Perlukah Mengucapkan Terima Kasih dalam Hal Kecil? Cuitan Selebtwit Ini Jadi Sorotan
Perdebatan dihadapkan pada perspektif yang menganggap seseorang tak perlu mengharapkan balasan.
Penulis: Efrem Limsan Siregar | Editor: Efrem Limsan Siregar
POS-KUPANG.COM - Perkara ikhlas atau tak ikhlas, pengalaman selebtwit berikut ini bisa menjadi pembelajaran.
Namanya Alexander Thian dan ia mengisahkan kejadian yang tak mengenakannya ketika mengunjungi gerai kopi Starrbucks.
Saat itu, dia hendak berjalan keluar dari Starbucks dan secara kebetulan, ia melihat seorang gadis akan masuk.
Baca: Gerhana Bulan Total 31 Januari 2018 Penanda Bencana Besar? Benarkah, Ini Penjelasannya
Alexander pun menahan pintu agar gadis itu dapat masuk ke dalam.
Namun, gadis ini tak mengeluarkan sepatah kata pun ucapan terima kasih yang pada akhirnya membuat Alexander merasa 'jengkel'.
"Eh bocahnya nyelonong aje ngelirik pun nggak. Gue teriakin aja, MAKASIH YA, MBAK," tulis Alexander Thian lewat akun Twitter @aMrazing, Minggu (27/1/2018).
Baca: Pendiri IKEA itu Telah Tutup Usia
Cuitan tersebut menjadi perdebatan di media sosial.
Yang disorot justru sebaliknya. Sikap Alexander dianggap seperti tak ikhlas dalam menolong.
"Kalo gak ikhlas nolong ya gak usah nolong koh daripada akhirnya nyinyir, ilang amal baiknya hahaha," tulis @veelanisa.
Menurut Alexander, kejadian ini bukan semata tentang ikhlas atau pamrih.
Ia menilainya sebagai persoalan etika dan sopan santun.
Baca: Bikin Baper, Meski Cuaca Dingin dan Hujan Salju, Pria Ini Rela Jalan Kaki Sejauh 40 Km demi Istri
Pengguna lainnya mencoba berbaik sangka dan menduga si gadis tersebut memiliki keterbatasan yang menghalanginya mengucapkan terima kasih.
"Nambahin gua takutnya mbak (bocah) tadi Tuna Rungu (emoji) I always try to think 'khusnudzon' for all," tulis @yonpurba.
Jika memang gadis itu diduga tuna rungu, pengguna lainnya mengatakan tuna rungu pun seharusnya dapat memberikan gestur tubuhnya.
"Senyum dan anggukan kepala itu udh menunjukkan terima kasih (emoji)," tulis @pretty_firstayu.
Baca: Angin Kencang Terjang Kantor Gubernur NTT, Plafonnya Roboh
Sebagai pembanding, seorang pengguna lain, Kokok Dirgantoro, memberi contoh kasus ketika berpapasan dengan bule.
Ia pernah menahan pintu beberapa kali untuk memberi jalan masuk kepada anak bule.
Sepengalamannya, setiap kali ia membukakan, ia selalu menerima ucapan terima kasih dari si anak dan orangtuanya.
"Kalo orang kita sendiri kadang gak ngucapin apa-apa. Mungkin tampangku dianggap pas utk pembuka pintu," tulis @kokokdirgantoro.
Contoh serupa juga dialami pengguna lainnya ketika bertemu keluarga dari Timur Tengah.
"Pernah ada sekeluarga orang Timur Tengah mau naik lift. Saya menunggu bareng mereka. Pas lift datang, sudah penuh. Tinggal saya, si bapak dan anaknya belum masuk. Karena mereka sekeluarga, saya tawarkan Bapak itu untuk masuk, terus dia jawab. "No, u come first" akhirnya si Bapak naik lift berikutnya," tulis @Zulmye.
Baca: Ini Kata Pelaku Pelecehan: Saya Minta Maaf kepada Istri, Ibu, dan Perawat Seluruh Indonesia
Akun @lickeah menganggap kejadian yang dialami Alexander tadi sebagai bukti bahwa Indonesia mengalami krisis 'terima kasih'.
Meski begitu, bagi sebagaian warganet, ketika membantu seseorang, mereka mengatakan tak pernah, bahkan tak mengingat kapan terakhir kali direspon oleh ucapan terima kasih.
Bagi yang lainnya, ucapan terima kasih memang perlu disampaikan meski bukan kewajiban.
"Jangan lupa, 'maaf' dan 'tolong' juga," tulis @dhietyakartika.
"Buset netizen, chill dude, ribut mele. Kl gw malah lupa kpn terakhir kali direspon org yg gw bantu buka/nahan pintu minimart/lift. Gw setuju a little smile would be nice, tp gw pun setuju ga perlu expect dpt respon, bukan ap2, hny untuk menjaga niat gw agar ga kapok berbuat baik," tulis @gilwiguna.
"Haha sering terjadi koh. g cewe g cowo tiap ku tahanin pintu jarang bgt yg bilang makasih ato setidaknya senyum.
tapi aqu gpp. Berbuat baik emng kudu dimulai dari diri sendiri dulu (emoji)," tulis @manisaeka.
Baca: Wah! Ada Pulau yang Rutin Ganti Negara, Simak Juga Berita Terpopuler Lainnya
TRIBUNNEWS/Efrem Limsan Siregar