Orangtua Waspadalah! Kwatir Sudah Masuk Bali, Pil PCC Bikin Heboh, Mirip Flakka `Racuni' Anak SD
Hal itu lantaran mereka mengalami gangguan mental usai mengonsumsi obat- obatan yang belum diketahui jenisnya
Dalam sejumlah video yang beredar di media sosial, tampak beberapa pengguna Flakka bergerak aneh (kepalanya miring, nyaris kayang, susah berbicara) setelah mengonsumsi zat tersebut.
Tak hanya itu, ada juga pemakai Flakka yang mendadak berlari kencang dan menabrakkan diri ke mobil.
Sejumlah media asing melaporkan gerakan lari kencang itu disebabkan halusinasi hebat yang dialami pemakai Flakka.
Video yang menunjukkan efek dari seseorang yang mengonsumsi Flakka menjadi viral.
Dalam video itu tampak orang yang mengonsumsi Flakka akan berubah menjadi seperti zombie.
Flakka, berasal dari kata Spanyol yang berarti seorang wanita cantik (la flaca), mengandung senyawa kimia yang disebut MDPV, bahan utama pembuat bath salts atau garam mandi.
Senyawa kimia ini menstimulasi bagian otak yang mengatur mood, hormon dopamin, dan serotonin.
Di beberapa negara, obat ini disebut gravel atau kerikil karena berbentuk seperti potongan kristal putih seukuran kerikil di dalam akuarium.
Obat ini dibuat menyerupai kokain.
Namun, pada tahun 2012, kelompok pembuat obat sintetis terkait dilarang beroperasi. Pasalnya, Flakka berpotensi jauh lebih berbahaya ketimbang kokain.
Dilansir CNN, Senin (29/5/2017), epidemiologis dari Nova Southeastern University, Jim Hall, mengatakan sulit membedakan konsumsi dosis penggunaan Flakka yang dapat menyebabkan seseorang dalam kondisi kritis.
"Sangat sulit mengontrol dosis yang tepat dalam penggunaan flakka," kata Jim Hall.
Hal penting yang menjadi perhatian adalah Flakka menyebabkan penggunanya merasa memiliki kekuatan super dan kemarahan yang seakan bisa meledak seperti Hulk.
"Efek ini akan membanjiri otak," kata Hall. Kokain dan methamphetamine memiliki cara kerja yang sama di otak. Namun, senyawa kimia pada flakka meninggalkan efek yang lebih tahan lama.
Meski efek seperti sakau yang ditimbulkan Flakka hanya berlangsung beberapa jam, hal tersebut bisa terjadi secara permanen pada otak.