Berita NTT Terkini
Harumkan Nama NTT, Begini Kisah Marion Jola, Felix K Nesi Hingga Dicky Senda Raih Sukses
Harumkan Nama NTT, Begini Cara Marion Jola, Felix K Nesi Hingga Dicky Senda Raih Sukses
Penulis: PosKupang | Editor: Fredrikus Royanto Bau
Ia memberikan contoh, untuk Duta Kelor NTT, mengapa harus memilih figur dari luar NTT.
"Apakah Slank pernah makan marungga atau jangan-jangan sonde (tidak) pernah lihat marungga. Wah, orang NTT tiap hari makan marungga, yang jadi duta kok Slank, kenapa bukan Marion Jola, Dicky Senda atau Felix Nesi," katanya.
Menurut Mezra, pemerintah harus mampu memberdayakan orang-orang hebat sebagai aset daerah.
Jangan sampai mereka sangat dihargai dan diberi tempat di luar NTT, sedangkan di kandangnya sendiri tidak dihargai.
Karena itu, kata Mezra, anak-anak muda yang berhasil tidak mempersoalkan hadir atau tidaknya pemerintah, sebab karya-karya nyata mereka lebih kuat berbicara langsung pada masyarakat.
Jadi dibutuhkan sensitivitas pemimpin daerah.
Berkaitan dengan literasi, dia mengatakan literasi tidak sekadar kemampuan balistung (baca, tulis, hitung), tapi literasi beriringan dengan wawasan berpikir, bertindak dan berkeputusan.
"Pemerintah harus memiliki sensitivitas soal ini. Ada begitu banyak buku karya anak NTT, mengapa itu tidak diinventarisir dan dijadikan bahan utama litetasi di NTT. Buku karya anak NTT mestinya menjadi literatur untuk Gerakan Litetasi Sekolah (GLS). Banyak anak sekolah lebih mengenal penulis lain, dibandingkan penulis NTT.
"Padahal yang terbaik dan teruji itu banyak di NTT. Adakah pemerintah kita tahu siapa penulis NTT. Atau karya film, karya musik, dan sebagainya," kata Mezra.
Peneliti sastra dari Universitas Flores Ende, Yohanes Sehandi, memberikan apresiasi kepada anak-anak muda NTT yang kini telah berkiprah dengan sederet prestasi mengagumkan khususnya dalam bidang sastra.
Menurut Yan Sehandi, agar anak-anak NTT bisa mengenal dan mencintai sastra sejak dini diperkenalkan dengan buku-buku bacaan terutama buku sastra.
Budaya membaca harus terus dibiasakan mulai dari rumah. Di sekolah kebiasaan membaca minimal 15 menit sebelum pelajaran sekolah dimulai.
Demi pengembangan sastra di NTT, Yan Sehandi menawarkan sejumlah langkah yang perlu ditempuh Pemerintah Provinsi NTT yakni.
Pertama, gencarkan lagi program Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
Kedua, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di NTT menyiapkan anggaran untuk membeli buku-buku sastra karya para sastrawan NTT dan dibagikan secara gratis ke semua perpustakaan sekolah dan perpustakaan daerah di seluruh wilayah NTT.
Ketiga, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di NTT menyelenggarakan berbagai festival sastra, lomba penulisan karya sastra, lomba pementasan drama atau lomba meresensi buku-buku sastra karya sastrawan NTT.
Keempat, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di NTT menyiapkan anggaran untuk mengubah sastra NTT ke layar lebar, misalnya novel, cerita pendek atau cerita rakyat, diubah dalam bentuk film, sinetron, dan drama.
• Buka Piala Gubernur Futsal Total Hadiah Rp 100 Juta! Wagub NTT Tekankan Sportivitas
• Baby Chrismast Festival, Korem 161 Wirasakti Bagi Kasih untuk 1.000 Anak Kupang
Gemu Fa Mi Re yang Fenomenal
Tidak bisa dipungkiri lagu Gemu Fa Mi Re merupakan sesuatu yang fenomenal di negeri ini.
Nama NTT dan Maumere khususnya pun tersohor berkat lagu dan tarian "Ke kiri dan ke kanan" tersebut.
Setiap kali mendengar Gemu Fa Mi Re, orang pun tergerak untuk bergoyang ria. Lagu yang populer dari Sabang sampai Merauke bahkan hingga mancanegara itu diciptakan Frans Cornelis Dian Bunda alias Nyong Franco pada tahun 2011.
Lagu ini menjadi sangat populer semenjak diunggah ke YouTube pada tanggal 23 Juni 2015.
Komandan Denpom IX/1 Kupang, Letkol CPM Dwi Bangun Wahyu Jatmiko, SH, mengatakan, menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bisa melalui jalur budaya.
"Salah satunya lewat budaya seperti tarian Gemu Fa Mi Re itu," kata Dwi Bangun di ruang kerjanya, Jumat (14/12/2018).
Dwi Bangun menerangkan, tarian dan lagu daerah NTT perlu diapresiasi karena selain melestarikan budaya dan menjaga keutuhan NKRI, juga memupuk semangat juang para pemuda.
"Kami berikan apresiasi kepada para penyanyi dan penari yang tetap berkarya untuk NTT. Semangat anak-anak muda jangan sampai redup," katanya.
Menurut Dwi, semua karya para pemuda untuk nama baik Provinsi NTT serta negara ini perlu diapresiasi.
"Kita harus berjalan bersama mereka. Karena kalau bukan mereka, siapa lagi?" ujar Dwi Bangun.
Sementara Ketua Program Studi Pendidikan Musik Universitas Widya Mandira Kupang, Melkior Kian, S.Sn., M.Sn mengungkapkan, animo anak-anak NTT memilih program studi itu semakin meningkat.
Mahasiswa baru datang dari berbagai pelosok daerah di NTT.
"Sekitar lima tahun terakhir ini minat belajar terhadap program studi ini makin meningkat dan mereka berasal dari berbagai daerah. Sebelumnya dari Alor itu hanya satu dan dua, pada tiga angkatan yang lalu itu mereka lebih banyak. Terus yang sekarang itu dari Kefamenanu, Rote dan Sabu serta dari Sumba juga ada," kata Melkior di ruang kerjanya, Kamis (13/12/2018).
Ia menjelaskan, saat ini Prodi Pendidikan Musik Unwira Kupang memiliki mahasiswa lebih dari 400 orang dan pada tahun 2018 menerima 155 mahasiswa baru. (nia/rom/ii/jj/gg/kk/ira)
Berita ini telah tayang di Harian Pagi POS KUPANG edisi Minggu, 16 Desember 2018 dengan judul "Mereka Mengharumkan Flobamora"