AirAsia Hilang
Putri Pilot Nangis Ayahnya Dihujat Publik
Mata Angela Anggi Ranastianis (25) berkaca-kaca melihat kamar yang baru direnovasi. Ada pesawat televisi nempel di dinding tembok. Kamar tersebut baru
POS KUPANG.COM, SURABAYA -- Mata Angela Anggi Ranastianis (25) berkaca-kaca melihat kamar yang baru direnovasi. Ada pesawat televisi nempel di dinding tembok. Kamar tersebut baru saja ditata sang ayah beberapa hari sebelum mendapat musibah.
Kamis (25/12) silam Irianto, sang ayah, bertanya tentang kamar baru yang diinginkan Angela. "Papa tanya kamarnya mau diapakan. Mau TV ukuran berapa, kan (kamar) baru direnovasi," ucap dia menirukan ayahnya.
Angela tidak minta macam-macam. Dia pasrahkan penataan kamar tidurnya kepada sang papa tercinta. Dia hanya memesan televisi yang bisa dipasang di tembok. Dilengkapi speaker.
Irianto pun meluluskan permintaan putrinya. Tempat tidur nyaman telah dipersiapkan untuk Angela. Termasuk televisi sesuai keinginannya. Bahkan, foto-foto Irianto saat sibuk menata kamar dikirim ke Angela yang saat itu berada di Yogyakarta.
Kenangan manis tersebut membuat Angela limbung. Dia merasakan bagaimana ayahnya memerhatikan dirinya pada saat-saat terakhirnya.
"Makanya saya sangat sedih banget ketika papa disalahkan dalam musibah hilangnya pesawat ArisAsia QZ8501 yang dipilotinya," kata Angela.
Angela meminta masyarakat tak menjustifikasi ayahnya sebagai penyebab kecelakaan yang menewaskan 155 penumpang dan kru pesawat tersebut. Menurut Angela, papanya sudah berupaya menyelamatkan penumpangnya.
"Pilot mana yang mau mencelakakan penumpangnya? Papa saya juga korban. Jadi tolonglah mengerti, jangan menyalahkan pilot," ujar Angela.
Angela menyampaikan kekecawaanya terhadap opini-opini seperti itu. Kata Angela, mendengar banyak opini yang menyalahkan papanya, keluarga besar tidak ambil pusing. Namun, sebagai anak, Angela mengaku tidak bisa terima, karena menurut dia silakan beropini, tapi lihat kondisi juga.
Saat peristiwa terjadi pada Minggu (28/12), Angela bersama adiknya tengah berada di Yogyakarta, kediaman kakek dan neneknya. Keluarga Irianto pergi ke Yogya Senin (22/12) karena adik pertama pilot yang pernah bekerja di Merpati Airlines dan Adam Air tersebut meninggal dunia.
Spekulasi
Pilot senior AirAsia, Dwi Harso Syah, mengingatkan kepada semua pihak untuk tidak berspekulasi sebelum penyelidikan mengenai musibah pesawat dengan nomor penerbangan QZ8501 selesai dilakukan pihak berwenang.
Dwi sangat kenal Captain Irianto yang memiloti pesawat naas tersebut. Irianto adalah pilot senior yang memiliki kemampuan dan kecakapan di atas rata-rata.
Menurut dia, Irianto adalah penerbang senior. Sebelum menjadi pilot maskapai, dia adalah penerbang AURI dan pernah menjadi pilot pesawat tempur. Untuk menjadi pilot tempur dipastikan memiliki kemampuan dan kecakapan khusus, di atas rata-rata.
"Pilot seperti saya, tidak memiliki kemampuan itu. Karena itu hentikan berbagai spekulasi," ujar Dwi kepada wartawan saat melayat awak kabin AirAsia, Wismoyo Ari Prambudi, di Klaten, Jawa Tengah, Senin (5/1/2015).
Dwi dan Irianto adalah sesama pilot senior di maskapai tersebut. Usianya juga sama, 52 tahun. Jika sebelum di AirAsia Irianto bergabung di AdamAir, Dwi bergabung dengan Maskapai Merpati. Jika Irianto lulusan AURI, Dwi adalah penerbang lulusan Curug.
Namun, mereka memiliki keakraban khusus. "Kalau sama-sama tidak terbang, Irianto sering mampir ke rumah saya di Solo. Dia bahkan punya rumah makan langganan di Solo. Kami sering datang ke rumah makan itu jika sedang free. Saya sangat akrab dengannya, sangat paham dengan kemampuannya. Jadi musibah ini dengan pesawat baru yang canggih dan pilot senior dengan kemampuan khusus. Karena itu sebaiknya tunggu saja hasil penyelidikannya. Jangan banyak muncul spekulasi," ujarnya.
Tiga Jenazah Baru
Wartawan Warta Kota, Mo-ham-mad Yusuf, yang berada di Pangkalan Bun melaporkan bahwa proses pencarian korban pesawat AirAsia QZ-8501, telah memasuki hari kesembilan.
Sebanyak tiga jenazah, pun berhasil ditemukan kembali. Ketiga jenazah ditemukan dalam kondisi masih terikat sabuk pengaman kursi penumpang, di perairan Teluk Air Hitam, Selat Karimata, Kalimantan Tengah, Senin (5/1/2015) sore.
Kini total jenazah yang berhasil dievakuasi sebanyak 37 jenazah. Seluruhnya telah dibawa ke RS Bhayangkara, Surabaya, untuk dilakukan proses identifikasi yang lebih mendalam.
Pantauan Warta Kota, tiga jenazah dievakuasi menggunakan helikopter Dauphin, milik Basarnas ke Posko Utama, Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, sekira pukul 12.50 WIB.
Jenazah tersebut, adalah yang berhasil dievakuasi dari perairan menggunakan Kapal Diraja (KD) Kasturi milik Malaysia. Tiga unit ambulan pun disiapkan. Kemudian tiga jenazah dimasukkan ke dalam ambulan menuju RSUD Imanuddin, Pangkalan Bun.
Sedangkan, pada sekira pukul 15.30, sebuah helikopter Sea Hawk USS Hampson, milik Amerika Serikat, menurunkan puing pesawat. Puing tersebut, berupa kursi pesawat sebnyak tiga unit, yang berada di dalam satu row.
Deputi Operasional dan Pela-tihan Badan SAR Nasional (Basar-nas), Marsekal Pertama TNI SB Supriyadi, mengatakan, ketiga jenazah ditemukan pada 3 kursi dalam 1 deret.
"Saat ditemukan, kondisi jenazah masih dalam posisi terikat sabuk pengaman," kata Supriyadi di Posko Utama, Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Senin (5/1).
Penemuan tersebut, lanjut Supriyadi, dalam keadaan mengapung di permukaan air laut. "Kursi mengapung, karena terdapat busa di dalam kursi itu. Tapi kondisi kursinya juga sudah rusak," katanya.
Kursi itu sendiri, kini telah dievakuasi di Posko DVI Polri, di Pangkalan Bun. *