Opini Pos Kupang
Kota Terkotor, Media Massa dan Pembangunan, Catatan RD Maxi Un Bria
Masyarakat tentu juga berharap bahwa pendekatan dan penataan kebersihan berbasis keluarga, lingkungan
Dengan terpublikasinya kota-kota kecil terkotor di NTT ini, memicu dan memacu pemerintah setempat untuk berbenah sebagai langkah maju dalam mendukung Program Gubernur Provinsi NTT yang mendorong sektor pariwisata sebagai kekuatan dalam meningkatkan kesejahteraaan masyarakat NTT.
Mengingat Kota Kupang adalah Barometer Provinsi NTT maka persoalan kotornya kota ini, mesti mendapat perhatian dan perlakuan yang khusus dengan melibatkan berbagai komponen masyarakat, agar Kota Kupang kembali menegaskan diri sebagai Kota Kasih yang bersih dan nyaman. Kita berharap masyarakat memiliki kepedulian dan kesadaran untuk membuang sampah pada tempat yang benar dan tidak hanya membiarkan persoalan ini ditangani oleh pemerintah Kota semata.
Keluarga-keluarga yang hidup di kota dengan kebiasaan berbelanja yang tinggi dapat juga menjadi penyubang sampah yang besar bila tidak diurus dengan baik. Karena itu kesadaran tentang membuang dan mengurus sampah secara benar dan sehat kiranya dimulai dari keluarga masing-masing. Keluarga dapat membungkus sampah rumah tangga secara rapih dan menempatkannya pada tempat yang telah ditentukan agar dengan mudah dapat diambil petugas kebersihan.
Bersih itu KebutuhanManusiawi
Bila kita mengikuti pemberitaan pada media juga menurut Mercer Health and Sanitation Index, World Health Organization (WHO) dan the Blacksmith Institute (2018) terdapat 10 kota terkotor di dunia berkaitan dengan faktor sanitasi buruk, kualitas udara dan polusi industri. Kota paling kotor adalah Meksiko dan diikuti dengan Kota Ludhiana-India. Kita bersyukur dari 10 kota terkotor di dunia, tidak termasuk satu kota pun dari Indonesia. Namun di kawasan ASIA Indonesia masuk dalam urutan ke 5.
Julukan itu menggugah hati kita untuk terus berupaya menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman bagi hidup kita sebagai pribadi, keluarga, masyarakat dan negara. Dalam debat calon Presiden yang Pertama (17 Januari 2019) memang belum ada program dan bahasan yang mendalam tentang lingkungan hidup utamanya tentang persoalan sampah.
Namun seiring perjalanan waktu manusia patut merefleksikan hidupnya di planet bumi ini, agar memperoleh budi yang arif dalam menata dan mengelola sampah secara baik dan benar.
Hari ini berbagai elemen masyarakt dunia berpikir dan berdiskusi tentang sampah karena persoalan sampah menjadi momok bagi keberlanjutan program pemeliharaan lingkungan hidup dan bumi demi kepentingan dan hidup manusia generasi mendatang. Semoga kita semua ikut peduli memperhatikan kebersihan lingkungan mulai dari keluarga dan komunitas kita masing-masing. Marilah kita mulai membiasakan diri peduli kebersihan dan mengurus sampah dengan arif.*
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/sastra2_20160908_180957.jpg)