profil
Shany Nawa Hoke: Lima Lawan 700
Ia duduk di antara deretan perempuan cantik di bagian kiri pintu masuk. Menyapa setiap orang yang datang dan memandu untuk mengisi buka tamu.
POS-KUPANG.COM, KUPANG --- Ia duduk di antara deretan perempuan cantik di bagian kiri pintu masuk. Menyapa setiap orang yang datang dan memandu untuk mengisi buka tamu. Itulah tugas Shany Nawa Hoke, sang penerima tamu.
Shany begitu sapaannya, bersama rekan-rekannya, bertugas menerima tamu sejak pelaksanaan Rapat Anggota Tahunan (RAT) tahun buku 2014 Kopdit Swasti Sari di Teluk Kupang, Sabtu (28/3/2015).
Mengenakan seragam agar serasi, perempuan kelahiran Kupang, 1 Maret 1988, tampil berbeda dengan yang lainnya. Memang seragam batik yang dikenakan sama, namun atasan yang ia rancang membuatnya berbeda. Jika teman-temannya mengkombinasikan seragam batik yang dikenakan dengan warna merah, ia justru memilih warna hitam.
"Saya tidak suka merah, warna hitam saja agar serasi dengan warna kulit," tuturnya sambil tersenyum.
Memadukan warna pakaian hitam dengan kulitnya, ia terlihat lebih cerah. Diwawancarai Pos Kupang di sela-sela RAT, perempuan asal Sabu ini sangat lihai memerhatikan penampilan, mulai dari dandanan hingga aksesoris yang ia kenakan.
Lensa mata biru, bulu mata lentik, rambut disasak ke atas dengan hiasan rambut, dan make up yang soft, membuat Shany terlihat cantik. Tak hanya cantik, anak kedua dari tiga saudara ini, juga sangat ramah. Kadang tersenyum dan tertawa ketika hendak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan.
Shany bercerita, sejak lulus dari SMEA Kupang jurusan perdagangan tahun 2006, ia bekerja di Sanbe dan PT Interbat. Pada Desember 2013 ia bergabung dengan Kopdit Swasti Sari. Motivasi dalam bekerja adalah bisa menghasilkan dan membeli apa yang ia inginkan, meskipun dari banyak tempat ada pengalaman yang ia dapat.
Itulah yang membuat Shany terbiasa dengan dunia kerja dan menjadi teller di Kopdit Swasti Sari. Pertama kali masuk bekerja, Shany tak mengalami kendala, biasa saja. Pekerjaannya yang menghabiskan waktu Senin hingga Jumat, membuat Shany biasanya menghabiskan akhir pekan berjalan-jalan bersama teman-teman atau pacarnya.
"Kadang belanja atau ke pantai saja. Tapi saya paling banyak habiskan waktu dengan teman-teman. Bertemu pacar hanya lima kali seminggu," ujarnya. Memang dalam bekerja selalu ada suka, dukanya, seperti yang ia rasakan sebagai teller. Kadang dimarahi anggota karena menunggu terlalu lama.
Bayangkan, lima teller yang ada, anggota yang datang sampai 700 orang. Jadinya, lima melawan 700. Seharusnya sudah ada kantor kas, tapi sementara masih direhap. Pada dasarnya apa yang ia kerjakan ingin melayani anggota agar cepat habis.
"Kadang juga ada selisih menghitung uang, namun di situlah ia merasa tertantang," kata Shany, yang berkeinginan memilik rumah dan anak ini.