Pasien DBD yang Dirawat Jadi 59 Orang, Manajemen RSU Imanuel Waingapu Gencar Fogging

Pasien DBD yang Dirawat Jadi 59 Orang, Manajemen RSU Imanuel Waingapu Gencar Fogging

Penulis: Robert Ropo | Editor: Kanis Jehola
ISTIMEWA
Petugas dari RSU Imanuel Waingapu sedang melakukan fogging di Kelurahan Matawai. 

Pasien DBD yang Dirawat Jadi 59 Orang, Manajemen RSU Imanuel Waingapu Gencar Fogging

POS-KUPANG.COM | WAINGAPU - Pasien yang terkena penyakit demam berdarah (DBD) yang dirawat di RSU Imanuel Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, NTT terus meningkat.

Pasalnya dari tanggal 1 sampai 24 Januari 2019 terdata 53 orang pasien yang dirawat, kini meningkat menjadi 59 pasien DBD yang dirawat di RSU Imanuel hingga sampai hari ini, Rabu (30/1/2019).

Dokter Anak RSU Imanuel Waingapu, Dr. David Victory Wau, S. Pa kepada POS-KUPANG.COM di ruang kerjanya, Rabu (30/1/2019) menjelaskan tanggal 1 sampai 24 Januari 2019 terdata 53 orang pasien DBD yang dirawat, namun kini berubah menjadi 59 pasien DBD yang dirawat di RSU Imanuel hingga sampai hari ini, Rabu (30/1/2019).

Ini yang Dilakukan Dinas Lingkungan Hidup Nagekeo Lestarikan Pesisir Pantai Marapokot Mbay

Dr. David mengatakan dari 59 pasien DBD yang dirawat di RSU tersebut dengan rentan usia mulai dari 1,6 tahun yang paling muda hingga pasien yang berusia 68 tahun. Dan secara rata-rata yang dominan pasien DBD yang dirawat di RSU tersebut merupakan anak-anak yang berusia dibawa 18 tahun.

Bangunan Eks Terminal Carep Dirobohkan, Victor Madur: Fungsinya Dialihkan ke Pendidikan

"Memang DBD ini semua usia bisa terkena virus dangue ini, dia tidak mengenal usia. Tapi memang di RSU Imanuel paling banyak anak-anak, dari 59 pasien DBD yang dirawat disini empat pasien dewasa diatas usia 18 tahun, sedangkan sisa sebagian besarnya yakni rata-rata anak-anak usia 6 sampai 18 tahun," jelas Dr. David.

Dr. David juga mengatakan dari 59 pasien yang dirawat di RSU Imanuel sepanjang tahun 2019 ini semuanya syukur kepada Tuhan selamat dan ditolong dengan baik, meskipun ada pasien yang sudah cukup berat hingga mengalami pendarahan di saluran pencernaan dan hidung.

"Tapi yang paling saya senang melihat masyarakat di Waingapu mereka baru demam pun langsung datang, artinya kesadaran masyarakat terkait adanya wabah ini sudah ada, sehingga mereka itu tidak berlama-lama atau membiarkan dengan mengabaikan, jadi syukur puji Tuhan kita bisa selamatkan dengan baik," kata Dr. David.

Melihat kondisi pasien DBD yang terus meningkat dirawat di RSU Imanuel, pihak Manajemen RSU tersebut terus gencar melakukan fogging di sejumlah wilayah di Kota Waingapu dan sekitarnya.

Hari ini, Rabu (30/1/2019) pagi pihak manajer RSU tersebut melakukan fogging nyamuk di wilayah Kelurahan Matawai dan Hambala untuk mematikan nyamuk penyebab virus dangue.

Direktur RSU Imanuel Waingapu, Dr. Danny Christian ketika ditemui POS-KUPANG.COM di RSU Imanuel, Rabu (30/1/2019) siang, mengatakan pihaknya akan terus melakukan fogging dilokasi yang diduga menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypty.

Selain itu, jika ada setiap pasien yang masuk di RSU tersebut karena demam berdarah, maka pihaknya turun melakukan fogging di area lingkungan tempat tinggal pasien itu.

"Jadi kita akan fogging seluruh daerah yang kita curigai sebagai tempat perlindungan nyamuk. Dan juga jika ada pasien yang masuk dirawat di RSU ini kami menemukan kasusnya DBD, maka alamat rumah pasien akan kami catat dan kami lakukan fogging," kata Dr. Danny.

Dr. Danny mengatakan fogging yang dilakukan tidak dipungut biaya apapun kepada pasien alias gratis, karena persediaan malation yang cukup banyak untuk fogging dari RSU.

"Ke depan kami akan melakukan fogging rutin pada setiap pekan di setiap hari Jumat dan Sabtu secara bergilir di Kelurahan Matawai, Kambaniru, dan Kelurahan Kambajawa serta daerah-daerah yang ada alamat pasien DBD kami, kami akan fogging. Meskipun kalau dihitung kami rugi, tetapi ini demi keselamatan masyarakat karena kini kasus DBD terus meningkat," kata Dr. Danny.

Menurut Dokter Danny tujuan fogging tersebut hanya untuk jangka pendek untuk memutuskan mata rantai nyamuk. Namun, sebenarnya yang bagus untuk menghentikan virus DBD tersebut adalah perilaku hidup sehat dari masyarakat dengan selalu mengontrol lingkunganya sehingga tidak ada tempat-tempat perlindungan dan perkembangbiakan nyamuk misalnya kaleng-kaleng bekas di kubur, diberantas sarang nyamuk, dan pada bak mandi yang berisi air disimpan abate.

"Nyamuk demam berdarah ini justru lebih suka di air yang jernih untuk berkembangbiak. Jadi fogging itu hanya memutuskan mata rantai nyamuk sesaat saja, tapi untuk jangka panjang harus memperhatikan perilaku hidup sehat dari masyarakat itu sendiri," kata dr. Danny.

Dr. Danny juga mengatakan demam berdarah di Sumba Timur khususnya di Waingapu sudah berlangsung sejak empat tahun terakhir mulai endemik DBD. Sebelumnya Sumba Timur khususnya Waingapu tidak pernah ada DBD. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Robert Ropo)

Sumber: Pos Kupang
  • Berita Populer
    Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved