Berita Tsunami Palu
Fakta-fakta Gempa Donggala dan Penjelasan Mengapa Gelombang Tsunami Palu Bisa Dahsyat
Fakta-fakta Gempa Donggala dan Penjelasan Mengapa Gelombang Tsunami di Teluk Palu Bisa Dasyat
POS-KUPANG.COM - Fakta-fakta Gempa Donggala dan Penjelasan Mengapa Gelombang Tsunami di Teluk Palu Bisa Dasyat
Wilayah Palu dan Donggala di Sulawesi Tengah rupanya masuk ke dalam zona merah dalam peta rawan bencana gempa bumi yang diterbitkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi tahun 2012.
Seperti diketahui, gempa berkekuatan 7,4 SR di Donggala, Sulawesi Tengah, yang disusul tsunami di Kota Palu menyebabkan puluhan orang meninggal dunia, Jumat (28/9/2018).
Baca: Anwar Pua Geno Optimistis IMF 2018 Berdampak Bagi Pariwisata NTT
Baca: ASN di Manggarai Barat Kembali Bekerja Enam Hari Kerja
Baca: Kepala Tukang Pembangunan Taman Tirosa Mengaku Kekurangan Pekerja
"Kalau di peta rawan bencana gempa bumi wilayah itu masuk zona merah," ujar Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi PVMBG, Badan Geologi, Sri Hidayati di kantornya, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Sabtu (29/9/2018).
Zona merah, lanjut dia, berarti wilayah itu memang berpotensi diguncang gempa di atas skala VIII MMI (Modified Mercalli Intensity).
Berdasarkan laman resmi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), skala VIII MMI berarti kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi yang kuat, retak-retak pada bangunan dengan konstruksi kurang baik, dinding dapat lepas dari rangka rumah, cerobong asap pabrik dan monumen-monumen roboh, dan air menjadi keruh.
Sri menjelaskan, wilayah itu masuk zona merah, salah satu faktornya karena terdapat sesar Palu-Koro.
Sesar itu memanjang dari Selat Makassar hingga pantai utara Teluk Bone dengan panjang patahan mencapai 500 kilometer.
Di Palu, beberapa segmen sesar ini berada di wilayah daratan hingga lembah Pipikoro.
Baca: 7 Drama Korea Terbaru Ini Wajib Kamu Tonton! Menarik dan Seru Banget Lho
Baca: Situs Web sscn.bkn.go.id Sulit Diakses, Wali Kota ini Beri Tips Bagi Pendaftar CPNS 2018
Baca: Foto-Foto Gempa dan Tsunami Palu, Kapal Sabuk Nusantara 39 Terhempas hingga di Atas Pelabuhan
Kemudian sesar ini memanjang sampai Kabupaten Donggala yang berada di selatan Kota Palu.
"Kalau di Palu, sesar aktif ini memanjang berarah barat laut-tenggara, lebih dari 66 kilometer. Memanjang dari sebelah barat dari Donggala sampai ke Teluk Palu. Cukup panjang, tersegmentasi beberapa segmen," kata Sri.
Kemudian, Sri juga menjelaskan, gelombang tsunami yang sempat menghantam Teluk Palu juga lebih kuat lantaran teluk memang bisa menguatkan gelombang tsunami.
Bentu teluk yang menyempit diperkirakan bisa memperkuat gelombang.
"Gelombangnya masuk dan menyempit di situ. Dikuatkan di situ. Mungkin bisa lebih besar (gelombangnya karena itu)," ujarnya. (tribunjabar)
Fakta Gempa Donggala dan Tsunami Palu
Gempa berkekuatan magnitudo 7,4 (sebelumnya disebutkan 7,7) mengguncang wilayah Donggala, Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9/2018) petang, juga menyebabkan tsunami.
Menurut BMKG, tsunami itu terjadi setidaknya di tiga wilayah, yaitu Palu, Donggala, dan Mamuju.
Saksi mata melihat banyak jenazah berada diantara puing-puing bangunan di Pantai Talise, Kota Palu.
Selain itu, sejumlah jenazah terlihat mengapung di laut.
Beberapa fakta di bawah ini merangkum tragedi kemanusiaan gempa di Donggala dan gempa beserta tsunami di Palu.
1. Karakter gempa Donggala menurut BMKG Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, mengatakan, karakter gempa di Donggala berbeda dengan gempa yang terjadi di Lombok, NTB.
Gempa di Donggala disebabkan pergeseran patahan atau sesar Palu-Koro, sedangkan di Lombok dipicu kenaikan patahan Flores.
"Selama ini tidak ada gempa mencapai 7,4 SR di daerah itu.
Kondiri itu justru menyebabkan adanya pengumpulan energi yang bisa memicu gempa lebih besar seperti yang telah terjadi hari ini," katanya pada hari Jumat malam (28/9/2018).
Sementara itu, dari hasil pantauan BMKG hingga pukul 20.00 WIB kemarin, telah terjadi 22 kali gempa susulan yang tercatat dengan magnitude terbesar M 6,3 dan terkecil M 2,9.
Hingga Sabtu (29/9/2018) pagi, sudah terjadi 91 gempa susulan pasca-gempa bermagnitudo 7,4 pada Jumat (28/9/2018).
2. Saksi mata melihat mayat berserakan di pantai

Nining (32), salah satu pengungsi dari Kelurahan Lolu Utara, mengatakan, telah melihat banyak mayat di pantai serta sebagian mengambang di laut, pada Sabtu pagi (29/9/2018).
“Banyak mayat berserakan di pantai dan mengambang di permukaan laut,” kata Nining saat dihubungi Kompas.com di lokasi pengungsian gedung DPRD Kota Palu, Sabtu (29/9/2018).
Menurut Nining, jenazah-jenazah tersebut berada di antara puing-puing bangunan yang tersapu tsunami di Palu kemarin.
Selain itu, akses jalan di sekitar pantai Talise juga mengalami kerusakan akibat gempa dan tsunami. Hingga saat ini, pemeritah berupaya segera melakukan proses evakuasi dan penanganan korban gempa.
3. Pasien rumah sakit memilih berada di halaman

Sebanyak 178 orang pasien di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Poso Sulawesi Tengah, memilih mengindap di halaman rumah sakit sambil mendapatan perawatan.
Berdasarkan pantauan Kompas.com di lokasi, hingga tengah malam rasa trauma dan ketakutan masih terus dirasakan oleh para pasien.
Muhamad Farham (20), pasien patah kaki asal Desa Malei, Kabupaten Tojo Una-Una mengaku takut untuk kembali masuk ke ruangan perawatan akibat masih adanya gempa susulan.
"Saya masih takut masuk kamar atau ruangan, lebih baik dirawat di halaman saja,kalau sudah betul-betul aman baru saya mau masuk," katanya.
4. Mensos minta Pemerintah Daerah segera terbitkan SK Tanggap Darurat

Menteri Sosial (Mensos) Agus Gumiwang Kartasasmita meminta pemerintah daerah Sulawesi Tenggara dalam hal ini Bupati Donggala dan Walikota Palu untuk segera menerbitkan Surat Keputusan (SK) Tanggap Darurat.
“Segera keluarkan SK tanggap darurat sehingga kementerian atau lembaga bisa membantu penanganan bencana di sana," kata Agus dalam jumpa pers di Kantor Kemensos, Jakarta Selatan, yang dikutip dari Kompas TV, Sabtu (29/9/2018) dini hari.
"Dengan terbitnya SK tanggap darurat, bupati, dan Wali Kota bisa mengambil 100 ton stok beras di gudang Bulog yang dimiliki Kemensos," kata Agus.
5. Kemensos kirimkan bantuan

Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita telah berkoordinasi dangan Panglima TNI untuk menyalurkan bantuan dan peralatan evakuasi ke Palu dan Donggala.
"Kami sudah lakukan identiifikasi sumber daya yang dimiliki Kementerian Sosial dan mengaktivasi sistem penanggulangan bencana bidang sosial.
Baik bufferstock bantuan darurat, peralatan evakuasi, personel relawan Tagana, maupun kendaraan siaga bencana," kata Agus.
Bantuan yang dikirimkan adalah 1.000 kardus makanan cepat saji, 2.000 velbed, 25 tenda serbaguna, 3.000 tenda gulung, 2 paket perlengkapan dapur umum lapangana, 1.000 matras, dan 1.500 kasur.
6. Pasukan evakuasi bergerak ke Donggala

Menkopolhukam Wiranto sudah memerintahkan tim evakuasi untuk membantu korban bencana gempa dan tsuanami di Donggala dan Palu.
Tim evakuasi tersebut merupakan tim gabungan dari TNI, Kepolisian dan relawan.
Tim akan bergerak melalui jalur darat karena hingga saat ini Bandara Mutiara Sis Al Jufri di Palu masih belum bisa beroperasi.
"Kami kerahkan dahulu pasukan yang dekat dengan daerah bencana seperti dari Gorontalo, Mamuju, Parigi, Makassar," kata Wiranto di Jakarta, Sabtu (29/9/2018).
Dilansir dari Antara, pemerintah juga akan mengirimkan bantuan berupa makanan dan alat rumah tangga bagi para korban.
Selain itu, telepon satelit akan disipakan untuk mengatasi masalah jaringan komunikasi.
"Komunikasi masih terputus dari daerah. Seluler sedang berusaha kita pulihkan, tapi kita siapkan satelit," katanya.
7. Perbaikan alat navigasi di Bandara Palu

Gempa beruntun yang mengguncang Donggala dan Palu telah mengakibatkan sebagian landasan di Bandara Mutiara Sis Al Jufri di Palu rusak.
Sisa landasan yang masih bisa dipergunakan hanya sepanjang 2.000 meter.
"Dari 2.500 meter panjang landasan pacu, 500 meter rusak karena gempa," kata Menkopolhukan Wiranto saat jumpa pers di Jakarta.
Selain itu, peralatan navigasi di bandara tersebut juga rusak karena gempa.
Hal itu membuat pesawat tidak bisa mendarat di Palu.
Dikutip dari Antara, pasukan TNI dan SAR sedang bergerak dari Makassar menuju Palu untuk memperbaiki alat navigasi di bandara.
"Alat navigasi akan dibawa pada pagi ini. Jadi, pukul 10.00 Wita sudah bisa didarati oleh pesawat Hercules," katanya. (kompas.com)
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Ini Penjelasan Mengapa Gelombang Tsunami di Teluk Palu Bisa Lebih Kuat, http://jabar.tribunnews.com/2018/09/29/ini-penjelasan-mengapa-gelombang-tsunami-di-teluk-palu-bisa-lebih-kuat.