Maria Imaculata Loda Menatap Jakarta
SIAPA sangka jalan hidup seseorang berubah drastis. Semuanya berkat campur tangan Tuhan. Hal itu diamini atlet tinju NTT,
Penulis: Ferry Ndoen | Editor: Alfred Dama
Ditanya Pos Kupang sesaat sebelum penyerahan bonus kepada atlet peraih medali PON di Riau oleh Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, Maria menuturkan riwayat perjalanan hidupnya ketika masih berada di kampung kelahirannya di Wewewa Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) dua puluh empat tahun silam.
Gadis kelahiran 15 Mei 1989 itu mengatakan, "Beta (saya) sebelum menjadi petinju suka menari tarian adat, seperti tarian woleka. Beta pernah menari menyambut tamu agung para uskup se-wilayah Nusa Tenggara saat kegiatan di Tambolaka, Kecamatan Wewewa Barat, tahun 2002. Ketika di SD hingga SMP, saya atlet lempar cakram. Namun jalan hidup saya berubah saat berada di Kota Kupang setelah tamat STM di SBD tahun 2007 lalu." Diasuh Roy Muskanan, Maria berubah menjadi sosok
petinju wanita yang tangguh.
Saat di Kupang, kata Maria, diasuh pelatih Roy Muskanan hampir empat tahun di Sasana Tinju Helong dan Sasana PDAM Kupang, bersama petinju Deni Hitarihun dan Charles Tungga. "Beta sudah anggap Om Roy dan ibu seperti orangtua sendiri karena mereka ikut membesarkan saya di dunia tinju. Saya juga terkadang latihan di Sasana Tinju PGRI di Universitas PGRI NTT, Jalan Manafe-Kota Kupang," kata gadis hitam manis yang saat ini kuliah di FKIP PJKR Universitas PGRI NTT.
Maria menyampaikan terima kasih kepada Rektor Universitas PGRI NTT, Samuel Haning, pelatih tinju Hermensen Ballo, dan Max Oil yang turut memberikan spirit sehingga ia tampil prima penuh percaya diri di PON XVIII/2012 di Riau.
"Ke depan masih ada tinju Piala Presiden di Jakarta yang akan digelar tahun ini. Tentu membutuhkan persiapan yang baik agar bisa tampil meraih medali di even tinju bergengsi itu," kata Maria.
Tentang kesiapannya jika dipanggil masuk pelatnas tinju di Jakarta, Maria menyatakan sangat siap. "Jika PB Pertina panggil untuk menjalani latihan di pelatnas, ya saya sangat siap. Namun ke depan masih ada even tinju Piala Presiden. Itu yang saya tatap sekarang. Saya ingin bertarung di even itu," ujarnya.
Tentang bonus Rp 50 juta meraih medali emas di PON XVIII/2012 Riau, Maria mengaku uang itu ditabung untuk kebutuhan hidupanya.
"Beta sonde mau membebani orangtua saya yang baru saja merayakan pesta emas perkawinan pada pertengahan Agustus 2012 lalu. Semua keberhasilan yang saya raih berkat doa dan dukungan moril orangtua, serta dukungan masyarakat NTT," kata Maria. (ferry ndoen)