Marco Menangis Tanpa Suara Mendengar Kabar Ayahnya Meninggal Dunia
Airmatanya membasahi pipi saat mendengar ayahnya telah meninggal dunia, Selasa (7/11/2017) siang.
Penulis: Frans Krowin | Editor: Agustinus Sape
Laporan Wartawan Pos-Kupang.com, Frans Krowin
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA – Marco Making, putra bungsu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Kabupaten Lembata, Aleks Making, menangis tanpa suara.
Airmatanya membasahi pipi saat mendengar ayahnya telah meninggal dunia, Selasa (7/11/2017) siang.
Saat kabar duka itu tiba, Marco masih di sekolah. Saat itu Marco langsung dijemput pulang ke rumah yang letaknya persis di samping Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lewoleba.
Tatkala bocah ini tiba di rumah, ia langsung disambut dengan isak tangis keluarga.
Pasalnya saat kabar duka itu tiba, Marco hanya ditemani keluarga.
Baca: Jelang Pernikahan Kahiyang, Pria Tua Asal Papua Ini Ungkap Alasannya Datang ke Solo
Maklum, si sulung menemani ayahnya berobat ke Surabaya, sedangkan dua kakak lainnya, masih kuliah di Jawa dan di Kupang.
Ketika diajak bicara oleh Pos Kupang, petang kemarin, Marco diam seribu bahasa. Ia tidak bicara sepatah kata pun. Meski demikian, air mata terus mengalir membasahi pipinya.
Saat ditanya apakah ayahanda sempat berpesan sesuatu sebelum berangkat ke Surabaya untuk berobat?
Marco hanya menunduk diam. Sambil menggeleng-gelengkan kepala, bocah hitam manis ini terus menangis.
Marco adalah putra bungsu Aleks Making. Saat ini Marco duduk di kelas VI Sekolah Dasar Katolik (SDK) St. Theresia Lewoleba.
Baca: Sisi Lain Pernikahan Kahiyang dan Bobby, Pria Asal Purworejo Ini Harapkan Perhatian dari Tamu Jokowi
Marco dan tiga orang kakaknya kini telah menjadi yatim piatu.
Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Lembata, Apol Mayan, menuturkan, siang kemarin, ia mendapat kabar dari Rumah Sakit (RS) Dr. Soetomo Surabaya bahwa Kadis Aleks Making telah menghembuskan nafas terakhir.
Pihaknya belum tahu sebab musabab Aleks meninggal dunia. Pasalnya, saat hendak berangkat untuk berobat ke Surabaya, melalui Bandara Wunopito, Lewoleba, Jumat (3/11/2017) siang, Aleks masih kuat.
Memang, lanjut Apol, sehari sebelumnya, yakni Kamis (2/11/2017), almarhum sempat meneleponnya dan mengeluh soal kondisi kesehatannya.
“Bapa Aleks menelepon saya dan mengeluhkan kondisi fisiknya yang makin melemah,” ujarnya.
Bahkan saat telepon itu, tutur Apol, almarhum sempat mengatakan bahwa kondisi fisiknya tak kuat lagi.
“Bapa Aleks cerita kalau daya tahan tubuhnya tidak kuat lagi. Almarhum juga menceritakan soal upaya yang dilakukannya untuk menjaga kesehatannya,” tutur Apol.
Mendengar keluhan itu, lanjut dia, dirinya langsung memberikan peneguhan sekaligus saran agar almarhum segera memeriksakan kesehatannya ke dokter. Almarhum menurutinya sehingga langsung ke Dokter Geryil.
Baca: Belu Endemik Malaria, Willy Lay: Perlu Gerakan Bersama Pemberantasan Nyamuk
Keesokan harinya, Aleks berangkat ke Surabaya untuk memeriksakan kesehatannya. Sejak keberangkatan itu, tak ada lagi komunikasi yang terjalin di antara keduanya.
Ternyata setelah tiba di Surabaya, almarhum langsung dirawat intensif di RS Dr. Soetomo.
Pada Selasa (7/11/2017) ia mendapat kabar kalau Kadis Aleks Making telah menghembuskan nafas terakhir.
Informasi yang dihimpun Pos Kupang di rumah duka, menyebutkan, korban diterbangkan dari Surabaya ke Kupang menggunakan pesawat Lion Air, Selasa (7/11/2017) malam.
Setelah itu jenazah diterbangkan lagi dari Kupang ke Maumere, Rabu (8/11/2017) siang.
Baca: Satpol PP Tangkap 2 Pasangan Mesum di Parkiran Rumah Jabatan Bupati Kupang
Jenazah dijemput di Maumere, Kabupayen Sikka, lalu dibawa ke Larantuka untuk selanjutnya ke Lembata.
Besar kemungkinan, jenazah bersama keluarga tiba di Pelabuhan Lewoleba sekitar pukul 18.30 Wita. (*)