluh lima juta rupiah), tetapi soal kejujuran itu yang lebih utama dan dibutuhkan oleh sang majikan dalam berdagang.

Contoh lain. Ada yang sudah tahu dirinya sakit gula, tapi mau makan coklat, ice cream dan manis-manis tiap hari.

Sudah tahu sakit dari tinggi, tapi doyan makan daging sapi. Memangnya orang mati kalau hanya makan sayur.

Coba lihat dibuku Guinnes Book, orang-orang yang umur panjang itu hanya makan sayur, dan tidak makan daging apalagi ice cream.

Satu hal lagi kalau kita menderita karena kesalahan kita, dan Tuhan menegur. Terimalah itu sebagai teguran Tuhan yang baik. Dan bersyukurlah bahwa ada kesempatan dimana kita ditegur.

Sebab Firman Tuhan berkata dalam Ibrani 12:5-7: "5 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak:

"Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;

Ayat 6, karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."

Ayat 7, Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?" (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved