Paus Fransiskus Muncul dengan Mobil Golf di Kairo, Tidak Takut di Tengah Merebaknya Serangan ISIS

Pemimpin umat Katolik Sedunia, Paus Fransiskus mengakhiri kunjungan singkat ke Mesir dengan misa di ruang terbuka, Sabtu (29/4)

Editor: Agustinus Sape
MOHAMED EL-SHAHED/AFP
Paus Fransiskus saat tiba di Institut Teologia dan Kemanusiaan Katolik Koptik, di Kairo, Mesir, Sabtu (29/4/2017). 

"Fanatisme lainnya tidak datang dari Tuhan, dan tidak akan menyenangkan hati Tuhan," sambung Paus.

Pesan itu menjadi terdengar sangat relevan, setelah pada hari pertama kunjungan di Mesir, Paus meminta agar pemimpin umat Muslim melepaskan fanatisme agama.

Menurut Paus, fanatisme agama hanya akan melahirkan kekerasan.

Paus juga melontarkan hal itu dalam kunjungan ke Al-Azhar, Kairo, di mana lembaga Muslim Sunni yang berusia 1.000 tahun itu telah melatih para ulama dan ilmuwan dari seluruh dunia.

Pengamanan memang terasa sangat ketat di stasion tempat Paus menggelar misa. Hal serupa pun terasa di lokasi tempat menginap Paus di kawasan elite Kairo.

Polisi berseragam dan berpakaian lengkap ditempatkan pada setiap meter jalan yang dilintasi iring-iringan Paus. 

Polisi menggunakan detektor logam untuk memeriksa kendaraan. Selain di sisi jalan, para penjaga bersenjata pun berdiri di atas atap dengan wajah tertutup.

Namun, Paus memutuskan untuk tak menggunakan "popemobile" anti-peluru yang digunakan pendahulunya dalam perjalanan luar negeri, dan melewati Kairo dengan sebuah Fiat sederhana dengan jendela terbuka.

"Dia adalah pembawa pesan damai, dia sungguh pembawa pesan damai," kata salah satu jemaat yang hadir di stadion, Amgad Eskandar, sebelum misa dimulai. 

"Semua kalimat yang meluncur dari mulutnya adalah mengenai perdamaian, seruan damai, desakan untuk mewujudkan perdamaian, semua itu luar biasa," kata dia.

Isyarat yang disodorkan Paus selama di Mesir, dengan Fiat sederhana berjendela terbuka serta mobil golf yang juga terbuka, mengirimkan pesan yang menantang kelompok teroris ISIS dan afiliasi lokalnya di Mesir

Kelompok itu setelah serangan pada ibadah minggu Palma di dua gereja di Mesir menyatakan akan menjadikan umat Kristen sebagai target serangan di negara itu.

Hal itu disebut sebagai bentuk hukuman atas dukungan yang telah mereka berikan kepada Presiden Abdel-Fattah el- Sissi, yang menggulingkan presiden dari kelompok Islam. (KOMPAS.com)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved