600 Burung Berkicau di Mapolres Kupang Kota
Meski halaman belakang Mapolresta yang menjadi lokasi penyelenggaraan hanya ditumbuhi empat batang pohon, namun kicauan merdu burung-burung membuat su
Penulis: Alfons Nedabang | Editor: Alfred Dama
Laporan Wartawan Pos Kupang, Alfons Nedabang
POS KUPANG.COM, KUPANG -- Lomba Burung Berkicau yang digelar Polres Kupang Kota, Minggu (4/6/2017) pagi, diikuti lebih dari 600 burung.
Meski halaman belakang Mapolresta yang menjadi lokasi penyelenggaraan hanya ditumbuhi empat batang pohon, namun kicauan merdu burung-burung membuat suasana terasa seperti di hutan.
Event dalam rangka memperingati HUT ke-71 Bayangkara memperebutkan piala Kapolres Kupang Kota Cup ini dibuka Kapolda NTT, Irjen Pol Agung Sabar Santoso.
Peserta yang terlibat, umumnya anggota komunitas burung di Kota Kupang. Ada juga peserta berasal dari Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara dan Atambua, Kabupaten Belu.
Setiap komunitas burung menempati satu stan yang terbuat dari tenda besi berterpal. Mereka hadir dengan tanda pengenal komunitas.
Salah satu ciri yang menonjol adalah baju bertulis nama komunitas burung, seperti Puncak Biru Club, Bird Club Joko Tole, Bintang Maestro Bird Club, Angker Bird Club dan Wings Bird Club. Meski hadir membawa nama komunitas, namun burung yang ikut perlombaan merupakan burung perorangan.
Burung yang berada di dalam sangkar berbagai bentuk, ukuran dan warna, digantung berjejer pada besi-besi tenda. Ada juga yang diletakkan di jalan. Sepintas terlihat, suasanya seperti di pasar-pasar burung.
Perlombaan burung berkicau diawali dengan pertarungan burung-burung Anis Cendana. Anis Cendana merupakan burung asli Pulau Timor.
Burung Anis Cendana beserta sangkarnya yang sudah diberi nomor urut oleh panitia, digantung pada tempat khusus perlombaan. Pada tanah, di bawa setiap sangkar burung, ada media semen dengan pipa PVC sepanjang 15 Cm ditengahnya.
Sebanyak enam juri melaksanakan tugasnya. Berjalan dari satu sangkar ke sangkar lain sembari melihat (observasi) dan menyimak suara burung, tim juri yang diketuai Bastari Sabtu memberi penilaian.
Jika burung berkicau maka juri menancapkan lidi berpita merah, kuning dan hijau pada media semen berpipa. Selanjutnya juri menancapkan bendera biru, yang artinya burung-burung tersebut masuk nominasi.
Juri melakukan penilaian kepada burung-burung yang masuk nominasi. Setelah berembuk, juri memutuskan pemenang yang ditandai dengan penancapan bendera. Bendera Merah dengan abjad A berarti burung tersebut juara pertama. Bendera Hijau dengan hurif B berarti juara dua, dan bendera kuning dengan huruf C artinya meraih juara ketiga.
Bastari Sabtu menjelaskan kriteria penilaian, di antaranya irama, volume kicauan termasuk menghitung materi dan isiannya apa. Burung yang bisa melakukan roll, keras tidaknya suara kicauan termasuk gaya burung juga dinilai. Jika burung turun dari tempatnya bertengger maka dianggap melakukan pelanggaran berat.
Bastari Sabtu menyebut burung-burung yang diperlombakan berjumlah lebih dari 600 ekor. "Jumlahnya mendekati 700 burung. Ini sangat luar biasa," ujarnya.
Suasana pada saat sesi perlombaan lebih seru. Pemilik burung yang berada di luar area lomba, dibatasi pagar kain spanduk, mensuport burungnya. Bersiul dan tepuk tangan adalah cara mereka lakukan untuk menyemangati burungnya.
Ada juga yang mengangkat tangannya lalu menggerakan jari-jari. Selanjutnya melakukan gerakan melambai tangan kiri dan kanan secara bergantian.
Medi, anggota komunitas BBC menuturkan, gerakan tangan, bersiul atau tepuk tangan adalah cara mereka mensuport burung yang ikut lomba.
Menurutnya, cara tersebut disesuaikan dengan karakter burungnya. Kalau burung Anis Merah dengan cara menggerakan jari tangan atau melambai-lambai tangan.
"Kalau jenis Murai Batu harus dengan tepuk tangan. Jenis Anis Merah bantu dengan gerakan tangan. Dengan begitu burung baru berkicau," ujar Medi yang mengaku berprofesi sebagai penjahit pakaian ini.
Suasana semakin seru saat juri menetapkan pemenang. Mengetahui burungnya juara, pemilik burung beserta pendukungnya memekik kegirangan.
Perlombaan burung berkicau yang baru pertama kali digelar Polres Kupang Kota ini, terbagi dalam tiga kelas, yaitu Bhayangkara, Turangga dan kelas Kapolres. Harga tiket setiap kelas Rp 100.000 per peserta.
Untuk kelas Bhayangkara, jenis burung yang diperlombakan yaitu Anis Cendana, Anis Kembang, Kenari, Anis Merah, Cucak Ijo, Kacer, Cendet, Plecir, Decu, Love Bird dan Murai Batu.
Jenis burung untuk kelas Turangga sama dengan kelas Bhayangkara, ditambah Campuran. Sedangkan kelas Kapolres, hanya tiga jenis burung yang diperlombakan, yakni Kenari, Cucak Ijo dan Love Bird.
Peserta yang juara meraih hadiah uang dan piala. Juara 1 mendapat Rp 1.250.000, juara II Rp 750.000 dan juara III hadiah uang Rp 500.000. Panitia juga menyiapkan hadiah uang untuk peserta yang meraih juara IV sampai juara VII.
Peserta yang meraih juara umum mendapat piala tetap dan uang Rp 1.000.000, sedangkan Runer up meraih hadiah uang Rp 500.000.
Kapolda NTT, Irjen Pol Agung Sabar Santoso mengapresiasi pelaksanaan lomba burung berkicau yang diselenggarakan Polres Kupang Kota.
Menurutnya, banyaknya peserta yang hadir menandakan banyak penggemar burung. Dia juga mengingatkan bukan sekedar memelihara tetapi budidaya. "Yang punya komunitas, silahkan kembangkan. Silahkan mengembangkan hobi. Acara ini menjadi moment silahturahim membuat kita semakin solid," ujarnya.
Kapolda NTT berencana akan kembali menyelenggarakan event serupa di waktu mendatang.
Kapolres Kupang Kota, AKBP Anthon Cristanto, SH, M.Hum juga menyebut burung yang diperlombakan jumlahnya di atas 500 burung.
Anthon Cristanto mengatakan, kegiatan seperti ini akan berlanjut agar para kicau mania semakin termotivasi memelihara burung.
Menurutnya banyak burung lokal NTT di bawa ke luar sehingga harga burung menjadi mahal. Apalagi ada kabar pembelian burung-burung NTT menggunakan sistim ijon.
"Kalau sering lomba seperti ini, burung tidak dijual. Kalau ada event seperti ini, ada yang mau berternak burung. Dulu orang berburu burung untuk dimakan, kini berburu burung untuk ikut lomba. Kalau sudah lomba makan orang beternak burung," ujar Anthon Cristanto.
Anthon Cristanto mengaku memiliki hobi memelihara burung. Walau baru dua bulan bertugas di Kota Kupang, dia sudah memiliki 10 ekor burung.
"Saya hobi (burung). Baru mulai lagi. Harus nyari burung lagi setelah pindah tugas. Baru dua bulan (di Kota Kupang), burung sudah sepuluh. Mau nambah terus," ujarnya sembari menambah ada seekor burung miliknya dibeli di Bajawa, Kabupaten Ngada.*
