Kapolri Tito Karnavian Bongkar Daya Ledak Bom Pipa yang Digunakan Terduga Teroris.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian membongkar daya ledak bom pipa yang digunakan terduga teroris di Surabaya dan Sidoarjo .

Editor: Rosalina Woso
Tribunnews.com
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian 

POS-KUPANG.COM|JAKARTA -- Kapolri Jenderal Tito Karnavian membongkar daya ledak bom pipa yang digunakan terduga teroris di Surabaya dan Sidoarjo .

Berbahan peledak triacetone triperoxide (TATP), jenis peledak ini lekat dengan kelompok ISIS.

"Semua orang ini (pelaku teror Surabaya) ditemukan bom yang sama. Karena bahan yang terkenal di ISIS sering berbicaranya 'the mother of satan'. Ibu dari setan," kata Tito di Mapolda Jatim, Senin (14/5/2018).

Menurutnya, kekuatan bom pipa terduga teroris ini terlihat dari ledakan yang terjadi di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo.

Tito menganggap, bom pipa yang dirakit justru memakan sang tuan rumah.

Ia menambahkan ledakan yang terjadi di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo termasuk "Ini (ledakan) Rusunawa ada sistem. Senjata makan tuan," paparnya.

Baca: Kisah Aksi Kakak Beradik yang Selamatkan Diri Setelah Terkena Bom.

Baca: Belasan Pelaku Belajar Ilmu Teror Dari Dita Oeprianto Melalui Film Terorisme, Doktrinya Begini

"Kita melihat bahwa bom yang digunakan bermacam-macam, meskipun bentuknya hampir sama yaitu pakai pipa tapi ada yang ditambah kan," urainya seraya mengemukakan bahan peledak berjenis bubuk putih ini merupakan peroksida aseton.

"Turunannya dapat meledak hanya karena terkena panas, gesekan atau goncangan. Bukan hanya karena tombol dipencet," ungkapnya.

Disebutkan dalam laman The Sun, mother of satan berbentuk bubuk putih dan memiliki bau seperti pemutih yang khas.

Turunan eksplosif pertama kali ditemukan pada tahun 1895 oleh Richard Wolffenstein.

Bahan peledak kelas tinggi ini tidak mengandung nitrogen, secara historis membuatnya lebih sulit untuk dideteksi.

Hal ini juga terjadi saat Richard Reid menyelundupkan mother of satan di penerbangan Amrican Airlines dari Paris ke Miami pada 2001 lalu.

Sangkal Jebolan Suriah

Kapolri, Jenderal Polisi Tito Karnavian mengklarifikasi pernyataan yang mengatakan pelaku peledakan tiga gereja di Surabaya pernah ke Suriah.

Tito mengatakan, data validnya adalah keluarga Dita tidak pernah ke Suriah.

Hanya saja, ada satu keluarga yang mereka jadikan sumber ideologi.

Dimana keluarga yang masih dalam proses identifikasi itu pernah ditangkap di Turki dan dideportasi ke Indonesia.

"Saya klarifikasi soal keluarga Dita, mereka tidak pernah ke Suriah. Hanya saja, ada satu keluarga yang kita cari yang jadi ideologi (panutan) keluarga Dita," kata Tito Karnavian.

Dita diketahui adalah pelaku pengeboman Gereja Pantekosta dengan menggunakan kendaraan roda empat Avanza hitam.

Dita juga merupakan ketua dari JAD Surabaya.

Dita merupakan Ketua JAD di Surabaya. Akibat dari aksinya menimbulkan aksi susulan dari jaringannya, seperti pagi tadi di Polrestabes," kata Tito.

Menurut Tito, para pelaku yang mengendarai dua sepeda motor, sebenarnya berjumlah lima orang. Namun seorang lagi adalah anak kecil berusia delapan tahun yang duduk di bangku depan sepeda motor terlempar dan selamat.

"Pelaku ya inisial TM dan mereka sekeluarga lagi,bapak, ibu dan anak-anaknya," ujar Kapolri.

"Yang satu lagi selamat," ucap Tito lebih lanjut.

Kini anak berusia 8 tahun itu tengah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara.

"Dirawat dulu,traumanya.Kalau sudah bisa diajak bicara nanti kita dalami lagi,"jelasnya.

"Karena dia yang paling penting,"jelasnya.

Menurut Kapolri, kejadian ini sama dengan pelaku bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, yakni dilakukan satu keluarga.

"Pelaku diduga satu keluarga," ungkap Kapolri.

Baca: Ternyata Gereja-gereja di kabupaten ini Pun Dijaga Ketat

Sebagaimana diketahui bom pertama meledak sekitar pukul 07.30 WIB di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya Utara, Surabaya.

Selang sekitar lima menit kemudian bom kedua meledak di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya di Jalan Arjuno dan tidak lama kemudian bom meledak di gereja GKI di jalan Diponegoro.

Menurut Kapolri, pelaku yang menyerang di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya yang menggendarai Mobil Avanza adalah bapaknya, bernama Dita.

Dita melakukan serangan bom bunuh diri dengan cara menabrakkan mobil yang dikemudikannya ke Gereja Pantekosta.

"Diduga keras Dita," tegas Kapolri.

Namun sebelum melakukan aksinya, Dita terlebih dahulu mengantar isteri dan dua anak perempuannya di Gereja GKI Jalan Diponegoro.

"Isterinya yang diduga meninggal bernama Puji Kuswati. Kemudian anaknya yang perempuan berumur 12 tahun dan Pamela Rizkita (9 tahun)," ujar kapolri.

Di lokasi ledakan ketiga di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, kata Kapolri, pelakuanya adalah dua laki-laki yang juga merupakan putera dari Dita.

"Putera dari pak Dita, yang satu namanya Yusuf Fadil, usianya 18 tahun. Dan Firman, usianya 16 tahun," jelas Kapolri.

Sejauh ini sebanyak sepuluh korban luka-luka terdiri dari empat orang personil Polri dan enam warga sipil dalam bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya, Senin (14/5/2018).

Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Frans Barun menjelaskan, empat personil polri yang menjadi korban luka-luka sudah dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara.

"Personil Kepolisian yang sudah kita rujuk ke RS Bhayangkara, 4 anggota terluka," ujar Kombes Frans Barung kepada wartawan di media center polda Jatim, Senin (14/5/2018).

Demikian pula dengan enam masyarakat yang ingin memperoleh pelayanan di Polrestabes Surabaya sudah dirujuk ke Rumah Sakit untuk mendapat perawatan medis.

"Ada juga masyarakat yang terluka. Masyarakat yang terluka ada enam orang," jelasnya.

Polda Jawa Timur menjelaskan bom meledak di luar area Mapolrestabes Surabaya, Senin (14/5/2018) pukul 08.50 WIB.

Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Frans Barung memastikan pelaku yang membawa sepeda motor dan membonceng seorang perempuan, meledakkan bom di plang pintu masuk Mapolrestabes.

"Di luar area. Berarti di luar mako. Di plang masuk disitu. Sebelum lapangan di mapolrestabes Surabaya," ujar Kombes Frans Barung.

Sebelumnya, Kapolda Jawa Timur Irjen pol Mahfud Arifin menyatakan bahwa yang meninggal dunia di lokasi ledakan Rusun Wonocolo, Taman, Sidoarjo bukanlah korban, tapi pelaku.

Para pelaku juga merupakan satu keluarga, baik, ibu dan anak pertamanya.Namun masih ada tiga anak pelaku yang selamat dan dirawat.

"Mereka itu pelaku, bukan korban. Mereka akan melakukan aksi seperti di Surabaya kok," jawab Kapolda di lokasi ledakan, Senin (14/5/2018) dinihari.

Disebutnya, lokasi sudah berhasil diamankan oleh petugas. Termasuk tiga pelaku yang dalam keadaan tidak bernyawa di blok B lantai lima juga sudah selesai diperiksa.

Mereka disebut akan melakukan aksi pemboman tapi keburu meledak di tempat tinggalnya di blok B lantai lima Rusun Wonocolo.(*)

 Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Kekuatan Ledak Bom Pipa Surabaya Dahsyat, Jenderal Tito: Dijuluki The Mother of Satan, http://jakarta.tribunnews.com/2018/05/14/kekuatan-ledak-bom-pipa-surabaya-dahsyat-jenderal-tito-dijuluki-the-mother-of-satan?page=4.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved