Pakai Air Soft Gun untuk Latihan
Orang tersebut bernama M Tegar, yang saat penangkapan sedang menjemput teman kerjanya, Hadi Gusti Yanda.
POS KUPANG. COM, BATAM - Kapolda Kepri, Brigjen Pol Sam Budigusdian, mengungkapkan satu di antara enam orang yang semula ditangkap Densus 88 Antiteror, dibebaskan karena tidak terbukti terkait dengan kelompok teroris. Orang tersebut bernama M Tegar, yang saat penangkapan sedang menjemput teman kerjanya, Hadi Gusti Yanda.
"Dari enam terduga, setelah dilakukan pendalaman, satu orang di antaranya telah kami bebaskan atas nama Muhammad Tegar. Ia tidak ada keterkaitan dengan lima orang lainnya," jelas Kapolda, didampingi Kapolresta Barelang Kombes Pol Helmy Santika, di Batam, Senin (8/8/2016).
Brigjen Sam Budigusdian menyebut Gigih Rahmat Dewa merupakan pemimpin atau amir dari kelompok tersebut. Dia berperan sebagai fasilitor keberangkatan anggota yang ingin bergabung ke Suriah melalui Turki.
Sam juga menegakan Gigih membantu dukungan anggaran. "Jaringan ini dipimpin oleh Gigih Rahmat Dewa, Trio sebagai koordinator lapangan, Adi sebagai bendahara, Eka perakit sejata, dan satu orang anggota bernama Tarmizi," kata Kapolda.
Sam melanjutkan Densus 88 menyita beberapa barang bukti pada penggrebekan Jumat lalu, di antaranya adalah berupa laptop, perangkat IT, piranti lunak, dua senjata air softgun laras pendek, dua senjata air soft gun laras panjang, dan satu senjata api belum dirakit.
"Air soft gun berupa laras saja, jenisnya baru diteliti. Senjata ini digunakan untuk melatih calon rekrut," katanya.
Senjata-senjata itu dipakai sebagai alat pelatihan yang berlangsung di kawasan Nongsa, Batam. Menurut Kapolda, orang-orang yang akan diberangkatkan ke Suriah atau Irak, sempat dilatih lebih dulu di Batam.
Gigih dan jaringannya tidak hanya memfasilitasi calon rekrut ke Suriah tetapi pernah berencana melakukan teror yaitu menyerang Singapura (Marina Bay Sand) dengan roket, sesuai permintaan Bahrun Naim. Bahrun merupakan warga negara Indonesia yang menjadi satu tokoh di Suriah setelah ia bergabung dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Sedangkan Muhammad Tegar sudah melaksanakan aktivitas sebagai mana biasanya. Namun Desi ibunya saat ini masih meresa syok atas kejadian tersebut.
"Kalau Muhammad Tegar, saat sekarang sudah mulai bekerja ditempat kerjanya, hanya saja ibunya sedang sakit, mungkin masih syok karena anaknya sempat disebut sebagai terduga teroris," Ny Tri, nenek Tegar.
Menurutnya, M Tegar sudah tidak lagi syok, "Kalau cucu saya sudah tidak lagi terlihat syok. Ia biasa-biasa saja," katanya.
Ia berharap kejadian tersebut tidak terulang kembali karena menyangkut kenyaman hidup dfi kompleks perumahan. "Kita ini kan hidup di tengah masyarakat, jadi kalau ada pemberitaan seperti ini keluarga terusik juga," kata Tri.
Tri juga tak memungkiri berbagai persepsi yang muncul di tengah masyarakat, terutama para tetangga. "Ya namanya juga masyarakat, mereka punya pandangan yang berbeda-beda. Ini yang membuat kami sedikit tidak nyaman,"kata Tri. (tribunbatam/ian)