Diskusi Warkop HPN 2019, Bupati Sikka Rela Dicemooh dan Dimaki
Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo sepakat pers terus menjalankan fungsi kontrol kepada pejabat publik. Ia menganggap media, selalu
Penulis: Eugenius Moa | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Wartawan Pos-kupang.com,Eginius Mo’a
POS-KUPANG.COM, MAUMERE--- Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo sepakat pers terus menjalankan fungsi kontrol kepada pejabat publik. Ia menganggap media, selalu menyuarakan kepentingan publik.
Menurutnya, resiko menjadi pejabat publik dan pengambil kebijakan disoroti media kapan saja. Waktu tidur akan ada penilaian. Cara jalan, cara kedip dan cara senyum. Semuanya penuh makna.
“Sejak dilantik 20 September 2018 saya sudah sampaikam kepada istri dan anak-anak saya. Saya jadi bupati, jadi kalian harus siap. Kita berikan pelayanan total kepada rakyat. Harus siap diludahi, dimaki dan dicemooh. Yang Jelek-jelek itu adalah bupati,” ujarnya ketika menjadi narasumber diskusi warung kopi (Warkop) memperingati Hari Pers Nasional (HPN) di Cafe Kopi Mane, Maumere, Sabtu (9/2/2019).
• Pelatih Manchester City Guardiola: Real Madrid Bukan Tim Terbaik Dekade Ini
Roby, sapaan Fransiskus Roberto Diogo, menilai perkembangan pers di Sikka cukup pesat sejalan kemajuan teknologi informatika telah membuat kita hidup dalam dunia yang transparan. Kondisi ini tantangan bagi pejabat publik dan kita semua.
• BREAKING NEWS: Komplotan Pencuri Ternak Sapi Ditangkap Timgab Polres Sumba Timur
• Bawaslu Nagekeo Rekrut Pengawas TPS, Berikut Jadwalnya!
“Saya mendukung insan pers sebagai penjaga idealiasme, pengontrol dan pendendali. Terus terangan, saya takut sama wartawan. Kenapa? Karena saya mau idealisme saya tumbuh. Artinya, perilaku sebagai bupati lebih dari 50 persen dipengaruhi oleh media. Saya percaya mereka mewakili publik. Perilaku saya terjaga dengan itu,” imbuh Roby.
Ia membiarkan penyelenggaraan pemerintahan dikritik, memberikan kebebasan kebebasan wartawan menulis apa saja. Namun, diimbangi juga kesempatan untuk klarifikasi.
“Hidup berbuat dosa dan berikan kesempatan untuk saling memaafkan. Kalau dosa itu biasa, tapi memaafkan tapi tidak usah takut,” ujar Roby.
Roby bersama pasangan Wabup Sikka, Romanus Woga, baru empat bulan memimpin berusaha tampil apa adanya.
“Saya terkejut terjadi di media, ada pemberitaan seolah konflik besar dengan DPRD. Kadang saya gunakan bahasa hiperbola. Saya gunakan kata ‘perang’ dengan DPRD. Kata perang itu ngeri ee.. Sebagai suami istri juga perang. Maksud saya itu ada pesan yang disampaikan,” katanya.
Ia menghendaki DPRD dan pemerintahan menjalankan fungsinya secara maksimal. “Saya menghendaki DPRD menjalankan fungsi kontrol total. Bupati salah, omong sampai tuntas,” pungkas Roby.
Diskusi yang mengusung tema “Publik Berbicara tentang Pers’ juga menghadirkan narasumber Kapolres Sikka, AKBP Rickson, Situmorang, S.IK, Wakil Ketua DPRD Sikka, Merison Botu, akademisi Dekan Fakultas Komunikasi Unipa Maumere, Dr.Gery Gobang,S.Fil, M.A, dan peneliti dari Chandraditya Maumere, Pater Eman Embu. *)