LIPSUS
Cegah Korupsi Sejak Dini
Satu dari sekian banyak upaya meminimalisir terjadinya tindak pidana korupsi yakni memberikan sanksi maksimal bagi pelaku termasuk mencegah sejak dini
Penulis: omdsmy_novemy_leo | Editor: omdsmy_novemy_leo
Laporan Wartawan Pos-Kupang.com, Novemy Leo
NEWS ANALYSIS: Essy Toulasik, S.Sos (Koordinator SPAK NTT)
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Satu dari sekian banyak upaya meminimalisir terjadinya tindak pidana korupsi adalah memberikan sanksi maksimal bagi pelaku termasuk mencegah sejak dini.
Bentuk pencegahan dilakukan dengan memberikan sosialisasi anti korupsi kepada berbagai kelompok masyarakat, mulai dari anak-anak usia dini, TK, SD, SLTP, SMU, Perguruan Tinggi, hingga komunitas, kelompok arisan, dinas instansi pemerintah hingga swasta.
Upaya pencegahan korupsi seperti itu sudah mulai dilakukan Gerakan Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK) sejak dua tahun lalu atau tahun 2014 di berbagai daerah di Indonesia termasuk di NTT.
Saat ini SPAK sudah ada di 15 provinsi yakni NAD, DKI Jakarta, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, NTT, DI Yogyakarta, Sulteng, Sulut, Sulsel, Sultra, Papua dan Maluku, dan minus Provinsi di Kalimantan.
Gerakan SPAK lahir karena keprihatinan dari sebuah survei KPK tahun 2012, 2013 di Kota Solo dan Yogyakarta. Survei menyebutkan hanya 4 persen orang tua yang mengajarkan kejujuran pada anak anaknya. Padahal kejujuran bisa menjauhkan kita dari sikap dan perilaku korupsi.
Orang yang paling berperan dalam keluarga adalah ibu atau perempuan karenanya survei memberikan jawaban atas peryataan bahwa perempuan atau ibu masih dianggap figur sentral dalam memberikan pendidikan moral pada anak dan keluarga.
Dengan demikian perempuan diberikan kesempatan untuk melakukan upaya pencegahan korupsi dan akhirnya lahirnya gerakan SPAK. Para agen SPAK terdiri dari kaum perempuan dari berbagai kalangan seperti ibu rumah tangga, guru, dosen, pengusaha, pengacara, hakim, jaksa, PKK, Dharma Wanita, PNS, polisi, TNI, LSM, pemimpin agama, pemimpin masyarakat, difabel, wartawan, istri walikota dan lainnya.
Namun ada juga lelaki yang ikut berpartisipasi dalam gerakan SPAK. Agen SPAK di Kupang berada di 22 kabupaten/kota meski jumlahnya masih sedikit.
Dengan sosialisasi anti korupsi itu, SPAK berharap agar sejak dini masyarakat khususnya anak-anak sudah bisa mendapatkan nilai-nilai anti korupsi sehingga seiring berjalannya waktu, tindakan korupsi di masyarakat mulai bisa dihilangkan secara perlahan.
Anak anak dan orang dewasa mendapat sosialisasi anti korupsi melalui permainan sederhana yang mudah dimainkan secara bersama. Permainan itu antara lain SEMAI (Sembilan Nilai) Moral, Majo dan lainnya.
Nilai nilai yang dibicarakan dalam permainan itu yakni kejujuran, keadilan, kerjasama, kemandirian, kedisiplinan, bertanggungjawab, kegigihan, keberanian, dan kepedulian. Sembilan nilai ini berdasarkan studi KPK, dipercaya dapat menghindarkan kita dari perilaku koruptif.
SPAK juga berharap ke depan pemerintah bisa membuka ruang bagi gerakan SPAK untuk melakukan sosialisasi anti korupsi secara lebih luas lagi ke semua lini. Sebab, selama dua tahun ini, gerakan SPAK masih ada kendala ketika akan masuk ke sekolah atau isntansi. (vel)