Tamu Kita
Bermimpi Jadikan RSU Johannes Profesional
wanita ini sudah banyak melakukan berbagai perubahan di rumah sakit setempat. Dialah Arizona Ondok, S.H, Wakil Direktur Keuangan dan Umum RSUD Kupang.
Terkait perilaku sejumlah perawat yang masih belum ramah kepada pasien dan keuarga pasien itu, saya selalu mengingatkan mereka dalam setiap kesempatan, saat apel, saat pertemuan rutin dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Saya bilang ke perawat, kalau soal etika itu wajib hukumnya karena bersifatnya universal. Namun mengenai budaya, senyum, menyapa itu juga wajib. Kalau melayani pasien tidak harus melakukan cara-cara orang dari luar seperti menaruh tangan di dada, mengatubkan tangan. Tapi saya katakan, cukuplah tersenyum, menyapa dan ramah dengan ciri khas NTT.
Saya minta perawat berusaha bersabar, bahkan harus mengurut dada ketika melayani pasien dan keluarganya yang seringkali juga rewel. Ya, perawat juga manusia, namun perawat itu dituntut untuk terus bersikap ramah terhadap pasien dan keluarganya. Saya selalu katakan kepada perawat untuk selalu tersenyum, ramah dan menyapa pasien dan keluarganya.
Bahkan, meminjan kalimat anggota DPRD yang selalu bilang bahwa untuk senyum, ramah dan sapa itu kan tidak perlu dibayar dengan uang.
Bagaimana kondisi peralatan dan jumlah dokter di RSUD Kupang?
Di RSU Kupang ada 48 dari 51 dokter spesialis, terdiri dari dokter spesialis penyakit dalam, kulit dan kelamin, mata, gigi, kandungan, anak, bedah. Jumlah pegawai dan perawat 1.300 orang. Dari sisi SDM, peralatan, sudah cukup memadai. Ada sejumlah alat kesehatan yang rusak, tetapi ada dana pemeliharaan dan tahun ini sedang dalam proses pengadaan.
Bagaimana dengan ketersediaan air?
Mengenai air, saya juga mau sampaikan bahwa kekurangan air sebenarnya bukan masalah di rumah sakit saja, tetapi masalah yang dialami masyarakat Kota Kupang juga. Karenanya, kita tidak bisa berharap banyak dari pengelola air PDAM Kabupaten Kupang, apalagi jika musim kering dimana debit airnya berkurang. Biasanya kami antisipasi dengan menyediakan tangki cadangan untuk suplai air.
Kami akan meresposisi perpipaan di sini karena usia pipa sudah setua gedung RSUD ini. Tentu banyak yang bocor sehingga mempengaruhi suplai air. Namun, kami tidak membongkar dan mengganti pipa itu, karena pipa itu banyak yang ditanam di dalam gedung sehingga kalau bongkar tentu butuh dana yang tidak sedikit.
Reposisi pipa dilakukan dengan memasang pipa yang baru di atas permukaan tanah sehingga bisa memudahan pengontrolan jika ada yang bocor. Bahkan, ke depan, untuk mengatasi masalah air di RSUD, kami sedang berjuang untuk mengadakan sumur bor sehingga kebutuhan air di RSUD Kupang bisa teratasi.
Sebenarnya apa persoalannya sampai banyaknya keluarga pasien 'nginap' di RSUD Kupang. Mereka sampai membawa peralatan masak dan memasak serta menjemur pakaian di halaman RSUD Kupang dan merusak tanaman?
Ini soal perilaku dan kami akui juga karena kurangnya pengawasan. Kami selalu mengimbau kepada pasien dan keluarganya bahwa pasien hanya bisa dijaga oleh satu orang. Namun, imbauan itu sepertinya tidak bisa dijalankan oleh pasien karena ada niat dan kesempatan. Saat Presiden mau ke Kupang beberapa waktu lalu, saya bersama paspanpres, protokol istana, dan keamanan setempat selama dua malam berturut-turut mengawasi kondisi RSUD Kupang.
Kami menyisir sejumlah lokasi yang akan dilewati Presiden. Dan, memang saya kaget karena pada malam hari di RSUD Kupang ini seperti pasar dan pusat keramaian. Banyak orang duduk-duduk di luar, tidur di luar ruangan, baju berserakan, peralatan masak juga ada. Kami akhirnya meminta pengertian mereka untuk bisa tertib selama kunjungan Presiden berlangsung.
Saya lalu menelusuri darimana orang-orang ini bisa masuk membawa peralatan begitu banyak sedangkan pintu masuk hanya satu dan ada penjaganya. Ternyata di sekitar RSUD Kupang ini ada delapan atau sembilan 'pintu' yang bisa dimasuki secara leluasa oleh keluarga pasien tanpa diketahui penjaga.
Sekarang kami sudah menutup 'pintu-pintu' itu secara darurat saja. Untuk menjaga keamanan di RSUD Kupang ini, kami bekerjasama dengan Polisi Militer (PM). Umumnya keluarga pasien yang ikut menginap di rumah sakit itu berasal dari luar Kupang, dari TTS, TTU, Belu, Rote, Sabu dan lainnya. Dan, karena tidak ada keluarga di Kupang, mereka menginap di RSUD.
Saya selalu menemui mereka dan mengatakan, kalau yang jaga satu pasien ini banyak orang, lalu mereka hanya tidur di lantai beralaskan koran dan tikar, nanti pasiennya sembuh, mereka yang sakit dan masuk rumah sakit lagi. Imbauan seperti ini yang selalu saya berikan kepada keluarga pasien dan saya juga minta agar petugas dan perawat juga selalu rutin mengigatkan pasien dan keluarganya. Jangan bosan mengingatkan terus.
Ada program ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan di RSUD ini?
Sebenarnya program yang sudah di dalam dokumen anggaran tinggal bagaimana kita merealisasikan dan mengaplikasikannya seperti apa. Tetapi, program riil yang menjadi sorotan oleh media dan masyarakat, hal itu yang akan menjadi perhatian untuk segara kami atasi. Misalnya, masalah sampah.