Laporan Obby Lewanmeru

Kelompok Tenun Ikat Kesulitan Modal

KUPANG, POS-KUPANG.Com -- Kelompok tenun ikat yang ada di Timor Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga kini masih kesulitan modal usaha. Kondisi ini mempengaruhi produktivitas tenunan yang dihasilkan.


Hal itu disampaikan Kepala Pusat Penelitian Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) Undana Kupang, Piet Djemadu, S.H, M.Hum, saat ditemui Pos Kupang, Selasa (23/3/2010).

Menurut Djemadu, dari aspek potensi,  tenun ikat di timor barat ini cukup menjanjikan. Hampir semua masyarakat terlibat dan menekuni usaha itu.

Berdasarkan hasil penelitian, dua wilayah yang potensial untuk usaha ini, yakni Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan Timor Tengah Utara (TTU). Di dua daerah ini antara 60-70 persen pekerja perempuan menjalankan usaha ini.

"Usaha tenun ikat itu sangat menjamin perkembangan ekonomi masyarakat. Hanya saja, para penenun masih kesulitan modal usaha. Padahal usaha ini membutuhkan biaya yang tidak terlalu besar," ujar Jemadu.

Dia menyebutkan, investasi usaha tenun ikat untuk wilayah timor barat, membutuhkan dana yang tidak terlalu besar. Sekitar Rp 5 miliar - Rp 7 miliar. Itu untuk semua pengusaha tenun ikat.

Dia mencontohkan, penenun di TTU bila menekuni usaha ini, paling tidak harus bekerja sama dengan pengusaha benang, sehingga benang yang diberikan pengusaha akan diganti dengan kain tenunan. 

"Jadi seorang penenun diberi modal berupa benang, maka hasilnya dibagi dua. Dan, kebanyakan pemberi benang itu mendapatkan dua lembar kain, sedangkan penenun hanya satu," katanya.

Untuk itu, lanjut Jemadu, perlu adanya pemberdayaan dan pendampingan terhadap kelompok penenun itu. Dengan begitu, mereka mereka bisa berkembang lebih baik.

"Dalam hal ini, beberapa pihak perlu dilibatkan, yakni lembaga perbankan dan pemerintah terutama pemerintah kabupaten, perlu emberikan dukungan dana untuk memodali usaha tenun ikan itu," harapnya.

Tentang pemasaran tenun ikat, ia mengakui, sesuai hasil penelitian, pemasaran tenun ikat cukup menjanjikan. Khusus di TTU, misalnya, transaksi tenun ikat terbanyak pada hari Kamis bertepatan dengan hari pasar.

"Pasar tenun ikat di TTU itu seperti di Pasar Maubesi. Dan setiap minggu ramai sekali pembeli dari Timor Leste. Hasil tenunan itu dijual juga sampai ke Australia. Itu berarti, pemasaran tenun ikat tidak ada masalah," ujarnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved