Bom di Surabaya
Kesaksian Wartawan POS KUPANG: Petugas Parkir Gereja Santa Maria Tak Bercela Sangat Tegas Tapi Ramah
Kalau lagi dapat kiriman uang ya naik becak. Namun kalau tidak ada uang maka harus berjalan kaki.
Penulis: Romualdus Pius | Editor: Bebet I Hidayat
Laporan Reporter pos-kupang.com, Romualdus Pius
POS-KUPANG.COM | Bagi mahasiswa asal Pulau Flores yang kuliah di Surabaya keberadaan Gereja Santa Maria Tak Bercela, Ngagel, memiliki kenangan tersendiri.
Di tempat tersebut banyak sekali mahasiswa asal Flores yang misa di gereja itu, khusus para mahasiswa yang kuliah di antaranya tahun 1994 hingga 2000.
Keberadaan beberapa kampus besar seperti Universitas Dr Soetomo dan Universitas 17 Agustus maupun Ubaya serta ITS, dan ITATS juga UPB, yang masuk dalam wilayah Paroki Ngagel, membuat para mahasiswa memilih untuk beribadah di gereja Ngagel.

Baca: Fakta-fakta Insiden Bom Bunuh Diri di Surabaya, Ternyata Pelakunya Seorang Ibu bersama Anaknya!
Baca: Evan, Bocah 11 Tahun, Korban Bom Meledak Akhirnya Menghembuskan Nyawanya. Ini Kisahnya!
Termasuk kami dan beberapa teman lainnya yang kuliah di Universitas Dr Soetomo.
Saat itu untuk berangkat ke gereja ada dua pilihan, kalau lagi dapat kiriman uang ya naik becak. Namun kalau tidak ada uang maka harus berjalan kaki.
Namun, saat itu lebih banyak jalan kaki karena selain tidak ada uang juga karena terasa lebih ramai, karena jalannya juga ramai-ramai baik saat pergi maupun pulang gereja.
Secara pribadi saya memiliki kenangan dengan gereja tersebut karena saya memang kerap mengisi berbagai kegiatan di gereja seperti koor, juga urus majalah gereja hingga bermain drama di gereja bahkan hingga jaga parkir.

Pokoknya, hari Sabtu dan Minggu, waktu saya habiskan untuk urusan gereja ya Gereja Ngaggel.
Terkadang setelah jaga parkir kami bersama dengan teman-teman Mudika, sekarang dikenal OMK Paroki Ngaggel, ramai-ramai makan mi pangsit yang ada depan gereja.
Baca: Polisi Tembak Mati Empat Teroris. Ternyata Mereka mau ke Mako Brimob
Saya juga ingat persis bahwa yang bertugas selaku petugas parkir di gereja itu orang Flores, persisnya dari Maumere namanya Om Mateus.
Beliau orangnya ramah tapi tegas. Dengan pluit, beliau mengatur mobil umat yang hendak ke gereja.

Pertama kali keterlibatan saya dengan Gereja Ngaggel adalah ketika diajak untuk membersihkan gereja oleh teman-teman Mudika, dan dari situ saya terus meleburkan diri dalam berbagai kegiatan gereja.
Terkadang kami sebagai anak Mudika saat itu lebih suka misa malam tepat jam 12 malam yang memang misa dikhususkan untuk anak muda.
Usai misa kami lalu berkumpul di Aula Susteran yang berada di samping gereja untuk makan malam bersama dengan Pastor Paroki saat itu, Rm Haryanto.
Gereja Nggagel meskipun sebagai tempat ibadah namun secara khusus memberikan banyak menfaat bagi perkembangan diri saya secara pribadi, karena di tempat tersebut beberapa kali saya diberi kepercayaan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan gereja yang tentunya menuntut tanggungjawab.

Di gereja itu juga kami bersama dengan beberapa teman Mudika sempat ikut berjaga tak kala ada kasus pemboman yang menimpa sarana umum di tanah air seperti hotel antara tahun 1995 hingga 1997.
Baca: Aksi Bakar Lilin Pray For Surabaya di Depan Gereja di Kupang
Saat menjaga gereja kala itu kami sempat berkenalan dengan seorang anggota marinir yang diperbantukan menjaga gereja entah siapa namanya saya sudah lupa, namun beliau kala itu mengatakan bahwa dia pernah ke Flores tepatnya Maumere pada tahun 1992 untuk membantu korban gempa.

Di gereja itu kami berteman akrab dengan pastor rekan, Rm Yuni yang suka bermain badminton.
Namun demikian siapa sangka bahwa gereja yang memiliki kenangan secara personal tersebut saat ini justru menjadi sasaran aksi teror dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

Minggu (13/5/2018) ketika sedang membuka FB tiba-tiba saya melihat ada siaran langsung dari Facebook yang menyatakan bahwa ada aksi teror di gereja Ngaggel.
Melihat hal tersebut saya sangat terenyuh bahwa gereja yang pernah menjadi saksi perjalanan hidup saya dan beberapa rekan aktifis Mudika diantara tahun 1994 hingga 1999 kini "rusak"oleh aksi terorisme. (*)