Laporan Obby Lewanmeru
Dedak Besikama Laku di Kupang
KUPANG, POS-KUPANG.Com -- Dedak yang dipasok dari Besikama, Kabupaten Belu, sangat laku di Kota Kupang dan sekitarnya. Dedak itu selain menjadi pakan ternak, juga untuk kompos. Kini bisnis dedak itu digeluti warga Kota Kupang asal Rote Ndao.
Hal itu disampaikan Permenas dan Amol Langga, penjual dedak, saat ditemui Pos Kupang, Selasa (3/11/2009). "Usaha ini hanya musiman saja. Kami baru menjalaninya saat musim panen padi," ujar Permenas dibenarkan Amol Langga.
Menurut Permenas, dedak padi itu sangat dibutuhkan untuk pakan ternak. Pakan itu untuk semua jenis ternak dan unggas, seperti sapi, kambing, babi dan juga ayam. Sampai saat ini, permintaan dedak cukup tinggi.
Dia menyebutkan, selain menjual dedak, ia juga menjual komoditi pertanian yang sifatnya musiman. "Beberapa bulan terakhir ini, kami jual semangka yang didatangkan dari Rote, Semau dan sekarang dari Bena, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS)," ujarnya.
Sementara itu, Arnol Langga, menjelaskan, dedak yang dijual itu dibeli di Besikama dan Nurobo, Kabupaten Belu. Stok dedak di dua wilayah tersebut cukup memadai, sehingga hampir semua peternak di Kota Kupang dan sekitarnya, ramai-ramai ke Belu untuk beli dedak.
"Saat ini peternak kesulitan mendapatkan pakan ternak. Karena itu kami manfaatkan peluang ini. Kami datangkan dedak dari Belu dalam jumlah cukup banyak lalu jual kepada pihak yang membutuhkan. Saat ini permintaan dedak meningkat, sehingga kami agak kewalahan," ujar Langga.
Tentang volume dedak yang dibeli, Langga menyebutkan, ia baru memasok dedak dari Belu sebanyak 6,8 ton. Saat ini sudah terjual satu ton lebih. Harga dedak di Kupang cukup terjangkau, yakni Rp 5.000,00/kg.
"Di Belu, kami beli dedak dengan harga Rp 1.000,00/kg. Setelah kami hitung semua biaya yang dikeluarkan sampai dedak tiba di Kupang, kami lalu menetapkan harga jual Rp 3.000,00/kg. Sedangkan tarif angkutan dari Belu ke Kupang Rp 800.000,00/truk," katanya.
Disinggung soal dedak yang ada di Oesao dan sekitarnya, di Kabupaten Kupang, Langga mengatakan, dedak di daerah itu cukup banyak, tapi beda mutunya. Dedak di daerah itu umumnya dibeli oleh warga yang membuat bata merah di Oebelo.
Menyangkut pembelian dedak, dia menyebutkan, dedak itu umumnya dibeli oleh warga yang memelihara ternak, seperti babi dan sapi. "Yang datang membeli dedak, umumnya memiliki ternak piaraan, terutama babi dan sapi. (*)
Tangkap Peluang
NAMANYA Arnol Langga. Saat ditemui Pos Kupang kemarin siang, ia sedang sibuk menyusun karung-karung dedak. Dia tidak mempedulikan teriknya matahari. Ia juga tidak menyeka keringat yang bercucuran membasahi wajahnya.
"Saya tidak mau peduli orang mau bilang apa. Yang penting saya bisa dapat uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Saat ini rumput dan air makin berkurang, sehingga saya punya ide untuk bantu petani peternak dengan pakan," kata Langga.
Putra kelahiran Rote Ti, 11 Januari 1973 ini, menuturkan, untuk memulai usaha, seseorang harus punya motivasi dan kemauan untuk berubah. Bila itu dibarengi dengan kesungguhan dalam berusaha, maka cepat atau lambat akan membuahkan hasil.
"Saya jual dedak ini sesuai dengan keadaan. Saat ini air makin susah, rumput kering pun sama. Hal ini tentunya berdampak pada pengembangan ternak. Karena itu, saya coba memanfaatkan peluang ini. Saya coba membantu peternak dengan menyediakan pakan dari dedak," ujarnya.
Suami dari Maris Messakh ini menyebutkan, setiap kali memulai usaha, banyak sekali tantangan yang dihadapi. Tantangan yang paling besar adalah modal usaha.
"Saya punya niat, setelah besar nanti, anak-anak harus bisa membantu saya melanjutkan usaha yang ada ini," ujar Langga yang sejak tahun 1992 meninggalkan kampung halamannya di Rote Ndao.
Dalam benaknya, ia hanya ingin agar anak-anaknya nanti bisa orang berguna dalam masyarakat. "Kuncinya satu. Selain tanggung jawab sebagai orangtua, kami juga selalu berusaha agar anak-anak bisa bersekolah dengan lancar," katanya. (*)