Harganas 2016 di Kupang NTT

Retno Sulit Mengajak Pria ikut KB

Sulit mengajak kaum pria di kota ini menjadi peserta KB menggunakan kontrasepsi vasektomi atau MOP (Metode Operasi Pria).

Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: omdsmy_novemy_leo
Pos Kupang/Oby Lewanmeru
RAKOR - Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi NTT, Kresaputra, S.H,M.Si saat rapat kordinasi (rakor) menjelang pelaksanaa Harganas XXIII tahun 2016 yang berlangsung di In and Out Resto, Jalan Timor Raya Kupang, Selasa (28/6/2016). 

Laporan Wartawan Pos-Kupang.com, Hermina Pello dan Oby Lewanmeru

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Kepala Kantor Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera (KBKS) Kota Kupang, drg. Retnowati, MKes mengakui, sulit mengajak kaum pria di kota ini menjadi peserta KB menggunakan kontrasepsi vasektomi atau MOP (Metode Operasi Pria). Kebanyakan kaum laki-laki masih percaya mitos yang keliru.

Retnowati mengemukakan hal itu di sela-sela kegiatan seminar kesehatan reproduksi bagi generasi berencana di Hotel Aston Kupang, Rabu (27/7/2016).
Menurut Dokter Retno, faktor pertama laki laki tidak mau ikut MOP adalah mitos.

"Mitos mengatakan bahwa kalau MOP itu potong penis sehingga setelah itu tidak bisa sempurna. Untuk mengatasi mitos ini, kami tetap sosialisasi dan memberikan testimoni bahwa orang yang telah divasektomi tambah segar, muka fresh karena setelah vasektomi tidak ada beban, bisa lebih rileks, lebih santai dan lebih menikmati saat hubungan," katanya.

Mitos kedua, adanya ketakutan dari kaum ibu. "Kalau suami ikut vasektomi ditakutkan suami makin bebas, celup sana celup sini, kan tidak ada bukti sehingga akhirnya jadi merajalela," ujarnya.

Retnowati mengakui, dari segi pengetahuan dan kesadaran mengikuti program Keluarga Berencana (KB), warga yang tinggal di tengah Kota Kupang relatif lebih maju dibandingkan mereka di daerah pinggiran tertentu seperti Naioni.

"Di Naioni, perempuan hanya mau suntik tetapi untuk menggunakan alat KB lainnya mereka tidak mau karena masih malu," jelasnya.

Mengenai Total Fertility Rate (TFR) atau angka kelahiran total di Kota Kupang, menurut Dokter Retnowati, lebih rendah dibandingkan dengan daerah lainnya. Indikator dari keberhasilan program KB adalah TFR dan angka pencapaian kontrasepsi.

"Untuk pencapaian kontrasepsi bagi akseptor baru kita selalu lebih dari target. Tahun lalu targetnya hanya 3.000-an, tapi tahun ini jadi 8.000-an," jelasnya.

Dia menyebutkan, TFR di Kota Kupang 2,09 sehingga Kota Kupang menjadi penyokong utama Provinsi NTT sebagai provinsi penyangga KB nasional. Di daerah lain TFR masih ada yang mencapai angka 4 lebih.

Menurut Retno, pemahaman masyarakat yang keliru tentang Program Keluarga Harapan (PKH) juga menjadi kendala. Wanita ingin hamil sebab mendapat dana PKH.

"Rata-rata yang dapat dana PKH anaknya lebih dari lima orang," ujarnya. (ira/yel)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved