Berita Butik Tenun

Wow! Butik Tenun Menjamur di Kota Kupang, Pembeli Lebih Suka Tenunan Asli NTT

Butik tenun ikat belakangan ini semakin menjamur di Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)

Penulis: Wilibrordus Kau Suni | Editor: Apolonia Matilde
Wili K Suni

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Wili Suni

POS-KUPANG.COM|KUPANG - Butik tenun ikat belakangan ini semakin menjamur di Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Pemiliknya pun berlomba menghadirkan aneka jenis tenunan berkualitas guna memenuhi kebutuhan konsumen yang terus meningkat.

Para pembeli lebih suka tenunan asli hasil kerajinan tangan bukan produksi industri. Satu di antara butik dengan koleksi tenun sangat kaya milik Sherly Lulu yaitu Butik Tenun Ikat Jula Huba di Jalan Frans Seda, Kelurahan Fatululi, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang.

"Tempat saya ini bernama Butik Tenun Ikat Jula Huba. Ini warisan orangtua yang sudah dimulai atau dirintis sejak tahun 2001, " ujar Sherly, Jumat (19/10/2018).

Baca: Pemkab Sumba Timur Gelar Apel Sumpah Pemuda

Sherly mengungkapkan, tempat memasarkan kain tenun ikat NTT miliknya juga terdapat di Jakarta yang hadir sejak tahun 2012. "Tujuannya untuk terus mengembangkan bisnis tenun ikat dan mempromosikan kain tenun ikat kepada seluruh masyarakat Indonesia. Kita memiliki banyak pelanggan di sana, jadi saya pikir untuk mempermudah, saya membuka di Jakarta, " katanya.

Semua koleksi tenun ikan Sherly adalah tenunan yang diproduksi secara manual atau hasil karya tangan penenun dari berbagai daerah Flobamora. "Pelanggan kami memilih kain yang diproduksi secara tradisional atau secara manual. Harganya mahal itu bukan semata untuk dapatkan keuntungan, tetapi saya ingin agar setiap pembeli menghargai proses pembuatan yang rumit dan memakan waktu, " ujarnya.

Tenun ikat koleksi Sherly sebagiannya sudah dimodifikasi dalam bentuk gaun, jas, rok dan sebagainya. Harganya bervariasi dan relatif terjangkau. Sedangkan kain tenun ikat dalam satu lembaran utuh atau belum dipotong harganya berkisar antara Rp 350.000 hingga belasan juta rupiah.

Koleksi kain milik Sherly diambil dari semua daerah di NTT. Koleksi terbanyak adalah kain tenun dari daerah Sabu, Timor, Rote, dan Sumba. Sherly berharap agar generasi muda NTT ikut melestarikan kekayaan budaya itu.

Baca: Wow, Fashion Carnaval Even di Kota Kupang Bisa Jadi Inspirasi Gayamu

Leni Alo, pemilik Butik Komodo mengatakan, koleksinya pun berasal dari berbagai daerah di NTT. Dia pesan langsung kepada para penenun dengan harga beragam tergantung tingkat kualitasnya. Ada juga penenun dari kampung yang langsung membawa hasil karyanya kepada Leni. Tempat usaha Leni pun terlihat seperti "Rumah Budaya NTT".

Untuk satu tas bermotif, ujarnya, dia bisa menjual dengan harga Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu. Sedangkan selendang harganya rata-rata Rp 50 ribu. Menurut Leni, banyak peminat yang datang membeli di tempatnya. Dan pembeli itu umumnya dari luar NTT. "Lebih banyak dari luar NTT. Mereka datang membeli sarung sebagai oleh-oleh," katanya, Jumat (19/10/2018).

Penenun dari Sabu, Robinson Kolo hari itu menjual tenunannya di tempat Leni Alo. Kolo mengaku banyak pelanggan di Kota Kupang. Dia selalu menyerahkan sendiri hasil tenunannya kepada toko atau butik di Kota Kupang yang sudah menjadi langganan tetap. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved