Kekeringan Berkepanjangan maka Ini Dampaknya

Nagekeo adalah salah kabupaten di NTT yang memiliki ancaman bencana dan perubahan iklim yang cukup ekstrem,

Penulis: Adiana Ahmad | Editor: Ferry Ndoen
zoom-inlihat foto Kekeringan Berkepanjangan maka Ini Dampaknya
pos kupang.com, adiana ahmad
Para siswa dari SDI Dhawe menanam pohon waru di Daerah Alirasan Sungai (DAS) Aesesa, Jumat (20/4/2018

Laporan Wartawan POS KUPANG.COM, Adiana Ahmad

POS-KUPANG.COM, MBAY--Plan International Indonesia Program Area Flores bekerjasama dengan Yayasan Flores Sejahtera (Sanres) melaksanakan Pelatihan Dasar Management Kekeringan bagi para pihak di Kabupaten Nagekeo dan masyarakat dampingan Proyek SAYA SIAP di Kecamatan Aesesa dan Aesesa Selatan.

Pelatihan Manajemen Kekeringan yang berlangsung di Hotel Stela Sasandi Mbay, Jumat (20/4/2018) diikuti dengan Penanaman Pohon di DAS Aesesa.

Kegiatan ini dalam rangka memperingati Hari Bumi tanggal 22 April dan Hari Kesiapsiagaan Bencana tanggal 26 April mendatang.

"Nagekeo adalah salah kabupaten di NTT yang memiliki ancaman bencana dan perubahan iklim yang cukup ekstrem," kata Field Sponsorship Manager Plan International Indonesia Program Implementation Area Flores," Eka Hadiyanto.

Eka mengatakan, berdasarkan kajian cepat yang dilakukan Plan International Indonesia di Nagekeo ditemukan bahwa kekeringan yang berkepanjangan berdampak pada berkurangnya sumber mata air, menurunnya perilaku kesehatan, dan gizi mengurangi kemampuan masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim.

Situasi ini, kata Eka, terjadi pada saat situasi normal dan pada tingkat tertentu yang menyebabkan dampak lanjutan pada praktek kebersihan masyarakat. Eka mengatakan, kondisi ini diyakini akan terus terjadi atau bahkan meningkat jika tidak ada intervensi yang dilakukan di semua tingkatan.

Proyek SAYA SIAP yang dilaksanakan sejak September 2016 di Nagekeo, lanjut Eka, merupakan program pengurangan resiko bencana dan adaptasi perubahan iklim yang menitikberatkan pada sektor kritis masyarakat yakni air sanitasi dan pertanian. Proyek ini , katanya, menyasar anak-anak dan perempuan sebagai kelompok sasaran. Serangkaian kegiatan telah dilakukan dalam rangka meningkatkan kapasitas masyarakat khusus perempuan dan dan anak-anak dalam menghadapi dampak perubahan iklim.

"Tujuan dari pelatihan yang kita lakukan hari ini juga dalam upaya meningkatkan kapasitas para pihak untuk mengelola kekeringan yang menjadi tantangan utama bagi masyarakat dalam menghadapi dampak perubahan iklim mencakup upaya mitigasi, tanggap darurat, dan rehabilitasi serta meningkatkan kerjasama para pihak terkait, dalam mengelola kekeringan," jelas Eka.

Kegiatan Pelatihan Manajemen Kekeringan tersebut menghadirkan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Nagekeo, Wolfgang Lena, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana, Kabupaten Nagekeo, Bernabas Lambar.

Wolfgang Lena pada kesempatan itu, mengatakan, salah satu cara menanggulangi kekeringan di Nagekeo, dengan irigasi tetes dan springker. Hal itu, kata Wolfgang, sudah dimpelementasikan di Dhawe dan Rowa.

Sementara di daerah Bidoa, Ulupulu, Ratedao, Lambo, Olaia, Tedamude, dan Dhereisa, Wolgang menyarankan, agar petani setempat beralih ke padi gogorancah. "Bisa tanam dua kali. Habis padi bisa tanam kedelai. Karena itu harus dukung pembangunan waduk," kata Wolfgang. (*)

Baca: Taxi Bandara El Tari Satu Bulan Tidak Beroperasi, Ini Tuntutan Pemilik dan Pengemudi

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved