Breaking News

Ada Kisah, Akibat Mengerikan Yang Dipercaya, Makan Ikan Lele Bagi Warga Belitung dan Lamongan Asli

Namun dibalik kepopuleran ikan ini, ada sebagian masyarakat yang justru pantang memakannya.

Editor: Rosalina Woso
kompas.com
Ilustrasi peternak ikan lele 

POS KUPANG.COM -- Siapa yang tak kenal dengan ikan lele, ikan berkumis yang biasa menjadi lauk dimeja makan masyarakat Indonesia.

Ikan ini bisa diolah menjadi beragam lauk pauk yang lezat dan dikenal memiliki gizi yang tinggi.

Namun dibalik kepopuleran ikan ini, ada sebagian masyarakat yang justru pantang memakannya.

Memang ini kedengarannya aneh, tapi ada kisah unik yang melatar belakanginya.

Di Pulau Bangka provinsi Kepulauan Bangka Belitung, masyarakat di Desa Pergam Kecamatan Airgegas kabupaten Bangka Selatan enggan mengkonsumsi ikan lele, baik jenis ternak atau hidup perairan lepas.

Ikan Lele
Ikan Lele (Net)

Hal ini bermula saat musim kemarau panjang.

Pada waktu itu hampir seluruh air di desa ini kering, kemudian ada seorang kakek mendengar bunyi air mengalir.

Lalu sang kakek mendekatinya, ternyata bunyi itu adalah seekor ikan lele yang menggelepar di lumpur sungai.

" Dari situlah semua berawal, entah percaya atau tidak, tetapi hampir semua warga kami tidak mengkonsumsi ikan lele hingga sekarang termasuk saya," ujar Sukardi, Kades Pergam kepada bangkapos.com, Rabu (18/7/2017)

Hal ini juga dibenarkan oleh sekdes Pergam Sapli.

Menurutnya selama hidup keluarganya belum pernah mengkonsumsi ikan lele.

"Mungkin karena cerita itu juga hingga sekarang keluarga kami enggan menkonsumsi lele. Tapi sampai sekarang belum ada laporan atau kejadian apapun atas kejadian bila warga mengkonsumsi ikan ini," terang Sapli

Lamongan

Berbicara tentang lele, kita tahu banyak warung makan dengan menu khusus pecel lele menyematkan nama Lamongan di warungnya.

Ternyata dibalik itu memang ada pantangan bagi mereka untuk nggak mengonsumsi lele.

Dilansir dari boombastis.com, Mitosnya mengatakan barang siapa ada orang Lamongan asli mengonsumsi lele, maka akan terjadi hal-hal buruk padanya.

Tentu ada alasannya ya kenapa orang-orang Lamongan anti lele. Penyebabnya sendiri adalah karena sebuah kisah penting di masa lalu.

Lalu seperti apa itu? Simak penjelasan lengkapnya lewat ulasan berikut.

Cerita di Balik Mitos Melegenda Ini

Ada banyak mitos yang berawal dari kisah di masa lalu. Nah, Lamongan dan lele ini pun demikian. Sebelum muncul mitosnya, ada sebuah kisah yang terjadi.

Ceritanya dimulai ketika Sunan Giri berkunjung ke sebuah desa bernama Barang (diperkirakan berlokasi di Glagah, Lamongan).

KULINER WTO--Berbagai kuliner di Warung Telaga Opa (WTO) Kupang. Seperti ikan (kiri atas), ikan lele lalapan dan tempe tahu (kiri bawah), rujak cingur (kanan atas) dan es kelapa serta es kacang hijau WTO (kanan bawah).
KULINER WTO--Berbagai kuliner di Warung Telaga Opa (WTO) Kupang. Seperti ikan (kiri atas), ikan lele lalapan dan tempe tahu (kiri bawah), rujak cingur (kanan atas) dan es kelapa serta es kacang hijau WTO (kanan bawah). (POS KUPANG/NOVEMY LEO)

Kemudian beliau pun berkeliling lalu mampir di sebuah gubug karena tertarik dengan lampu obornya yang masih menyala.

Lalu didapati di dalam gubug ini adalah seorang janda yang tengah menjahit baju. Kemudian antara Sunan Giri dan si wanita ini pun terlibat obrolan yang panjang hingga tengah malam.

Hingga akhirnya Sunan Giri pun pamit dan tanpa sadar beberapa pusaka beliau ketinggalan. Singkat cerita, Sunan Giri menyadari hal tersebut lantas mengutus seseorang bernama Bayapati untuk mengambilnya.

Bayapati bisa mengambil pusaka itu dengan cukup mudah. Tapi, si janda yang sepertinya ingin memiliki benda tersebut tahu dan sejurus kemudian meneriakinya maling.

Seketika masyarakat pun ikut mengejar Bayapati hingga akhirnya pria ini terjun ke sebuah kolam yang penuh ikan lele.

Singkat kata, orang-orang pun menganggapnya meninggal karena tak terlihat lagi. Padahal Bayapati masih hidup.

Karena berjasa menyelamatkan hidupnya, Bayapati pun bersumpah jika ia dan semua keturunannya takkan memakan lele.

Dari sini kemudian beredarlah mitos soal lele dan orang-orang Lamongan. Bayapati sendiri dipercaya sebagai sosok yang `membabad alas' Lamongan.

Bagi kita yang bukan orang Lamongan, mengonsumsi lele takkan pernah berakibat apa pun. Malah yang ada adalah manfaat bagi tubuh karena kandungan gizinya.

Namun, bagi orang-orang Lamongan, memakan lele tidaklah semudah itu, karena ada mitos ngeri di baliknya.

Jadi, mitosnya mengatakan barang siapa orang Lamongan yang mengonsumsi lele maka tubuhnya akan sekejap berubah menjadi bersisik licin dan memiliki bercak-bercak seperti ikan lele. Katanya kondisi ini tak bisa disembuhkan bagaimana pun caranya.

Hanya Terjadi Kepada Orang Lamongan Asli

Kamu mungkin menganggap jika mitos ini mengada-ada. Apalagi punya teman asal Lamongan yang ternyata pernah memakan lele dan tak terjadi apa pun.

Memang, ternyata tak sembarang orang Lamongan akan kena kutukan lele ini. Pasalnya, mitos itu hanya terjadi kepada orang Lamongan asli.

Ya, katanya hanya orang yang berdarah asli Lamongan yang tak boleh makan lele. Sedangkan mereka yang lahir di sana sedangkan tak berdarah asli, maka takkan ada masalah.

Will Sudder (14), berfoto dengan ikan lele raksasa hasil tangkapannya.
Will Sudder (14), berfoto dengan ikan lele raksasa hasil tangkapannya. (Tribunnews)

Contohnya seperti seorang wanita Lamongan menikah dengan pria Surabaya kemudian memiliki beberapa anak. Nah, anak-anak ini tidak masalah untuk mengonsumsi lele karena tidak berdarah murni Lamongan.

Mitos Lele Kini Sudah Tak Ampuh

Selama bertahun-tahun mitos ini melekat kepada orang-orang Lamongan. Namun, seiring berjalannya waktu, pantangan tersebut sepertinya mulai memudar.

Kini orang-orang sana sudah tak lagi anti dengan lele bahkan banyak lho orang Lamongan yang berjualan berbagai olahan ikan tawar ini bahkan kadang jadi juragan tambak lele.

Namun, bagi beberapa orang, mitos dan kepercayaan ini masih kuat dipegang. Alasannya sendiri sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur zaman dulu yang sudah berjasa besar atas eksistensi Lamongan sendiri.

Mitos lele ini memang begitu kuat bahkan jadi bagian dari identitas ketika membicarakan orang Lamongan. Tapi kini lele bagi orang Lamongan tak lagi bertuah.

Buktinya banyak orang sana yang malah menjadikan lele sebagai mata pencaharian, entah berjualan atau budidaya.

Walaupun sebagian orang masih sangat mematuhi mitos satu ini.(Tribun Bali)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved