Renungan Harian Kristen Protestan

Renungan Kristen Selasa 16 Juli 'Mencari Sosok Pemimpin GMIT Belajar dari Buku Soekarno Hingga SBY'

Renungan Kristen Selasa 16 Juli 'Mencari Sosok Pemimpin GMIT Belajar dari Buku Soekarno Hingga SBY'

Editor: maria anitoda
istimewa
Renungan Kristen Selasa 16 Juli 'Mencari Sosok Pemimpin GMIT Belajar dari Buku Soekarno Hingga SBY' 

Renungan Harian Kristen Protestan

Selasa 16 Juli 2019

Oleh Pdt. Mansopu

''Mencari Sosok Pemimpin GMIT Belajar dari Buku Soekarno Hingga SBY''

 {1 Korintus 1:27 Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat.}

Buku  setebal 396 halaman karangan Prof. Dr. Tjipta Lesmana, M.A terbitan  Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009 bisa menjadi masukan bagi GMIT dalam proses mencari sosok pemimpin GMIT yang ideal.

Buku ini dibagi atas tujuh bagian yang memuat pola-pola komunikasi kepemimpinan presiden Indonesia dari masa ke masa yakni Soekarno, Soeharto, B.J. Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, Susilo Bambang Yudhoyono dan bagian terakhir analisis penulis.

Pergumulan yang dihadapi oleh Gereja Masehi Injili di Timur saat ini adalah mencari pemimpin gereja, baik di lingkup sinode maupun klasis.

Dalam upaya ini, berbagai kriteria ditempelkan sesuai dengan peraturan pemilihan di kedua lingkup ini.

Akan tetapi persoalan yang harus dihadapi dalam mencari pemimpin yang tepat, yang memiliki kemampuan memimpin sekaligus memiliki spiritualitas Kristiani yang mumpuni sehingga mampu menjadi teladan sekaligus mempengaruhi para pemimpin gereja dan seluruh jemaat, bukanlah perkara mudah.

Proses pencalonan nama untuk memilih calon Majelis Klasis maupun Majelis Sinode, dimulai dari usulan jemaat.

Dan persoalan yang mengemuka ketika jemaat-jemaat harus mengadakan persidangan demi mengusulkan nama para calon pemimpin gereja, mengalami kendala karena jemaat-jemaat tidak mengenal semua pendeta. Rata-rata pengenalan jemaat terhadap para pendeta sangat terbatas dan hanya mengenal pendeta yang pernah melayani di jemaatnya.

Ruang untuk mengenal pendeta lain di luar jemaatnya sangat terbatas.

Di jemaat tempat saya melayani sebagai pendeta, malah saat terjadi proses pencalonan nama, rasanya seperti menawarkan kucing dalam karung kepada mereka untuk memilih.

Sementara harapan jemaat adalah untuk pemimpin Gereja Masehi Injili di Timur mesti orang yang memenuhi kriteria nyaris sempurna.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved