Catatan Sepakbola
Menguji Kesabaran Kesebelasan Milenial
Umtiti melengkapi kepiawaian bek timnas Prancis yang mencetak gol selama putaran Final Piala Dunia 2018 bersama Benjamin
Penulis: dion db putra | Editor: Dion DB Putra
Bagi Inggris, berada di babak semifinal merupakan sesuatu yang membanggakan. Terakhir mereka mencapai level itu pada tahun 1990. Selebihnya langkah terbaik pasukan Tiga Singa adalah babak perempafinal.
Dalam dua turnamen besar terakhir yakni Piala Dunia 2014 dan Piala Eropa 2016, Inggris malah meraih hasil mengecewakan.
Pada putaran Final Piala Dunia 2014 tim berjuluk The Three Lions ini terhenti di fase grup. Dua tahun berselang, pada ajang Piala Eropa, tim Tiga Singa pun tersingkir di babak 16 besar. Inggris bahkan kalah melawan tim debutan dari negara kecil di Eropa, Islandia.
Kegagalan Inggris dua tahun silam melengkapi berakhirnya era kejayaan sejumlah nama besar yang pernah menghiasi percaturan sepakbola Eropa dan dunia. Pelatih Roy Hodgson tinggalkan kursi pelatih timnas Inggris. Steven Gerrard, Frank Lampard, Michael Carrick, Jermain Defoe, James Milner, dan Wayne Rooney pun mengumumkan pensiun dari timnas Inggris.
Pelatih baru Gareth Southgate menata ulang tim Inggris yang lebih segar. Mereka terbilang anak-anak milenial seperti Jesse Lingard, Marchus Rashford dan Ashley Younh (Manchester United), Harry Kane dan Delle Ali (Tottenham Hotspur), Raheem Sterling dan John Stones (Manchester City), Jordan Pickford (Everton), Harry Maguire (Leicester), Jordan Henderson (Liverpool) dan lainnya.
Kapten timnas Inggris Harry Kane usianya baru memasuki 25 tahun pada 28 Juli 2018 nanti. Tapi kematangan dan ketenangannya sebagai pemimpin di lapangan sudah terbukti. Dia juga pencetak gol paling subur sejauh ini di putaran Final Piala Dunia 2018. Gelar top scorer Piala Dunia 2018 kemungkinan besar menjadi miliknya.
Bermaterikan hampir 90 persen pemain muda usia, Inggris 2018 pantas disapa sebagai kesebelasan milenial. Hebatnya lagi mereka tidak bernaung di bawah bayang-bayang pemain bintang. Misalnya dibandingkan dengan timnas Inggris pada era David Beckham, Michael Owen, Steven Gerrard dan Wayne Rooney.
Pemain Inggris yang bisa disebut bintang saat ini hanyalah Harry Kane seorang. Yang lainnya biasa-biasa saja. Nama mereka tenggelam oleh kebesaran legiun asing yang merajai klub-klub terbaik Liga Inggris.
Justru karena itulah Inggris 2018 bermain lebih rileks alias tanpa beban sejak fase grup. Mereka memperlihatkan diri sebagai anak-anak milenial Britania yang mampu menyihir dan memabukkan lawan.
Mungkin Kroasia menjadi korban berikutnya sekaligus membawa Inggris ke final di Moskwa. Kuncinya adalah kesabaran serta kerja tim yang kompak. Pelatih Gareth Southgate kiranya sudah tahu apa yang akan diraciknya.
Satu yang pasti Inggris tidak memandang rendah lawannya. Inggris tahu betul bahwa Kroasia merupakan lawan paling tangguh dari Eropa Timur. Krosia mencapai hasil luar biasa di Rusia 2018 bila acuannya adalah perjuangan mereka di babak kualifikasi. Terakhir negeri itu mencapai babak semifinal pada putaran Final Piala Dunia 1998 di Prancis.
Timnas Kroasia mendapatkan tempat pada gelaran Piala Dunia 2018 setelah mengalahkan Yunani pada babak play-off kualifikasi zona Eropa dengan agregat 4-1. Mereka harus melalui play-off karena kalah bersaing dengan Islandia yang pada babak penyisihan Grup 16 Juni 2018 lalu membuat pusing kepala Lionel Messi dkk dalam laga yang berakhir 1-1.
Dari sisi kematangan tim jelas milik Kroasia. Pelatih Zlatko Dalic mempunyai pemain dengan kemampuan merata di semua lini. Mulai dari Danijel Subasic di bawah mistar hingga tukang jebol gawang Mario Mandzukic.
Ivan Strinic, Domagoj Vida, Dejan Lovren dan Sime Vrsaljko merupakan pilar pertahanan yang sangat solid. Di lapangan tengah, ada jenderal inspirator Luka Modric. Modric begitu padu menjaga irama permainan bersama Ivan Rakitic, Ivan Perisic, Ante Rebic dan Andrej Kramari. Aksi para gelandang Kroasia akan sangat merepotkan Inggris.
Jangan lupa Kroasia adalah reinkarnasi Yugoslavia, nama besar dari timur Eropa yang selalu diperhitungkan lawan dalam ajang Piala Dunia sejak tahun 1930 hingga 1990. Yugoslavia sudah berakhir gara-gara perang Semenanjung Balkan yang melahirkan sejumlah negara baru termasuk Kroasia sekarang. Tradisi sepakbola di negeri itu sudah berakar lama dan membumi.
