Masyarakat Butuh Karakter Mental
Bangun NTT tak Hanya Omong-omong
Masyarakat NTT jauh luar biasa dari Bali. Banyak yang peduli tapi hanya bicara saja tanpa aksi.
POS KUPANG.COM, KUPANG - " Ada tantangan yang angat besar untuk memajukan NTT. Dari tantangan tersebut ada Apindo yang memiliki kepedulian. Sebesar apapun tantangan, jika ada kepedulian maka kita pasti bisa. Mengubah NTT tidak bisa hanya omong-omong saja, tapi harus ada komitmen."
Demikian disampaikan Kepala Bappeda NTT, Ir. Wayan Darmawa, M.T, pada Pertemuan I Forum Ekonomi Bisnis NTT, di Hotel Ima, Kamis (28/4/2016).
Menurut Wayan, masyarakat NTT jauh luar biasa dari Bali. Banyak yang peduli tapi hanya bicara saja tanpa aksi. Ada sebuah kesenjangan potensi ekonomi. Masyarakat sebenarnya begitu welcome, tapi tidak hanya omongan melainkan harus ada tindakan.
Masyarakat, pengusaha, perbankan, pemerintah, haruslah seimbang. "Harus diakui bahwa kita kurang peduli," katanya.
Menanggapi pernyataan tersebut, Ketua DPP Apindo NTT, Freddy H.Ongko Saputra sebagai fasilitator menyampaikan bahwa dirinya tidaklah begitu super.
"Tetapi jika ingin membangun NTT bersama, kita pasti bisa. Kalau kita mau tak ada yang sulit, semuanya dimulai dari kita," kata Freddy.
Melihat tema Meningkatkan dan Menumbuhkan Semangat Mental Enterpreneurship dalam rangka Peningkatan Investasi dan Penyerapan Tenaga Kerja di NTT, Sekretaris Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) NTT, Tommy Dim, mengatakan, "Kami memiliki kegiatan HIPMI Goes to School untuk mengubah mindset mahasiswa/i bagaimana berpikir menjadi pengusaha bukan hanya fokus jadi PNS saja.
Bagaimana mengembangkan diri dan punya satu semangat untuk jadi pengusaha. Tapi, dari aktivitas tersebut hanya dua kampus dengan tiga mahasiswa saja yang mengajukan proposal. Sepertinya pihak universitas tidak menyiapkan mahasiswa/i ini secara baik untuk mengubah mindset. Sehingga sinergi itu sangatlah penting dari pengusaha, pemerintah dan akademisi
untuk menumbuhkan mental entrepreneurship."
Sekretaris Dinas Nakertrans NTT, Yosef H Silnamin, mengatakan untuk menumbuhkan mental enterpreneurship masyarakat NTT harus diberi pelatihan, jangan langsung memberikan modal.
Hal serupa disampaikan Kasi Promosi dan Informasi Pasar Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Dinas Pertanian dan Perkebunan NTT, David AM Laleb. Ia meminta para pengusaha turun langsung ke masyarakat misalnya petani untuk mengembangkan mental enterpreneurship.
Masalah ekonomi yang terjadi di NTT adalah kurangnya informasi, minimnya wawasan dan belum adanya lembaga sertifikasi.
"Karakter mental kita belum dibentuk. Untuk itu saya membuka sekolah pengusaha mula setiap kelas ada 50 orang. Yang dilatih selama tiga bulan. Setelah itu langsung dimagangkan, jika sudah mampu maka akan dibantu dengan modal. Apindo akan terus memantau nanti. Pelatihan-pelatihan kepada anak muda juga tengah dilakukan mulai dari hospitality, service AC, shooting, editing dan lainnya," tambah Freddy.
Kata Freddy, karakter masyarakat NTT cukup berat. Melatih orang harus mengeluarkan biaya dengan membayar orang yang dilatih lagi. Hal tersebut sudah menjadi budaya.
Di pertemuan pertama ini, lanjut Freddy hanya sebagai pembuka untuk menyampaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di NTT. Ia bersyukur dalam kopi darat yang diawali dari group Forum Ekbis NTT di whatsapp bisa mempertemukan pengusaha, instansi pemerintahan, akademisi dan lainnya untuk duduk bersama mendukung pembangunan ekonomi NTT.
Kegiatan yang dibuka oleh Kepala BPS NTT, Maritje Pattiwaelapia ini digagas oleh Bank Indonesia Perwakilan NTT, BPS NTT dan Apindo NTT akan dilanjutkan dengan pertemuan selanjutnya bulan depan. (yen)