Kenapa Bubur dan Buah Salak Tak Dimakan Etnis Tionghoa Saat Imlek?
Sajian bubur sendiri memiliki makna tersendiri sehingga tidak dapat dikonsumsi saat Imlek. Bubur dianggap memiliki pengharapan yang buruk."
POS-KUPANG.COM | JAKARTA – Dalam merayakan Tahun Baru Imlek, biasanya warga etnis Tionghoa akan berkunjung ke kediaman sanak saudara dan makan malam bersama. Ketika itu pula akan hadir beberapa sajian wajib saat Imlek.
Beberapa sajian yang biasanya ada saat Imlek diantaranya kue keranjang, jeruk mandarin, rebung, hingga pindang bandeng.
Meski demikian, ada pula beberapa makanan yang dilarang untuk dikonsumsi oleh etnis Tionghoa saat merayakan Tahun Baru Imlek.
Hal tersebut dikatakan oleh Aji Chen Bromokusomo dari Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia atau juga peneliti budaya dan kuliner Tionghoa.
Baca: Ini Tradisi Imlek yang Hanya Ada di Indonesia
“Saat Imlek, ada makanan yang tidak boleh ada. Seperti bubur, dan makanan yang berkulit tajam, misalnya salak,” kata Aji kepada KompasTravel saat dihubungi, Selasa (13/2/2018).

Buah salak
Ia menjelaskan, sajian bubur sendiri memiliki makna tersendiri sehingga tidak dapat dikonsumsi saat Imlek. Bubur dianggap memiliki pengharapan yang buruk.
“Bubur dianggap seperti orang susah atau orang miskin. Bubur itu kan nasi yang sudah terlanjur menjadi bubur,” kata dia.
Selain bubur, makanan dengan kulit yang tajam pun tidak boleh dikonsumsi. Menurut Aji, kulit makanan yang tajam ini memiliki makna seperti tantangan yang mempersulit kehidupan.
Baca: Warna Merah di Tahun Baru Imlek Itu Ada Legendanya Loh
Tak hanya soal sajian atau pun makanan yang tidak boleh dikonsumsi saat Imlek.
Dia mengatakan, adapula larangan untuk tidak membersihkan lantai di rumah saat hari pertama Imlek.
Sebab, jika menyapu atau mengepel lantai dianggap membuang-buang rezeki.(Anggita Muslimah Maulidya Prahara Senja)
Berita ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul: 2 Makanan Ini Tak Dimakan Etnis Tionghoa saat Imlek, Apa Saja?