HIV dan AIDS Sudah Berlari Tapi Pemerintah Masih Berjalan Pelan

Direktris YTB, Liliane P Amalo mengatakan, perkembangan HIV/AIDS di NTT seperti musim jamur. Ibarat lomba,HIV AIDS berlari tapi pemerintah berjalan

zoom-inlihat foto HIV dan AIDS Sudah Berlari Tapi Pemerintah Masih Berjalan Pelan
PK/VEL
Liliana P Amalo, Direktris YTB NTT

Laporan Wartawan Pos-Kupang.com, Novemy Leo

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Menurut Liliane P Amalo, jika inveksi HIV/AIDS itu sudah menyerang remaja maka tangungjawabnya berada pada siapa yang mendampingi mereka saat ini.

"Remaja kan tidak hidup sendirian, ada orangtuanya, tantenya, omnya atau orang dewasa yang mendapingi kehidupan mereka. Jika remaja terkena virus HIV/AIDS maka orangtua, keluarga dan guru ikut bertanggungjawab," kata Liliana.

Menurut Liliana, inveksi virus HIV/AIDS bisa dicegah jika orangtua sudah memulai tanggungjawabnya sejak dini kepada anak mereka. Bagaimana orangtua harus memberikan informasi yang baik dan benar tentang berbagai hal, antara lain, pendidikan seks, kesehatan reproduksi dan berbagai hal lainnya. Sehingga anak tidak bertanya dan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka di luar rumah.

Jika mencari informasi diluar rumah, demikian Liliana, bisa saja anak mendapat informasi yang keliru dan jutsru malah isa menjerumuskannya ke hal-hal yang tidak baik.

"Jika pengetahuannya minim soal seks dan kesehatan reproduksi, maka remaja akan melakukan hal yang beresiko diluar rumah. Remaja itu cenderung rasa ingin tahunya besar, dan mereka akan mencoba hal-hal yang baru. Jika pertanyaan remaja tidak ada jawabannya di dalam rumah, maka mereka akan mencari diluar rumah," kata Liliana.

Bicarakan pendidikan seks di rumah. Perkenalkan tentang alat reproduksi kepada anak sejak dini, sehingga sejak kecil, anak-anak sudah tahu apa fungsi dari alat reproduksinya dan bagaimana melindungi diri dan berbagai hal lainnya. "Jangan tabu bicara tentang seks di dalam rumah," kata Liliana.

Menurut Liliana, pemerintah dan DPRD serta semua pihak sudah harus menentukan sikap dan mengambil kebijakan yang baik soal penanggulangan HIV/AIDS di NTT.

"Saya kira, kurikulum di sekolah harus ada yangn mengakomodir tentang pendidikan seks dan kesehatan reproduksi. Jangan hanya mengandalkan pelajaran biologi atau mulok untuk menyisipkan pendidikan seks dan kesehatan reproduksi. Karena guru biologi dan mulok pun bicaranya masih abu-abu karena masih tabu. Karena itu harus ada mata pelajaran khusus untuk bisa mengantisipasi HIV/AIDS. Saya kira sekarang sudah waktunya," kata Liliana.

Liliana mengatakan, dia sudah menangani soal HIV/AIDS di NTT ini hampir 20-an tahun dan perkembangan HIV/AIDS terus terjadi.

"Memang dibandingkan waktu dulu, jumlah kasus HIV/AIDS lebih sedikit dibandingkan saat ini, ini karena perkembangan jaman. Memang peran pemerintah dan DPRD sudah baik dari waktu ke waktu, hanya saja harusnya bisa lebih respon dan berlari. Karena perkembangan HIV AIDS ini sangat cepat seperti pertumbuhan jamur di musim hujan. Ibarat sama-sama maju ke depan, tapi HIV/AIDS itu berlari, dan pemerintah hanya berjalan," kata Liliana.

Liliana berharap semua pihak, orangtua, guru, tokoh agama, tokoh masyarakat, pemerintah, DPRD semua harus bisa bersama-sama memerangi HIV/AIDS dan bisa menyelamatkan masyarakat khususnya remaja dari inveksi virus HIV/AIDS.

"Mari bersama kita bisa memerangi HIV/AIDS, gencar memberikan edukasi bagi remaja dan masyarakat tentang bahaya HIV/AIDS dan bersama menangani para ODHA agar mereka tidak menularkan virus ini kepada orang lain," harap Liliana. (*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved