Risiko Bisphenol A, Bahan Kimia dalam Kertas Pembungkus Nasi, Mulai dari Kanker hingga Keguguran!
Awalnya BPA digunakan pada wadah makanan kaleng agar kaleng tersebut tidak mudah berkarat.
Sampai saat ini banyak pakar kesehatan yang masih mempertanyakan perihal keamanan BPA.
Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Jepang, China, Korea Selatan, dan negara lainnya sudah membatasi penggunaan BPA.
Dilansir dari Healthline bahwa 92% penelitian independen menemukan dampak negatif penggunaan BPA pada kesehatan.
Sejauh ini, para pakar kesehatan menduga bahwa BPA dapat memunculkan beragam efek negatif sebagai berikut:
Risiko keguguran meningkat tiga kali lipat pada wanita hamil yang terpapar BPA.
Selain itu, wanita usia subur yang terpapar BPA dilaporkan mengalami penurunan produksi sel telur sehat dan berisiko 2 kali lebih tinggi untuk sulit hamil.
Pada pasangan yang menjalani program bayi tabung, pria yang terpapar BPA berisiko hingga 30-46 persen untuk menghasilkan embrio berkualitas rendah karena jumlah sperma yang dimilikinya rendah.
Pria pekerja pabrik manufaktur BPA di Cina mengalami sulit ereksi dan sulit orgasme hingga 4,5 kali lipat daripada pria yang tidak bekerja di pabrik BPA.
Anak yang lahir dari ibu dengan paparan BPA tinggi ditemukan lebih hiperaktif, agresif, serta rentan cemas dan depresi.
Paparan BPA pada pria meningkatkan risiko kanker prostat dan kanker payudara pada wanita, karena BPA memengaruhi perkembangan prostat dan jaringan payudara.
Meski begitu, kebanyakan studi mengenai keamanan BPA dan dampaknya terhadap tubuh belum benar-benar meyakinkan.
Masih dibutuhkan lebih banyak penelitian terhadap manusia untuk dapat memastikan hal tersebut.
Tetap saja, lebih baik mencegah daripada mengobati.
Mengurangi penggunaan wadah yang mengandung BPA, khususnya juga kertas pembungkus makanan, adalah langkah terbaik yang bisa Anda lakukan.
Jika sudah terlanjur menggunakan kertas pembungkus makanan, maka jangan biarkan makanan Anda terlalu lama terbungkus di dalamnya.