Sekretaris KPAD NTT Bilang Cegah HIV AIDS dengan ABCD

Sekretaris KPAD NTT, dr. Husein Pancratius mengatakan, mencegah HIV/AIDS dengan gunakan distem ABCD.

POS KUPANG/DOK
dr. Husein Pancratius 

Laporan Wartawan Pos-Kupang.com, Novemy Leo

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Sekretaris KPAD NTT, dr. Husein Pancratius  mengatakan, kasus HIV/AIDS di NTT itu sifatnya kumulatif sehingga setiap tahun akan terjadi peningkatan. Setiap tahun selalu ditemukan kasus HIV/AIDS baru, temuan itu bisa terjadi karena yang bersangkutan baru terjangkit HIV atau sudah mengidap lama tapi baru ketahuan karena baru melakukan pemeriksaan.

"Ini yang masih menjadi PR agar kita harus bisa membedakan datanya. Sayangnya, laporan dari laboratorium tidak ada pemisahan seperti itu. Padahal data itu penting untuk bisa mengetahui jangka waktu penularannya. Contohnya saja, jika dia sudah AIDS artinya inveksi virus sudah terjadi beberapa tahun lalu, bayangkan kalau selama itu dia tidak sadar dan menjadi penular virus HIV kepada orang lain karena dia berhubungan intim dengan banyak orang dalam selang waktu itu," kata Husein didampingi Gusti Brewon.

Meski setiap tahun meningkat, Husein menilai, kesadaran masyarakat Kota Kupang untuk memeriksakan diri atau test HIV/AIDS sudah lebih baik daripada kondisi beberapa tahun lalu. Pasalnya, sejak tahun 2014 ada program  Voluntary Counselling and Testing (VCT) Mobile atau kegiatan VCT yang dilakukan diluar tempat layanan atau klinik VCT. Progra, ini dapat menjangkau masyarakat di setiap kelurahan guna diberikan sosialisasi dan ajakan untuk test HIV/AIDS secara sukarela.

"Selama ini masyarakat mungkin belum tahu atau malu atau takut ketika mau test HIV/AIDS. Tapi ketika tim VCT mobile datang ke kelurahan memberikan sosialisasi tentang HIV/AIDS barulah banyak masyarakat mau test HIV/AIDS," kata Husein.

Husein berharap program VCT Mobile bisa ditiru di setiap kabupaten di NTT agar upaya penanggulangan, pencegahan dan deteksi dini HIV/AIDS bisa tercapai. Salah satu faktor masyarakat enggan test HIV/AIDS atau odha egan periksa ke klinik VCT karena letaknya jauh."Fasilitas pelayanan kesehatan sudah ada tapi tidak bisa diakses karena alasan topografi, harus naik perahu, jauh, ongkos transportasi mahal. Karena itu orang kesehatan tiga orang harus pro aktif mendatangi masyarakat. Lebih baik 3 orang datang menemui 100 masyarakat daripada 100 masyarakat yang datang ke 3 orang, lebih besar biayanya kan," kata Husein.

Husein mengatakan, pihaknya sudah melatih tenaga dokter, perawat dan analisis lab untuk klinik VCT di 21 rumah sakit kabupaten/kota. Tapi kini sebagian tidak berfungsi dengan berbagai alasan. "Alasannya tidak ada reagen padahal reagen itu gratis diminta ke departemen kesehatan, tidak ada biaya operasional, tugas rangkap. Belum lagi ada yang sudah dipindahkan. Yang masih rendah penanganan HIV/AIDS adalah Ngada dan Sabu," kata Husein.

Husein mengatakan, jika kasus HIV/AIDS sudah menyerang anak-anak usia remaja, hal ini menunjukkan bahwa ini sudah ada ancaman. "Kalau selama ini orang bilang HIV/AIDS membawa bencana dan malapetaka ke lost generasi maka adanya sejumlah remaja di NTT terinveksi HIV/AIDS, maka sudah mulai kelihatan tanda-tandanya ancamannya. Kita tidak pernah antisipasi sebelumnya," sesal Husein.

Gusti menjelaskan, sejumlah riset dosen di Kupang memperlihatkan adanya perilaku seks beresiko itu sekitar 10 sampai 18 persen remaja responden usaia 14-20 tahun yang diwawancarai mengaku telah berhubungan seks ketika pacaran . "Adanya hubungan seks remaja ini memberi warning bahwa ada perilaku beresiko.  Kalau kita lihat kasus HIV pada anak-anak usia 15-19 tahun itu ada 55 kasus dan umur 20-24 tahun itu ada 581 kasus. "Kalau mereka terinfeksis HIV 5 tahun sebelumnya berarti mereka telah terinveksi pada usia sangat produktif, mungkin juga berdasarkan pengalaman seks perdana mereka langsung beresiko. Ini memberikan petunjuk bahwa infeksi HIV telah terjadi pada anak kita sehingga upaya pencegahan perlu segera dilakukan ," kata Gusti.

Cara mengedukasi remaja, demikian Gusti, perlu dicari model edukasi yang kreatif sehingga tidak membosankan remaja.  "Kadang kampanya HIV/AIDS tidak kreatif, seperti seminar yang membosankan. Maka kita harus ajak masyarakat remaja untuk terlibat sehingga mereka memberikan sosialisasi dan kampanyetentang HIV/AIDS dengan versi anak muda.  KPAD NTT menggunakan media sosial seperti FB, instagram, tweeter untuk kampanye soal HIV/AIDS sehingga bisa dekat dengan remaja," kata Gusti.

Orangtua juga harus mulai bisa terbuka bicara soal pendidikan seks dan kesehatan reproduksi.  "Harapan ke depan setiap orang tua mau terbuka hati, berjiwa besar  untuk mau belajar. Jadi orangtua tidak berarti kita sudah  tahu segalanya. Ada hal yang harus kita tahu anak-anak jauh lebih maju," kata Gusti.

Gusti juga berharap orangtua jangan menyalahkan kemajuan teknologi karena yang paling tepat adalah mengatakan bahwa dengan kemajuan teknolgi yang begitu cepat maka orangtua dan guru harus belajar. "Orangtua harus siap bahwa ada perubahan gejolak adalah bagian dari kehidupan. Jika kita tidak pernah bisa persiapkan anak-anak lalu kita berharap kondisi ideal terjadi, itu mustahil," kata Gusti.

Menurut Husein, semua pihak harus segera bekerjasama untuk menanggulangi ancaman HIV/AIDS di NTT dengan melakukan 5 langkah. Pertama komunikasi dan informasi edukasi tentang HIV/AIDS dan agar masyarakat ,mau periksa.  Kedua, mencegah supaya HIV/AIDS tidak ditularkan oleh odha ke orang lain dengan ajaran ABCDE. Ketiga, melakukan pemeriksaan diagnosis dan terapi kepada odha. Keempat, pemberdayaan odha. "Karena penular HIV/AIDS adalah odha, maka jika odha kita lepas berkeliaran tanpa merangkul mereka untuk bersama perangi HIV/AIDS sesuai motonya 'stop sampai disini' maka upaya penanggulangan HIV/AIDS hanya omongan yang sia sia," yakin Husein.

Karena itu, penanggulangan HIV/AIDS harus menjadi gerakan bersama dan harus dilakukan saat ini. Bagaimana kita mendorong odha supaya bisa berkumpul dalam komunitas yang terbentuk oleh, dari dan untuk mereka. langkah lain dengan membentengi keluarga. Benteng terbaik dalam mencegah penularan HIV/AIDS yakni keluarga. "Kalau ada anak remaja yang terinveksi HIV/AIDS maka itu salah semua pihak, lingkunga, dan salah orangtua yang tidak sejak dini memberikan pendidikan seks kepada anaknya," kata Husein.

Menurut Husein, untuk mencegah HIV/AIDS dengan cara ABCD. Abstinence atau menghindari hubungan seksual sebelum menikah dan hubungan seksual beresiko, Be Faithfull atau setia kepada pasangan dan tidak gonta ganti pasangan, Condom atau memakai kondom saat melakukan hubungan seks, Drugs atau tidak mengkonsumsi narkoba dan Education yakni aktif mencari informasi yang benar mengani HIV/AIDS. (vel)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved