Guru Menghina Siswa Saat Pelajaran Bahasa Indonesia, Sekdis PKO Segera ke Ile Ape Timur
Guru mestinya melakukan tugas pokok dan fungsi secara baik untuk mendidik dan membimbing anak didik
Penulis: Frans Krowin | Editor: Agustinus Sape
Laporan Wartawan Pos-Kupang.com, Frans Krowin
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA – Sekretaris Dinas (Sekdis) Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga (PKO) Kabupaten Lembata, Hipolitus Payong mengatakan, sampai saat ini pihaknya belum mendapat laporan dari kecamatan terkait kasus guru menghina siswa hingga yang bersangkutan nekat bunuh diri.
“Sampai saat ini, kami belum terima laporan tertulis dari kecamatan ataupun dari sekolah tersebut. Tapi kami telah mendengar informasi bahwa ada kasus seperti itu. Makanya, kami berencana turun ke sekolah itu dalam waktu dekat,” ujar Hipolitus kepada Pos Kupang, Selasa (5/9/2017).
Dikatakannya, ia sangat kesal dengan pertiwa seperti itu. Pasalnya, guru mestinya melakukan tugas pokok dan fungsi secara baik untuk mendidik dan membimbing anak didik. Bukan sebaliknya menghina anak didik dan mencederai rasa hati orang tua siswa.
Bila anak didik bermasalah, misalnya, guru berperan mendampingi, membimbing dan mendidik, agar anak tersebut tak kembali melakukan apa yang telah diperbuatnya. Itu kalau anak didik melakukan tindakan yang tidak terpuji.
Tapi, lanjut dia, dalam kasus yang satu ini, guru justru bersalah. Oknum guru itu melontarkan pernyataan yang menghina siswa. Karena itu, pihaknya akan memberikan sanksi terhadap oknum guru bersangkutan.
“Kami akan memberikan sanksi terhadap oknum guru tersebut. Perbuatannya telah mencederai dunia pendidikan. Bagi kami, oknum yang satu ini tak layak menyandang predikat guru,” ucap Hipolitus tegas.
Sebelumnya, diberitakan, siswa SMP Negeri Satu Atap Ile Ape Timur, Felisianus Keko (16), nyaris mengakhiri hidupnya dengan menenggak obat pembasmi rumput.
Korban nekad melakukan itu karena malu atas hinaan ibu gurunya, Barbara Berek, saat pelajaran Bahasa Indonesia.
Informasi yang dihimpun Pos Kupang menyebutkan, pada Kamis (31/8/2017), Keko bersama teman-temannya masuk sekolah seperti biasa. Ia mengikuti semua mata pelajaran yang diasuh oleh guru-guru di sekolah itu.
Namun masuk pelajaran Bahasa Indonesia yang diasuh Barbara Barek, suasana di kelas itu sontak berubah. Keko dikatai habis-habisan. Disebut sebagai orang miskin, tinggal di rumah seperti kandang dan pelbagai hujatan lainnya.
Atas hinaan itu, Keko pun nekat menghabisi hidupnya. Saat pulang ke rumah, korban langsung mencari cairan pembasmi rumput. Setelah mendapatkan barang yang dicari, korban langsung menenggaknya dengan maksud bunuh diri. Untungnya, korban berhasil diselamatkan.
Terhadap kasus itu, Camat Stef mengatakan, pihaknya kaget mendengar peristiwa itu. Ia sangat marah terhadap oknum guru tersebut. Pasalnya, hinaan yang dilontarkan terhadap anak didik telah mencederai rasa hati orang tua.
Ia meminta agar peristiwa seperti itu tidak terulang lagi pada hari-hari mendatang.
Camat Stef meminta agar instansi teknis segera memberikan tindakan tegas terhadap oknum guru tersebut.
Tindakan tegas tersebut, lanjut Camat Stef, penting untuk dilakukan, agar menjadi pembelajaran bagi yang lain.
“Oknum guru itu harus ditindak sehingga jera dan menjadi pembelajaran bagi yang lain. Saya harap guru-guru tidak menghina anak-anak yang berkekurangan. Ini harus diperhatikan,” tandas Camat Stef. (*)
