Laporan Obby Lewanmeru
Peternak Dilatih Manajemen Usaha Sapi Potong
KUPANG, POS-KUPANG.Com -- Anggota klaster penggemukan sapi, yang dibentuk Bank Indonesia (BI) Kupang, dilatih manajemen usaha ternak sapi potong. Pelatihan itu sebagai tindak lanjut dari penandatanganan nota kesepahaman antara BI, Bank NTT dan Pemerintah Kabupaten Kupang.
Disaksikan Pos Kupang, pelatihan itu berlangsung di lokasi Kelompok Ternak Fen Het Nao, Desa Oefafi, Kecamatan Kupang Timur, Selasa (17/11/2009). Hadir pada acara itu, Pemimpin BI Kupang, Lukdir Gultom, Direktur Umum Bank NTT, Adrianus Ceme, Kepala Divisi Bisnis Mikro Bank NTT, Tohap Marbun, dan Analis Muda Senior BI Kupang Kelompok Pemberdayaan Sektor Riil dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Jacob Amaral.
Hadir pula instruktur pelatihan, Ir. Johny Riwu dan Cardial Leo Penu dari Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Sapi Timor, serta 20 peternak dari klaster Desa Merbaun dan lima anggota peternak Desa Oefafi.
Peserta pelatihan itu diberikan materi tentang bagaimana memelihara ternak sapi potong secara tepat hingga pemasaran. Berikutnya penanganan masalah penyakit maupun pengolahan serta pemberian pakan.
Materi yang diberikan itu melalui sekolah lapangan. Dengan demikian para peternak langsung melihat contoh konkrit di lapangan. Sedangkan dari sisi perbankan, para peternak itu diberi wawasan soal hubungan peternak dengan bank dalam mendampingi maupun memberi modal usaha.
Pemimpin BI Kupang, Lukdir Gultom, saat membuka kegiatan itu mengatakan, pelatihan tersebut sebagai salah satu bentuk pelaksanaan tugas dan fungsi BI dalam rangka mendorong perekonomian daerah melalui pengembangan sektor riil, khususnya UMKM.
"Wujud dukungan BI adalah pengaturan hubungan perbankan, pengembangan kelembagaan yang menunjang, memberi bantuan teknis serta kerja sama dengan pemerintah dan lembaga terkait lainnya," kata Lukdir.
Lukdir menjelaskan, sesuai hasil kajian BI tentang potensi pengembangan sapi potong tahun 2008 di NTT, Kabupaten Kupang merupakan daerah yang potensial dalam usaha penggemukan sapi. Salah satu wilayah yang layak adalah Kecamatan Amarasi Barat.
Akan tetapi, kata Gultom, potensi tersebut tidak didukung oleh kondisi agroklimat NTT. Musim hujan hanya 3 - 4 bulan, sehingga ketersediaan pakan demikian terbatas. Faktor itulah yang mendorong BI menyelenggarakan pelatihan tersebut.
"Kami melihat perlu sekali memperbaiki manajemen usaha ternak sapi potong maupun penggemukan sapi, sehingga peternak bisa mengatasi kekurangan pakan pada musim kemarau. Selain itu ada upaya perbaikan manajemen beternak induk dan anak sapi, sehingga memungkinan anak sapi berkembang menjadi sapi bakalan yang bermutu," ujarnya.
Lukdir berharap dengan kelompok yang sudah dibentuk itu, ke depan akan berkembang lagi kelompok yang lain. Sedangkan yang sudah mengambil bagian dalam pelatihan itu saatnya akan mendapat pinjaman dana dari Bank NTT. (*)
Bisa Tampil Beda
KEPALA Desa Oefafi, Marthen Tameno, mengatakan, pelatihan yang diselenggarakan ini merupakan harapan masyarakat selama ini. Untuk itu, peserta yang ikut dalam pelatihan ini diharapkan menjadi contoh dan bisa tampil beda dengan peternak lainnya.
"Saya bangga dengan kegiatan ini. Tapi saya lebih bangga lagi kalau semua peserta yang ikut dalam kegiatan ini bisa membuat perubahan. Perubahan itu seperti cara memberi pakan dan cara mengelola pakan ternak," kata Tameno.
Menurut dia, pelatihan yang digelar oleh BI yang bekerja sama dengan Bank NTT itu sangat berharga bagi masa depan masyarakat. Karena itu, kesempatan tersebut jangan disia-siakan sebab ke depan pasti akan ada persaingan dalam beternak sapi.
"Jangan sampai kita yang sudah ikut pelatihan manajemen usaha ternak sapi ini nanti tidak berubah. Sama seperti hari-hari sebelumnya. Kalau seperti ini, maka kita tidak bisa memberi motivasi kepada petani lainnya untuk berubah," ujarnya.
Dia berharap agar pasca pelatihan tersebut para peserta mampu memperlihatkan perubahan, mampu menampilkan sesuatu yang lain dari biasanya. Dengan begitu, peserta dapat menjadi lokomotif dan menjadi teladan bagi peternak lainnya. (*)