Laporan Marsel Ali

Buah di Kupang Paling Mahal

KUPANG, POS-KUPANG.Com -- Harga buah di Kota Kupang, boleh dibilang, paling mahal di dunia. Soalnya, buah-buahan itu sebagian dipasok dari Jawa, dan sebagiannya lagi merupakan buah impor dari Cina.

Salah seorang pengusaha buah di Kota Kupang, Ir. Viktor Angstrong, mengatakan hal itu kepada Pos Kupang, di Desa Oebelo, Kabupaten Kupang, Rabu (26/8/2009).  "Saya harus jujur mengungkapkan kalau harga buah-buahan di Kota Kupang, sangat mahal. Itu terjadi karena buah-buahan yang ada sekarang ini kebanyakan berasal dari luar. Ongkos angkut malah," kata  Viktor.
Dikatakannya, jeruk keprok asal SoE sebenarnya merupakan komoditi yang paling berharga di NTT. Soalnya kualitas jeruk ini  bisa menyaingi semua jenis buah dari luar negeri. Sayangnya, produksi komoditi ini masih sangat terbatas.
Viktor menuturkan, suatu ketika tatkala ada pejabat dari Jakarta mengunjungi Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), ia sangat terkejut. Pasalnya, buah jeruk keprok yang amat berkualitas itu produksinya sangat terbatas. "Waktu itu pejabat tersebut kaget. Soalnya, budidaya jeruk itu ternyata sangat kurang," kenangnya.
Menurut Viktor, berdasarkan kebutuhan pasar, meningkatnya produksi hortikultura akan sangat menguntungkan petani buah.  Jadi, andaikata ada usaha buah dalam skala besar, hal itu tentu akan sangat baik.
"Kalau saja ada pengusaha yang menyiapkan lahan 200 hektar untuk usaha buah-buahan, maka hasilnya sangat cukup untuk kebutuhan masyarakat Kota Kupang. Tapi selama ini belum ada yang lakukan itu. Makanya kebanyakan buah didatangkan dari luar untuk memenuhi kebutuhan buah di Kota Kupang," ujarnya.
Ia mencontohkan, buah-buahan yang dijual di pinggir Jalan Mohamad Hatta, tepatnya di depan Mes Korem 161 Wirasakti/Kupang, semuanya didatangkan dari Jawa. Sementara produk lokal sangat terbatas.
Akibatnya,  harga buah otomatis naik. Sebagai misal, jeruk di Kota Kupang kini seharga Rp 25.000,00/kg. Padahal di Jawa, harga jeruk itu hanya belasan ribu per kilogram. Perbedaan harga itu sangat mencolok.
Sebagai solusi, kata Viktor, sejak tahun 1998, ia perlahan-lahan membudidayakan tanaman hortikultura itu di Desa Oenesu, Kabupaten Kupang. Budidaya tanaman itu awalnya karena hobi, tapi saat ini sudah berubah menjadi pekerjaan, karena permintaan pasar sangat bagus. Buah jeruk, pepaya dan lain-lain kini didrop ke sejumlah swalayan ternama di Kota Kupang.
"Saya bangga dengan produk lokal, karena buah yang kita hasilkan rasanya enak. Iklim di daerah ini sangat menunjang untuk pengembangan tanaman hortikultura. Yang jadi soal, mengapa kita tidak berupaya maksimal untuk ini?" ujarnya.
Saat ini, lanjut Viktor, pihaknya masih menjual aneka jenis buah sukun. Dalam waktu dekat akan dijual buah mangga dengan aneka rasa. "Cukup banyak peluang usaha itu, tinggal bagaimana kita memanfaatkannya," ujar Viktor.  (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved