Laporan Obby Lewanmeru

BI Sulit Kendalikan Penawaran

KUPANG, POS-KUPANG.Com -- Bank Indonesia (BI) Kupang sulit mengendalikan penawaran harga barang di pasaran. BI hanya bisa mengendalikan permintaan barang oleh konsumen melalui pengetatan atau pelonggaran likuiditas. Kondisi ini turut mempengaruhi tingkat inflasi di NTT.

Hal ini disampaikan Deputi Pemimpin Bank Indonesia (BI) Kupang), Ocky Ganesia, ketika memberi sosialisasi tentang pertumbuhan inflasi di NTT, yang berlangsung di Aula Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo)  NTT, Selasa (1/12/2009).

Menurut Ocky, peran BI mengendalikan kestabilan rupiah melalui dua cara, yaitu adanya tingkat inflasi yang rendah dan stabilnya nilai tukar rupiah.

Sedangkan karakteristik inflasi yakni adanya permintaan dan penawaran. Dan untuk mencapai adanya tingkat inflasi yang rendah, BI mempunyai tugas pokok, yaitu moneter, mengawasi perbankan dan sistem pembayaran.

"Kenaikan harga barang biasanya dialami hampir setiap hari  dan ditetapkan melalui Indeks Harga Konsumen (IHK). IHK ini juga merupakan salah satu alat ukur yang tepat karena mengukur indeks biaya hidup konsumen. Dan BI sendiri tidak punya kewenangan untuk mengendalikan penawaran," ujar Ocky.

Dia menjelaskan, masalah penawaran biasanya berhubungan dengan perubahan musim, cuaca, gagal panen dan gangguan lainnya. Hal ini sulit dikendalikan, karena cuaca buruk bisa menimbulkan gagal panen yang berdampak pada keterbatasan produksi pangan yang juga mempengaruhi harga jual pangan di pasaran.

"Kondisi ini yang sangat berpengaruh pada angka inflasi di suatu daerah. Dan untuk mengakomodir kondisi itu, kini sudah ada tim pemantau inflasi daerah (TPID). Tugas tim ini untuk meminimalisir inflasi," katanya.

Dia menambahkan, permintaan barang oleh konsumen, dapat dikendalikan BI dengan beberapa cara, antara lain, melakukan kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, badan usaha, asosiasi bahan pokok, sarana transportasi baik darat, laut maupun udara. (*)

Inflasi 0,12 Persen

KEPALA
Badan Pusat Statistik (BPS) NTT, Ir Poltak Sutrisno Sihaan, mengatakan, pada November 2009, Kota Kupang mengalami inflasi 0,12 persen, setelah mengalami inflasi 1,25 persen pada Oktober. Sedangkan Maumere, ibukota Kabupaten Sikka, juga mengalami inflasi 0,40 persen.

Sihaan menyampaikan hal itu, saat jumpa pers di Aula BPS NTT, Jalan R Suprapto No 5, Kupang, Selasa (1/12/2009).

"Inflasi tahun kalender 5,42 persen dan inflasi year on year (yoy) Kota Kupang 6,59 persen. Sedangkan inflasi tahun kelender 6,10 persen dan inflasi yoy Kota Maumere 4,47 persen," kata Sihaan.

Dia menjelaskan, inflasi di Kota Kupang pada November 2009, dipicu oleh kenaikan harga barang pada beberapa kelompok bahan pengeluaran. Kelompok yang paling besar memberikan andil terhadap inflasi, adalah kelompok bahan makanan.

Sementara komoditas yang mengalami kenaikan harga, antara lain beras, mie kering instan, ayam hidup, daging sapi, bandeng, teri, susu bayi, bunga pepaya, kacang panjang, pepaya muda, tomat, sayur, kacang merah, anggur, apel, pisang, bawang putih, jeruk nipis dan minyak kelapa.

"Kelompok bahan makanan ini memberikan andil terhadap inflasi di Kota Kupang sebesar 0,1823 persen. Kelompok lain yang turut berikan inflasi secara berturut yakni kelompok pendidikan, sandang, kesehatan, makanan jadi, perumahan dan transportasi," jelasnya.

Menurutnya, dari 342 komoditas yang dipantau, 85 komoditas mengalami perubahan dan dari 85 komoditas itu, ada 48 komoditas yang mengalami kenaikan harga dan 37 lainnya mengalami penurunan harga.

Lebih lanjut, Siahaan mengatakan, secara nasional, Kota Manado mengalami inflasi tertinggi di Indonesia pada November 2009. Sedangkan Kota Kendari mengalami deflasi  (-0,77) persen.

"Kota Kupang berada di urutan 13 dari 66 kota di bagian timur Indonesia yang dijadikan sampel, dengan inflasi 0,12 persen. Sementara Kota Maumere berada pada posisi ke-7 dengan angka inflasi 0,40 persen, setelah Kota Ternate 0,42 persen," ujarnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved