Berita Timor Rote Sabu

Tak Sempat Melahap Stefanus, Buaya Menyasar Jamra

Malang tak dapat diraih, untung tak dapat ditolak. Itulah peribahasa yang cocok untuk menggambarkan nasib Stefanus Bere, warga Wekatimun-Atambua dan J

Penulis: Fredrikus Royanto Bau | Editor: Alfred Dama
ABC Australia
Buaya Air Asin. 

Laporan Wartawan Pos Kupang, Edy Bau

POS KUPANG.COM, ATAMBUA -- Malang tak dapat diraih, untung tak dapat ditolak. Itulah peribahasa yang cocok untuk menggambarkan nasib Stefanus Bere, warga Wekatimun-Atambua dan Jamra Radwan, warga Alor.

Betapa tidak, keduanya tewas pada tempat dan malam yang sama yakni, di Pantai Aufuik-Atapupu, Belu Minggu (29/5/2016). Hanya saja berbeda waktu dan kondisi.

Stefanus diterkam sekitar pukul 18.30 wita. Meski berhasil "direbut" dari mulut buaya namun nyawanya tidak berhasil diselamatkan akibat luka pada dada, kepala dan perutnya.

Sementara Jamra Radwan, warga asal Pulau Kenari ini menghilang sejak minggu malam dan baru ditemukan sehari kemudian.

Kapolres Belu, AKBP Dewa Putu Gede Artha melalui Kasat Reskrim, Iptu Nyoman GAT Putra kepada Pos Kupang, Rabu (1/6/2016) mengatakan, dari keterangan yang dihimpun, korban Jamra Radwan pada Minggu (29/5/2016) malam bersama empat rekannya yang adalah nelayan ini mencari ikan di dasar laut dari Atapupu menuju Teluk Gurita.

Mereka menggunakan satu unit perahu. Lalu tiga orang tetap berada di atas perahu, dua orang lainnya turun menyelam mencari ikan.

Tiba-tiba, kata Nyoman, korban berteriak meminta tolong. Lalu teman korban yang menyelam bersamanya berusaha menolongnya namun tidak berhasil. Karena usaha tidak berhasil, empat orang ini menepi dan meminta bantuan untuk mencari korban.

Keesokan harinya, lanjut Nyoman, pencarian membuahkan hasil namun jenasah korban tidak utuh lagi. "Keesokan baru di ketemukan hanya dua potong kaki korban. Korban ats nama Jamra Radwan orang Alor," jelasnya melalui layanan Blacberry Messenger.

Sebelumnya, Stefanus Bere, (32) Warga Wekatimun, Atambua meregang nyawa setelah diterkam buaya di pantai Aufuik, Atapupu Belu pada Minggu (29/5/2016) malam.

Stefanus diterkam buaya saat sedang bersama keponakannya, Wendelinus Talo (27) memancing di kawasan itu.

Beruntung Wendelinus berhasil merebutnya dari sang buaya namun nyawa Stefanus tidak tertolong.

Kepada Pos Kupang di rumah korban, Atambua, Senin (30/5/2016) siang, Wendelinus mengatakan, dirinya berusaha menyelamatkan Stefanus dan menyeretnya ke darat namun karena terluka parah pada kepala, perut dan dada akhirnya Stefanus meninggal dunia di tempat kejadian.

"Om Fanus (stefanus, red) membuang pancingnya di kedalaman air mencapai pinggangnya. Tiba-tiba dia berteriak Dalam Nama Yesus. Awalnya saya pikir om Fanus main gila (bercanda,red). Dia lalu teriak lagi, bilang Linus tolong saya. Saya lihat badannya sudah tenggelam tinggal tangannya saja. Saya lalu lompat dan selam untuk menarik tangannya," kata Wendelinus.

Stafenus yang sudah tidak bernyawa lagi ini akhirnya dibawa ke rumahnya di Wekatimun Atambua dan sempat dibawa ke rumah sakit umum atambua untuk dijahit luka-lukanya.

Polisi kini telah memasang plang peringatan kepada siapa saja untuk tidak memasuki kawasan pantai Aufuik dan Telukgurita karena berbahaya.*

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved