Catatan Sepakbola
Atraksi Teater Rumput dan Mitos Bunyi Cicak
Beberapa pemain menyeka airmata saat sadar bahwa mereka terusir lebih cepat. Aneh, tapi nyata. Mimpi, tapi riil.
Ulasan Bola Viktus Murin
Jurnalis Pos Kupang 1992-1995
POS-KUPANG.COM -- Kombinasi tim yang menembus babak semi-final Piala Dunia 2018 memunculkan dua kemungkinan. Pertama, juara dunia lama kembali menjadi juara dunia. Kedua, juara dunia adalah benar-benar juara baru; maksudnya baru pertama kali menjadi juara dunia.
Inggris satu kali menggondol Piala Dunia pada tahun 1966 saat negeri puritan tersebut menjadi tuan rumah. Prancis pun satu kali menjuarai Piala Dunia tahun 1998 saat gelaran terakbar sejagat itu digelar di negeri mereka.
Magis tuan rumah menjadi juara ternyata tidak berlaku bagi Rusia, setelah negeri beruang merah itu digusur Kroasia melalui adu tos-tosan di Fish Stadium, Sabtu (7/7/2018).
Selain Prancis dan Inggris, pemilik area empat besar adalah Kroasia dan Belgia. Dua negara terakhir ini boleh dibilang datang sebagai anak bawang di hadapan negeri-negeri yang kenyang sejarah juara seperti Argentina, Brasil, Uruguay, Jerman, Prancis, Spanyol, dan Inggris, di panggung Piala Dunia 2018 Rusia. Tetapi sang anak bawang --entah bawang merah, entah bawang putih-telah mencelikkan mata dunia bahwa mereka bukan anak bawang sembarangan.
Mereka memancarkan aroma pedis ke tepi pelopak mata lawan-lawannya semenjak babak penyisihan grup, dan semakin pedas saat menu racikan sang pelatih dikunyah dalam laga-laga menjelang akhir.
Tanyakan kepada Brasil dan sebelumnya Jepang, bagaimana pedisnya Belgia! Tanyakan pula kepada Rusia dan sebelumnya Argentina, bagaimana pedasnya Kroasia!
Sembari menanti partai semi-final Piala Dunia 2018 yang membuat penasaran untuk hasil akhir; apakah tim idola masing-masing menang atau kalah, baiklah sejenak kita segarkan ingatan kolektif kita pada atraksi di teater rumput babak perdelapan final.
Tim favorit yang tersisih dari arena 8 Besar adalah Argentina, Portugal, Spanyol, Meksiko, Denmark, Swiss, Kolombia, dan Jepang. Nampak deretan wajah layu saat peluit sang pengadil berbunyi pertanda laga usai.
Beberapa pemain menyeka airmata saat sadar bahwa mereka terusir lebih cepat. Aneh, tapi nyata. Mimpi, tapi riil. Itu terlihat pada empat tim tangguh; Argentina, Portugal, Spanyol, dan Meksiko.
Duo bintang utama dunia dan lebih khusus bagi negerinya masing-masing, Lionel Messi untuk Argentina dan Christiano Ronaldo untuk Portugal, tidak luput dari kepedihan yang membungkus timnya pasca batal maju ke laga 8 Besar.
Suasana muram terlihat pada garis wajah Messi dan Ronaldo, tapi kali ini berbeda dengan satu atau dua Piala Dunia sebelumnya; mereka berdua tidak lagi meratap di tengah lapangan. Sangat mungkin usia yang kian tua membuat Messi dan Ronaldo kian mampu menerima kepahitan sebagai bagian wajar dari ziarah hidup.
Dalam ruang waktu yang lain, ada pula wajah-wajah yang tetap tegak, bahkan tersenyum menerima kekalahan. Suasana ini terlihat pada tim Samurai Biru.
Sukses mempertahankan asa Asia-Afrika di babak 16 Besar, Jepang membuat wajah para pendukungnya di stadion serta di dua benua mekar berseri-seri seperti bunga sakura tatkala unggul 2-0 atas Belgia. Sungguh sayang, euforia berlebihan tim Jepang justru melemahkan benteng pertahanan mereka.