Kesal Suami, Ibu Kandung di Oesapa ini Tega Bunuh Bayinya
Saya cekik sampai mati saya tidak peduli. Mari lihat saya sudah bunuh ini anak saya tutup dia punya mulut dia sudah tidak bernapas lagi
Penulis: Juan Seli Tupen | Editor: Alfred Dama
Laporan Wartawan Pos Kupang, Juan Seli Tupen
POS KUPANG.COM, KUPANG -- "Saya cekik sampai mati saya tidak peduli. Mari lihat saya sudah bunuh ini anak saya tutup dia punya mulut dia sudah tidak bernapas lagi."
Warga kompleks Asrama Yeni, di Jalan Komodo RT 018/RW 007, Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang heboh akibat aksi pembunuhan bayi yang dilakukan ibu kandung bayi itu.
Entah setan apa merasuki pikiran Hinsa Monica Pakpahan (25)
sehingga ia tega menghabisi Gisela Abigail Liufeto anak perempuan yang baru berumur 10 bulan.
Saat kejadian pembunuhan, Jumat (20/5/2016) sekitar pukul 15.00 Wita, Hinsan menutup pintu dan jendela kamar lalu membunuh bayinya dengan cara mencekik, menutup mulut serta hidung bayi hingga kehabisan napas.
Ibu Yeni pemilik asrama mengaku terkejut saat Hinsa Monica Pakpahan mendatanginya lalu berteriak kalau ia telah membunuh bayinya.
"Saya berada di dalam kios. Tiba-tiba mendengar teriakan Hinsa yang mengatakan ia telah membunuh anaknya. Saya lalu memanggil anak asrama lainnya dan bergegas menuju kamar kos. Saat tiba di kamar kami melihat bayi Abigail sudah tak bernyawa. Sedangkan ibunya terlihat meminum minyak tanah yang ia ambil dari kompor,'' ujar Yeni.
Melihat kejadian itu ia menelepon ayah bayi Marten Liufeto yang saat itu sedang berada di Liliba serta memanggil warga lainnya untuk menghubungi Polisi.
"Saya dan anak asrama lainnya terkejut dan histeris. Saya langsung telepon ayah bayi dan memanggil warga untuk menghubungi Pospol Oesapa Timur,'' ujar Yeni.
Marten Liufeto, ayah bayi malang saat menerima informasi dari ibu Yeni pemilik asrama jika anaknya sudah meninggal dicekik istrinya lalu bergegas ke asrama.
"Beta sonde tahu saat kejadian berada di Liliba. Beta ada kerja orang pung rumah. Beta kaget dengar mama asrama telepon beri tahu kalau beta pung istri cekik kasih mati beta punya anak,'' ujarnya bersimbah air mata.
Ia menyayangkan kejadian menimpa anak semata wayangnya itu.
"Ini anak salah apa Tuhan. Kalau sonde puas dengan beta lebih baik lu kasi mati beta sa,'' ujar Marten sambil berteriak.
Marten menyesal karena perseteruan dengan istrinya berujung pada kematian anaknya.*