Bencana hujan angin di NTT
Jagung dan Beras Bercampur Lumpur
Angin puting beliung dan bencana tanah longsor menimpa Desa Pasi dan Desa Nunsaen di Kecamatan Fatuleu Tengah, Sabtu pekan lalu.
POS-KUPANG.COM, OELAMASI -- Angin puting beliung dan bencana tanah longsor menimpa Desa Pasi dan Desa Nunsaen di Kecamatan Fatuleu Tengah, Sabtu pekan lalu. Tidak ada korban jiwa, namun kerugian materi diperkirakan ratusan juta.
Hal ini diungkapkan Camat Fatuleu, Amos Manane, kepada para wartawan di Kantor Bupati Kupang, Senin (3/2/2014) siang.
Dua rumah warga, kata Amos, mengalami rusak parah karena angin puting beliung menerbangkan atap dan kayu kap rumahnya. Dua rumah itu adalah milik Ny. Lodia Atoin Bais di Desa Pasi dan rumah milik Lazarus Manane di Desa Nunsaen. Sisanya belasan rumah mengalami kerusakan ringan.
"Dua korban ini sangat membutuhkan makanan sebab jagung dan beras rusak bercampur lumpur dan air hujan. Mereka juga membutuhkan seng untuk menutup atap rumahnya yang sudah hilang diterbangkan angin," jelas Camat Amos.
Selain angin puting beliung, tanah longsor juga merobohkan tembok penahan di tepi jalan sepanjang 18 meter. Jika tidak segera diperbaiki, maka dikhawatirkan jalan akan putus total. Maka arus transportasi darat dari Desa Pasi menuju Desa Nunbaun akan terputus. Titik longsor ini juga dikhawatirkan akan menerjang gedung Gereja Imanuel Oelbiteno.
Di Desa Nunsaen, tembok penahan di tepi jalan juga ambruk sepanjang 8 meter. Longsoran ini mengancam beberapa rumah penduduk di sekitarnya. "Saya sudah buat laporan kepada Bupati Kupang dan kepada Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kupang," katanya.
Sementara itu, Camat Semau, Paulus Ndun, kepada wartawan mengatakan, akibat cuaca buruk selama hampir sepekan, persediaan sembako dan BBM jenis premium dan minyak tanah di Pulau Semau semakin menipis.
"Semoga dalam beberapa hari ke depan, cuaca kembali normal agar lalu lintas pengiriman barang seperti sembako dan BBM ke Pulau Semau kembali normal," harap Ndun.
Tentang arus lalu lintas manusia ke Pulau Semau dengan menggunakan tranportasi perahu, Camat Ndun mengatakan terhenti selama beberapa hari.
"Saya berkoordinasi dengan KP3 Laut agar perahu yang menyeberang ke Pulau Semau maksimal memuat lima orang penumpang ditambah 2 sepeda motor. Jika lebih dari ketentuan itu, dikuatirkan terjadi kecelakaan laut. Sebab arus laut sedang bergolak. Jika terjadi hujan dan angin kencang, pelayaran ditutup," jelas Ndun.
Angin kencang dan arus laut yang bergolak, sempat menghanyutkan rumput laut milik petani rumput laut di Desa Letbaun. "Saya sudah minta warga agar rumput lautnya diungsikan ke pesisir dan tanjung yang aman," katanya.
Ia juga menambahkan telah memperingatkan penduduk di Desa Oktan dan Batuinan akan ancaman badai. Sebab dua desa itu terletak di pesisir pantai yang terbuka.