Laporan Obby Lewanmeru
Cuaca Membaik, Kapal Feri Mulai Berlayar
KUPANG, POS-KUPANG.Com -- Kapal-kapal feri milik PT Indonesia Ferry Cabang Kupang mulai berlayar di beberapa lintasan setelah cuaca di laut mulai membaik dalam beberapa hari terakhir.
Pantauan Pos Kupang di Pelabuhan Feri Bolok, Minggu (31/1/2010) , KMP Uma Kalada hendak berlayar ke Larantuka. Cukup banyak penumpang yang hendak mengikuti pelayaran itu.
Pemimpin PT Indonesia Ferry Cabang Kupang, Poltak Nc L Gaol yang dikonfirmasi melalui Manager Operasi, Arnoldus Yansen, mengakui normalnya pelayaran ke sejumlah lintasan di perairan Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Kami sudah mulai mengoperasikan kapal feri ke beberapa lintasan seperti Aimere, Waingapu dan Larantuka. Sedangkan rute lain yang akan menyusul, yakni Sabu dan Ende serta Kalabahi," kata Yansen.
Dia menjelaskan, kapal feri dibolehkan berlayar setelah mempertimbangkan perkembangan cuaca, baik menyangkut kecepatan angin maupun tinggi gelombang laut.
Memang, lanjutnya, berdasarkan prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatomogi dan Geofisika (BMKG), kapal feri belum bisa beroperasi. Namun melihat perkembangan cuaca mulai membaik, pihaknya memutuskan mengoperasikan kapal- kapal feri di beberapa lintasan.
"Khusus lintasan Kupang-Sabu, yang akan kami prioritaskan adalah pengangkutan bahan-bahan kebutuhan pokok (sembako)," ujarnya. (*)
Angkut BBM dan Sembako ke Sabu
KAPAL Motor (KM) Timau akan mengangkut bahan bakar minyak (BBM) ke Pulau Sabu. Jenis BBM yang akan diangkut ke daerah itu, yakni premium sebanyak 75 ton, solar 65 ton dan minyak tanah 5 ton.
Sementara KMP Cucut yang melayani Kupang-Sabu, mengangkut pula 80 ton sembako. "Kami juga utamakan sembako untuk Sabu karena daerah itu sempat terisolir saat badai gelombang selama ini," ujar salah satu distributor BBM ke Sabu, Niti Susanto.
Pemilik Toko Piet-Kupang ini, mengatakan, persoalan BBM di Pulau Sabu telah teratasi karena beberapa hari lalu pihaknya sudah mengirimkan 5.000 liter solar dan 5.000 liter premiun. 10 ribu liter BBM itu diangkut dengan sebuah perahu motor.
Dia mengaku amat memahami kondisi yang terjadi di Pulau Sabu. Namun pihaknya tidak bisa berbuat banyak, karena tidak bisa memaksakan kapal untuk berlayar pada musim hujan dengan gelombang tinggi.
"Kondisi ini yang memicu kelangkaan BBM di Sabu adalah cuaca yang tidak memungkinkan. Selain BBM, distribusi bahan kebutuhan pokok lainnya juga bermasalah karena tidak ada pelayaran ke daerah itu. Tapi sekarang persoalan itu sudah bisa diatasi," ujar Niti.
Dia menambahkan, kebutuhan riil BBM di Kabupaten Sabu Raijua, adalah premium 80 kiloliter (kl), solar 70 kl dan minyak tanah sebanyak 20 kl. (yel)