Kopdit Swasti Sari Sosialisasi Produk di Desa Matatiau dan Tambolaka
Produk simpanan terdiri dari produk saham dan non saham. Produk saham terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan swakelola atau sukarela.

POS KUPANG.COM, TAMBOLAKA - Selain membuka cabang di sejumlah kota kabupaten di NTT, manajemen Koperasi Kredit (Kopdit) Swasti Sari melakukan sosialisasi kepada masyarakat di sejumlah tempat.
Salah satunya, yakni sosialisasi produk kopdit ini di Desa Matatiau, Kecamatan Wwewa dan Kota Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Jumat dan Sabtu (7-8/10/2016).
General Manager (GM) Kopdit Swasti Sari, Yohanes Sason Helan mengatakan hal ini dalam siaran pers yang diterima Pos Kupang, Senin (10/10/2016). Helan mengatakan, produk yang diperkenalkan, yakni simpanan, pinjaman dan dana perlindungan bersama (Deparma).
Helan menyebutkan, produk simpanan terdiri dari produk saham dan non saham. Produk saham terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib , simpanan swakelola atau sukarela dan simpanan kapital.
Sedangkan simpanan non saham kata Helan, yakni simpangan bunga harian (Sibuhar), simpanan sukarela berjangka (Sisuka), simpanan masa depan (Simapan), simpanan pendidikan (Sipandik) dan simpanan hari raya (Sihara).
Helan mengatakan, keuntungan simpanan saham adalah tiap tahun anggota mendapat sisa hasil usaha (SHU), terdiri dari jasa simpanan dan jasa pinjaman. Keuntungan SHU kata dia, dikembalikan ke anggota sebesar 60 persen dari total pendapatan serta anggota tidak dibebankan dengan biaya administrasi.
Menurut Helan, simpanan itu sudah diproteksi dan dilindungi oleh dana perlindungan bersama (Daperma) yang dikelola oleh Induk Koperasi Kredit (Inkopdit) di Jakarta. Khusus untuk Daperma kata lelaki asal Adonara Barat, ini tak dibebankan kepada anggota tapi dibiayai langsung oleh Kopdit.
Helan mengatakan, sosialisasi ini mendapat sambutan positif dari masyarakat di dua tempat ini. Para peserta sosialisasi masing-masing sekitar 100 orang peserta. Setelah mendengar penjelasan, warga mendaftarkan diri sebagai anggota koperasi ini.
"Di Desa Matatiau kami bawa pulang uang Rp 17 juta sedangkan di Kota Tambolaka sekitar belasan juta rupiah juga," kata Helan yang menambahkan, rata-rata masyarakat mengatakan sudah mengetahui nama koperasi ini, namun belum mendaftar karena tak tahu mau ke mana.
Beberapa peserta kepada Helan mengatakan mengetahui hadirnya Kopdit ini melalui media massa. Bahkan ada yang membawa koran kemudian menunjukkan kepada warga lain tentang koperasi ini. (*/pol)