Dokter Spesialis Anak RSU Johannes Kupang Raih Doktor dengan Predikat Cum Laude di Unair
Simplicia Maria Anggrahini meraih gelar doktor setelah lulus ujian disertasi di Unair Surabaya, Kamis (1/2/2018).
Laporan Leo Larantukan
POS-KUPANG.COM | SURABAYA - Simplicia Maria Anggrahini, seorang dokter spesialis anak di RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang meraih gelar akademik tertinggi (doktor) setelah lulus ujian disertasi di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Kamis (1/2/2018).
Di hadapan para penguji Ujian Disertasi Tahap II (Terbuka), istri dari Dr. dr. Hyronimus Fernandez, M.Kes ini berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul: Pengaruh Fetal Health Locus of Control dan Kepatuhan pada Budaya Perawatan Kehamilan Tradisional terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Kota Kupang.
Baca: Masalah Kesehatan Jiwa di Kota Kupang Kian Mencemaskan, Inilah Faktanya
Disertasi tersebut mengantar ibu dua anak ini lulus dengan predikat “Cum Laude”.
Dalam tiga hari berturut-turut, NTT memanen tiga orang doktor dari Universitas Airlangga Surabaya yang semuanya lulus dengan predikat Cum Laude.
Pada hari Rabu (31/1/2018), Wanti SKM, MSc, dosen Poltekkes Kemenkes Kupang berhasil mempertahankan disertasinya dengan judul: Model Kejadian Demam Berdarah Dengue di Daerah Kering Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Sehari sebelumnya, Idawati Trisno, dr., M.Kes, dosen Fakultas Kedokteran Unversitas Nusa Cendana (Undana) Kupang berhasil mempertahankan disertasinya: Peranan Supervisory Relationship Berfokus Dialog Dalam Memediasi Pengaruh Aspek Diri Bidan dan Aspek Diri Supervisor terhadap Kinerja Pertolongan Persalinan Bidan Puskesmas.
Baca: Tragis! Ambulans Tolak Angkut Pria yang Alami 16 Kali Tembakan, Ternyata Ini Alasannya
Dari penelitian yang dilakukannya, Dr. Simplicia berkesimpulan, antara lain pertama, pengetahuan ibu tentang kehamilan berpengaruh positif terhadap fetal health locus of control (FHLOC) ibu.
Kedua, budaya perawatan kehamilan terbukti masih ada dalam lingkungan masyarakat, tetapi tidak secara signifikan mempengaruhi FHLOC ibu. Faktor itu lebih dipengaruhi oleh faktor pengetahuan tentang kehamilan dan faktor karakteristik ibu.
Ketiga, FHLOC ibu tidak berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kepatuhan pada budaya perawatan kehamilan tradisional, karena variabel persepsi pengendalian perilaku yang lebih berperan.
Berdasarkan kesimpulannya, Dr. Simplicia pun memberikan enam saran. Tiga di antara saran tersebut adalah pertama, pembelajaran tentang pengetahuan kehamilan dan tumbuh kembang janin pada anak SMA, saat rekoleksi sekolah dan atau memanfaatkan media sosial.
Kedua, mewajibkan penyampaian materi tentang pengetahuan kehamilan dan tumbuh kembang anak pada setiap kursus calon pengantin atau persiapan perkawinan.